Tauhid dan Ingatan
Akhirat
Oleh : KH. Ali Asyiq Masruuri.
( Wakil Talqin Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah PP Suryalaya Silsilah.38).
( Wakil Talqin Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah PP Suryalaya Silsilah.38).
Firman Alloh Swt didalam Hadits
Qudsi :
“Sebutlah Nama Ku didalam hati mu dan tauhidkanlah Aku
niscaya engkau Aku beri pahala”.
“Sebutlah Nama Ku
didalam hati mu, dan ingatlah akhirat niscaya Aku Qobulkan
hajat-hajatnya”.
Dzikir Ismu Dzat ini, kalau kita dapat memanfaatkannya itu akan mendatangkan:
yang pertama,
akan menjadi
Pahala.
yang kedua, akan jadi pemaqbul/terijabah doa
(terkabulnya segala hajat).
Kalau kita membawanya dengan
menyebut Nama Alloh dengan tidak menggunakannya dengan Tauhid dan
ingatan Akhiratnya, maka hanya sebatas ingatan biasa saja. Jadi menyebut
Nama Alloh dengan mengekalkan hati ingat kepada Alloh itu harus dibarengi
dengan Tauhid dan Ingatan Akhiratnya. Jika
tidak demikian apalagi mengingat Alloh tetapi ingatannya condong kepada Duniawi,
walaupun dzikirnya terus di ulang-ulang tetapi tidak banyak memberikan hasil
(tidak ada bekas dzikirnya).
Mustajabnya Ismu Dzat itu, dikala mengingat Alloh dan juga
kita harus banyak mengingat Akhirat. Kalau kita lebih banyak condong
kepada Akhirat maka Ismu Dzat itu akan menjadi pemustajab doa.
Apalagi Jikala kita sedang mempunyai permasalahan dalam hidup, biasanya ingin segera cepat dikabulkan doa-doa kita. Tetapi kebanyakan kita tidak paham menggunakannya Ismu Dzat itu seperti apa, supaya Ismu Dzat yang didalam hati ini menjadi pemaqbul doa, maka kita harus lebih condong ingatan kita kepada urusan Akhirat. Jadi kalau urusannya hanya duniawi saja tidak jadi pemaqbul doa.
Apalagi Jikala kita sedang mempunyai permasalahan dalam hidup, biasanya ingin segera cepat dikabulkan doa-doa kita. Tetapi kebanyakan kita tidak paham menggunakannya Ismu Dzat itu seperti apa, supaya Ismu Dzat yang didalam hati ini menjadi pemaqbul doa, maka kita harus lebih condong ingatan kita kepada urusan Akhirat. Jadi kalau urusannya hanya duniawi saja tidak jadi pemaqbul doa.
Jika di Tauhidkan akan
diberi pahala, dan makna pahala itu sendiri bukan sekedar imbalan-imbalan
atau bukan juga mengharap sesuatu yang dilipat gandakan. Tetapi pemahaman
pahala yang lebih mendalam itu mengandung pengertian Derajat, seperti seseorang yang dahulunya malas ibadah
berubah menjadi rajin, seseorang yang dahulunya bakhil menjadi dermawan dan
lain sebagainya.
Jadi kesimpulannya yang disebut
pahala itu adalah :
“Pemberian Alloh kepada kita tentang sesuatu hal yang untuk kita sangat
bermanfaat, dalam bentuk apa saja”.
Jika kita punya hidup dan punya
pemikiran, tetapi hidup dan pemikiran kita condong untuk merusak bahkan
menghancurkan hidup kita, maka kita tidak termasuk yang mendapatkan pahala.
Dengan kita berdzikir dan mentauhidkan Alloh, maka cara berpikir seperti ini
sesuai dengan alur yang diberikan oleh Alloh sehingga kita mendapat kebahagiaan
lahir dan bathin.
Dan
bagaimana mengingat akhirat itu?
apakah
hanya sebatas tentang mengingat
surga dan neraka saja?
Kebanyakkan jika diingatkan akhirat, hanya mengingatkan akan surga dan neraka saja, padahal mengingat akhirat itu :
“orang yang memikirkan bagaimana dirinya
itu menjadi mulia dan menjadi lebih baik “
Itulah namanya cara berpikir akhirat.
Kalau orang yang tidak memikirkan dirinya untuk nilai hidup lebih mulia hanya
menilai hidupnya dengan duniawi itu namanya orang yang tidak memikirkan
akhirat.
Empat macam
golongan cara berkhitmat.
Empat
macam golongan
cara berkhitmat seorang murid kepada Gurunya, dimana seseorang murid
tersebut akan
menjadi sukses atau ‘Murid jadi’ dan akan
menjadi Auliya
Alloh.
dan tahap pertama seorang murid itu harus melalui jalur Talqin serta mengikuti pendidikan dari Syeikh Mursyidnya terlebih dahulu.
dan tahap pertama seorang murid itu harus melalui jalur Talqin serta mengikuti pendidikan dari Syeikh Mursyidnya terlebih dahulu.
Jadi golongan yang pertama,
seseorang yang
mengikuti Syeikhnya, mengikuti
pendidikan dari Syeikhnya, serta juga menyerupai Syeikhnya. Yaitu dengan
mengikuti semua
gerak-gerik serta
prilaku dari Syeikhnya, seperti mengikuti tatacara Ibadahnya,
mengikuti cara
tidurnya(tidurnya
Guru Mursyid itu
diatas tengkuknya, tidurnya
Guru Mursyid itu tenggelam, jasadnya
seolah tidur
tetapi hatinya hidup), mengikuti cara makannya,
dan lain lainnya.
Dan seseorang
itu akan menjadi Wali karena menyamai Gurunya.
Golongan yang kedua,
adalah golongan yang berkhitmat dengan cara melayani Syekhnya. Walau orang
ini tidak dapat menyamai syeikhnya (tidak dapat sepenuhnya mengikuti Gurunya), tetapi dia selalu
membantu dan melayani dengan men-fasilitasi Syeikhnya. Dari semua yang dibutuhkan Syekhnya selalu dipersiapkan, seperti dengan melayani minumnya,
mempersiapkan perjalanannya dan
apapun didalam setiap
keperluan serta
kepentingan Gurunya
selalu siap melayaninya untuk mempermudah Gurunya. Dan golongan yang
seperti inipun akan
menjadi Wali. Itulah Wali yang diangkat
karena khitmatnya
kepada Guru
dengan cara melayaninya.
alkisah, Syeikh Mahmud Effendi ra, ketika akan mengangkat
muridnya untuk dijadikan penerusnya. Beliau mempunyai murid 60
orang. Maka dipanggillah murid-muridnya semua untuk berkumpul. Beliau berwasiat
bahwa : “Wahai muridku, aku akan meninggalkan dunia ini, dan ketika aku
meninggal nanti harus ada penerusku untuk memimpin murid-muridku”, maka
Beliau meletakkan sejadah dihadapannya dan para murid-muridnya duduk berbaris
dibelakang sajadah tersebut. Dan seketika Beliau sedang mencari tas nya dan
mengatakan kepada pelayannya “dimana tasku ?” dan ketika mendengar
perintah Gurunya itu, seorang yang khitmat yang selalu setia melayani gurunya
itu dengan sigap segera menyerahkan tas
gurunya tersebut, dan dengan tidak disengaja murid yang yang selalu
khitmat dan setia melayani Gurunya tersebut duduk tepat diatas sajadah, dan
ketika itu juga Gurunya mengatakan “yang duduk diatas sajadah inilah yang
akan menjadi penggantiku”
dan semua muridnya pun terkejut, dan menanyakan tentang hal yang sudah terjadi dihadapannya kepada gurunya :“Apa kelebihan dia dibandingkan kami ? murid-muridnya yang lain merasa mereka lebih baik darinya, dan Gurunya itu menjawab dengan tenang : “kalian pernah tahu, seberapa hebatnya orang yang telah berkhitmat kepadaku, karena disetiap waktunya hanya untuk memikirkan aku(Gurunya)”
dan semua muridnya pun terkejut, dan menanyakan tentang hal yang sudah terjadi dihadapannya kepada gurunya :“Apa kelebihan dia dibandingkan kami ? murid-muridnya yang lain merasa mereka lebih baik darinya, dan Gurunya itu menjawab dengan tenang : “kalian pernah tahu, seberapa hebatnya orang yang telah berkhitmat kepadaku, karena disetiap waktunya hanya untuk memikirkan aku(Gurunya)”
Golongan
yang ketiga, berkhitmat dengan harta kekayaannya untuk kepentingan
Gurunya. Orang seperti ini memikirkan bisnis dan usahanya untuk mencari harta kekayaan,
tetapi kekayaan dan hartanya yang sudah didapat itu dipenuhi hanya untuk
kepentingan Syeikhnya.
Golongan yang keempat, orang-orang yang berkhitmat dengan menyampaikan dan
menerangkan ilmu-ilmu tentang ke-Mursyidan.
Ambillah
salah satu bagian
dari yang empat tersebut.
Dan salah
satu dari semuanya
pasti akan menjadi murid yang sukses atau ‘murid jadi’.
Seseorang
akan menjadi Wali.
Seseorang akan menjadi Wali apabila
dapat mengikuti apa yang dilakukan oleh Auliya Alloh.
Contohnya saja jika kita dapat mengikuti Abah Aos seperti dari tidurnya saja, Abah Aos tidurnya diatas tengkuknya tidak rebahan dikasur selama seumur hidupnya dan kita pun mencoba mengikuti cara tidurnya Beliau.
Bahkan ketika Abah Aos dalam keadaan cape, dan berdialog dengan KH. Ali Asyiq Masruuri dan Abah Aos mengatakan “Abah cape” tetapi capenya Beliau malah mengajak manaqiban kepada KH. Ali Asyiq Masruuri. Bayangkan capenya saja malah Beliau mengajak manaqib.
Contohnya saja jika kita dapat mengikuti Abah Aos seperti dari tidurnya saja, Abah Aos tidurnya diatas tengkuknya tidak rebahan dikasur selama seumur hidupnya dan kita pun mencoba mengikuti cara tidurnya Beliau.
Bahkan ketika Abah Aos dalam keadaan cape, dan berdialog dengan KH. Ali Asyiq Masruuri dan Abah Aos mengatakan “Abah cape” tetapi capenya Beliau malah mengajak manaqiban kepada KH. Ali Asyiq Masruuri. Bayangkan capenya saja malah Beliau mengajak manaqib.
Janganlah sampai kita mempunyai
pemahaman yang salah kepada Syeikh Mursyid.
Ketika terjadi dialog KH. Ali Asyiq Masruuri dengan Abah
Aos,
ketika KH. Ali Asyiq Masruuri menanyai dan memohon kepada Abah : “Abah limpahkan apa yang ada pada Abah kepada saya”,
Abah Aos, menyahut dan balik bertanya : “apa yang yang kamu mau ?
KH. Ali Asyiq Masruuri kembali mengatakan : “ Abah gak pernah sakit , apa Abah tidak pernah sakit?
Abah Aos, kembali menjawab : “Abah juga manusia bukan malaikat, Abah juga sakit”.
Pemahamannya disini, kenapa Abah terlihat tidak pernah sakit ?, Karena Abah Aos tidak pernah mengatakan sakit jika dalam keadaan sakit. Karena setiap perkataan “sakit” dimulut itu membuat sakit menjadi betah. Jadi kalau ingin sakitnya lama dan lebih lama lagi atau jika didalam keadaan susah dan juga ingin susahnya lebih lama lagi, itu karena sering di omong-omongkan terus kesemua orang. Jika kita mengomong kesusahan kita kepada dua puluh orang saja maka dua puluh orang itu akan menambah kesusahan kita. Maka jika dalam keadaan susah, lebih baik diam saja jangan di omong-omong dan jika harus mengomong, omongkan saja dengan orang yang berkepentingan saja.
ketika KH. Ali Asyiq Masruuri menanyai dan memohon kepada Abah : “Abah limpahkan apa yang ada pada Abah kepada saya”,
Abah Aos, menyahut dan balik bertanya : “apa yang yang kamu mau ?
KH. Ali Asyiq Masruuri kembali mengatakan : “ Abah gak pernah sakit , apa Abah tidak pernah sakit?
Abah Aos, kembali menjawab : “Abah juga manusia bukan malaikat, Abah juga sakit”.
Pemahamannya disini, kenapa Abah terlihat tidak pernah sakit ?, Karena Abah Aos tidak pernah mengatakan sakit jika dalam keadaan sakit. Karena setiap perkataan “sakit” dimulut itu membuat sakit menjadi betah. Jadi kalau ingin sakitnya lama dan lebih lama lagi atau jika didalam keadaan susah dan juga ingin susahnya lebih lama lagi, itu karena sering di omong-omongkan terus kesemua orang. Jika kita mengomong kesusahan kita kepada dua puluh orang saja maka dua puluh orang itu akan menambah kesusahan kita. Maka jika dalam keadaan susah, lebih baik diam saja jangan di omong-omong dan jika harus mengomong, omongkan saja dengan orang yang berkepentingan saja.
Abah Aos, jika batuk minum air,
jika batuk lagi minum air lagi, dan jika Abah kalau lagi pusing Beliau sujud
dengan membaca “Laa ilaaha illa anta subhanaka inni kuntu minazh zholimin”
didalam sujudnya. Jadi kita memahami Abah Aos juga sakit tetapi Beliau dapat
memahami tentang sudut pandang tentang sakit dan Beliau juga cape tetapi dapat
memahami sudut pandang tentang cape itu sendiri. Jadi sakit dan cape Beliau tidak menghalangi untuk Taqorub kepada Alloh Subhanahu
wa ta’ala. Abah Aos pun tidur juga, jika Abah tidak tidur tidak akan
menurunkan doa bangun tidur namun tidur nya Aulia Alloh itu diatas tengkuknya.
Imam Ghozaly menjelaskan didalam kitab Ihya Ulumuddin : “tidurnya Auliya Alloh itu tenggelam” (jasadnya seolah tidur tetapi hatinya terus hidup).
Imam Ghozaly menjelaskan didalam kitab Ihya Ulumuddin : “tidurnya Auliya Alloh itu tenggelam” (jasadnya seolah tidur tetapi hatinya terus hidup).
Guru Mursyid
yang hidup adalah pintu menuju Alloh.
Inilah interaksi kita kepada
Alloh, tentunya kita ingin pergi kepada Alloh dan Guru inilah pintunya yaitu
Syeikh Mursyid yang hidup. Dan kebersamaan Guru kepada muridnya seperti
kebersamaan bapak terhadap anak-anaknya.
Diterangkan oleh Imam Ghozaly
seandainya Syeikh Mursyid memperlihatkan kewaliannya kepada orang awam niscaya
orang awam itu akan menyembahnya (karena takjub melihat ke Agungan dari Karomahnya).
Inilah dengan kita Berkhitmat dengan Mursyid yang hidup
akan ada intraksi jasmani, karena
adanya intraksi langsung antara
murid dan Mursyid. Dan juga diterangkan, sekali saja seorang murid
berkhitmat dengan Gurunya
itu perbandingannya
1 : 7000 kali(satu berbanding tujuh ribu kali) dibandingkan dengan yang lain.
seperti Nabi bersabda : “Siapa yang bershodaqoh dengan peminta-minta yang kamu tidak mengenalnya pahalanya 7 kali”. Dan barangsiapa yang bershodaqoh dengan orang yang ada ikatan keluarga yang berjauhan maka pahalanya 70 kali. Dan yang bershodaqoh kepada saudara/teman dekatnya(yang dalam satu guru, dalam satu perjuangan) maka pahalanya Alloh lipatkan 700kali lipat. Dan bershodaqoh dengan orang yang memberi kamu pengetahuan tentang akhirat maka Alloh memberi pahala 7000kali lipat. Bagaimana dengan bershodaqoh kepada Guru itu lebih besar?, Rosul menjawab : “Biarpun kamu mempunyai seorang Guru yang lebih kaya daripada kamu, karena kamu mendapat faidah dari kesucian jiwanya dan mendapat kefaidahan dari ibadahnya”.
seperti Nabi bersabda : “Siapa yang bershodaqoh dengan peminta-minta yang kamu tidak mengenalnya pahalanya 7 kali”. Dan barangsiapa yang bershodaqoh dengan orang yang ada ikatan keluarga yang berjauhan maka pahalanya 70 kali. Dan yang bershodaqoh kepada saudara/teman dekatnya(yang dalam satu guru, dalam satu perjuangan) maka pahalanya Alloh lipatkan 700kali lipat. Dan bershodaqoh dengan orang yang memberi kamu pengetahuan tentang akhirat maka Alloh memberi pahala 7000kali lipat. Bagaimana dengan bershodaqoh kepada Guru itu lebih besar?, Rosul menjawab : “Biarpun kamu mempunyai seorang Guru yang lebih kaya daripada kamu, karena kamu mendapat faidah dari kesucian jiwanya dan mendapat kefaidahan dari ibadahnya”.
Itulah
pentingnya mempunya Guru
Mursyid yang
hidup.
Akan ada
interaksi jasmani akan terbawa menjadi interaksi Khuluqiah dengan Alloh.
“Kebanyakan dari hamba Ku tidak dapat meng-Agungkan Aku menjadi Tuhannya karena Aku tidak terlihat, maka Aku turunkan karena kemurahan Aku yaitu Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa salam, yang jasadnya seperti kamu dan itu menjadi alat kamu untuk ber-Iman kepada Alloh melaluinya, dan sekarang Nabi Muhammad Saw sudah tidak ada Maka ikuti lah orang Sholeh diantara kamu yang memberi manfaat besar kepada kamu”.
“Kebanyakan dari hamba Ku tidak dapat meng-Agungkan Aku menjadi Tuhannya karena Aku tidak terlihat, maka Aku turunkan karena kemurahan Aku yaitu Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa salam, yang jasadnya seperti kamu dan itu menjadi alat kamu untuk ber-Iman kepada Alloh melaluinya, dan sekarang Nabi Muhammad Saw sudah tidak ada Maka ikuti lah orang Sholeh diantara kamu yang memberi manfaat besar kepada kamu”.
Seperti
kita sekarang yang
sedang ikut Abah Aos maka
ibadah kita juga akan meningkat. Jadi
ikut kepada Abah Aos sama
juga ikut kepada Alloh. itulah pentingnya ada interaksi jasmani dengan Guru Mursyid.
Kalau kita ingin langsung saja
kepada Alloh maka syaratnya hanya satu yaitu : Sholat Khusyu’, jika tidak khusyu’ tidak akan sampai kepada Alloh.
Imam Ghozaly menerangkan didalam kitab Ihya Ulumuddin : “Lebih baik orang itu meninggalkan sholat dengan terang-terangan daripada ia sholat tetapi hatinya menentang Alloh ( lupa kepada Alloh ), dan Imam Ghozaly ditanya, kenapa seperti itu ? dijawab oleh Imam Ghozaly : “Coba bayangkan oleh kamu bagaimana jika kamu mencintai seorang, dia menerima mu dihadapanmu tetapi dibelakang yang lain dia berkhianat dengan yang lain”.
Imam Ghozaly menerangkan didalam kitab Ihya Ulumuddin : “Lebih baik orang itu meninggalkan sholat dengan terang-terangan daripada ia sholat tetapi hatinya menentang Alloh ( lupa kepada Alloh ), dan Imam Ghozaly ditanya, kenapa seperti itu ? dijawab oleh Imam Ghozaly : “Coba bayangkan oleh kamu bagaimana jika kamu mencintai seorang, dia menerima mu dihadapanmu tetapi dibelakang yang lain dia berkhianat dengan yang lain”.
Jika seperti itu, Lalu kita harus bagaimana? Jika
kita meninggalkan sholat tidak mau, dan jika kita sholat lupa kepada Alloh kita
menjadi munafiq. Orang yang masih ber-Guru kepada orang yang masih
memberi pelajaran kepada kita, Alloh akan ampuni kebodohannya, itulah
pentingnya mempunyai Guru Mursyid yang hidup, karena Guru Mursyid akan
membimbing terus akan kekurangan kita, jadi kalau kita masih belajar kepada
Guru, maka yang jeleknya diampuni dan benarnya diterima. Dan kita akan terus
tergantung kepada Guru Mursyid, karena kita tidak akan bisa sempurna dihadapan
Alloh, maka Firman Alloh :
“Siapa yang ikut kepada mereka
yang menunjukkan jalan kepada Alloh sama dengan ikut kepada Alloh”.
Rosul
Sholallohu ‘alaihi wa salam, ber-Sabda : “Seandainya tidak ada perang, maka
orang awam itu akan masuk neraka”.
Selamatnya orang awam itu dengan adanya perang (ada kesempatan untuk berjihad). Jangan itu sesuatu yang memandang perang itu sesuatu yang menyakitkan seandainya kamu tahu dengan perang inilah kamu selamat dihadapan Alloh, seandainya tidak ada perang dijaman ku niscaya orang-orang awam akan masuk kedalam neraka. Perang itu sebagai gantinya.
Selamatnya orang awam itu dengan adanya perang (ada kesempatan untuk berjihad). Jangan itu sesuatu yang memandang perang itu sesuatu yang menyakitkan seandainya kamu tahu dengan perang inilah kamu selamat dihadapan Alloh, seandainya tidak ada perang dijaman ku niscaya orang-orang awam akan masuk kedalam neraka. Perang itu sebagai gantinya.
Inilah kita berkhitmat kepada Guru Mursyid yang hidup. Kita dapat
menyambungkan lagi, dengan kita ber-shodaqoh
kepada Guru
Mursyid nilainya
7000kali lipat dan tidak bisa sama jika dibandingkan dengan shodaqoh ke tempat
yang lain.
Semua
murid berkhitmat
kepada Abah Aos sesuai
dengan posisinya masing-masing.
Tetapi walaupun ada
yang hanya bisa
datang ke tempat-tempat
manaqiban untuk meramaikannya, itu juga bagian dari berkhitmat. Asal jangan mengambil bagian atau
hak orang lain.
Inilah interaksi kita kepada Alloh, kita ingin pergi
kepada Alloh dan Guru
inilah pintunya yaitu Syeikh Mursyid yang hidup. Dan kebersamaan Guru kepada muridnya seperti
kebersamaan bapak terhadap anak-anaknya.
(
rangkuman Khitmat Ilmiah acara Manaqib, di MTQN PPS Bahjatul Asror, Tanjung Mas
Raya Estate, Jakarta Selatan, pada bulan Maret 2014 yang lalu ).
ditulis oleh : Surachman abdur rauf.
ditulis oleh : Surachman abdur rauf.
Komentar
Posting Komentar