Langsung ke konten utama

Jaa-a (Datang)

Jaa-a (Datang)
Didalam Kitab FADLOIL AS SUHUR pada BAB VI menerangkan tentang makna huruf dari Bulan Jumanits Tsaniyyah yang terdiri dari sebelas huruf, yaitu :
Jiim, Mim, Alif, Dal, Alif, Lam, Tsa, Alif, Nun, Ya, dan Ta marbutoh.
Adapun Huruf Jiim, pada Bulan Jumadits Tsaniyyah yang maknanya itu adalah : Jaa-a artinya : Datang.
kata “Jaa-adisebutkan didalam Al Qur’an lebih dari 60 kali. Adapun yang dimaksud dengan kata “Jaa-adisini adalah empat kata “Jaa-a” yang termaktub dalam Al Qur’an, yaitu :
PERTAMA,
Dalam masalah datangnya “Ajal” (masa keruntuhan). Sebagaimana Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman didalam Al Qur’an :
لِكُلِّ اُمَّةٍ أَجَلٌ, اِذَاجَآءَ اَجَلُهُمْ فَلَا يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةًوَلَايَسْتَقْدِمُوْنَ . (يونس : ۴۹)
“Tiap-tiap umat mempunyai “Ajal” (masa keruntuhan). Apabila telah “datang” ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat dan tidak pula mendahulukannya” (QS. Yunus : 49).
KEDUA,
Masih dalam masalah “Ajal” (Ketetapan). Sebagaimana Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam Al Qur’an :
إِنَّ اَجَلَ اللهِ إِذَاجَآءَ لَا يُؤَخَّرُلَوْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ . (نوح :۴ )
“Sesungguhnya “Ajal” (Ketetapan) Alloh, apabila telah “datang” tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahuinya” (QS. Nuh : 4).
KETIGA,
mengenai datangnya orang yang takut kepada-Nya Yang Maha Pemurah, sedangkan Dia tidak kelihatan. Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam Al Qur’an :
مَنْ خَشِيَ الرَّحْمٰنَ بِالْغَيْبِ وَجَآءَ بِقَلْبٍ مُّنِيْبٍ . (ق :۳۳ )
(Yaitu), orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sedangkan Dia Tidak kelihatan (olehnya) dan dia “datang” dengan hati yang ber-Taubat” (QS. Qoff : 33)
KEEMPAT,
Mengenai datangnya Nabi Ibrohim Alaihis sallam kepada Tuhan-Nya. Sebagaimana dalam firman-Nya :
وَاِنَّ مَنْ شِيْعَتِهِ لَإِ بْرٰهِيْمَ إِذَجَآءَ رَبَّهٌ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ . ( الصفت : ٨٣-٨٤ )
“Dan Ibrohim termasuk golongannya (Nuh), (Ingatlah) ketika dia “datang” kepada Tuhannya dengan hati yang suci” (QS. As Shoffat : 83-84).
Dalam dua ayat yang pertama Alloh menjelaskan kepada kita tentang “Ajal” yang akan datang kepada kita dengan tiba-tiba. Karena itu Alloh mengutus Nabi Ibrohim untuk menjadi suri tauladan yang baik bagi umatnya Nabi Muhammad Sholallohu Alaihi Wa sallam Agar mengikuti Millahnya Nabi Ibrohim Alaihis Sallam.
Sebagaimana Firman-Nya :
قَدْ كَا نَتْ لَكُمْ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِى إِبْرٰهِيْمَ وَالَّذِيْنَ مَعَهْ . ( الممتحنة : ٤)
”Sungguh telah ada didalam diri Ibrohim suri tauladan yang baik dan juga orang-orang yang bersamanya” (QS. Al Mumtahanah : 4).
Jika kita menjadikannya (Ibrohim) sebagai suri tauladan, maka mengikutinya menjadi kewajiban. Sebagaimana Ibrohim diperintahkan untuk berlaku lurus, bahwa dia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci (berserah diri).
Oleh karena itu, sebagaimana Nabi Ibrohim Alaihis sallam, kita juga harus datang kepada-Nya dengan hati yang suci. Cara datang kepada-Nya itu bukan dengan kaki, karena hal itu tidak akan menyampaikan kita kepada Alloh. Tidak ada jalan lain bagi kita untuk sampai kepada-Nya kecuali hanya dengan hati kita. Dan hatipun tidak akan dapat untuk mencapai-Nya kecuali dengan hati yang selalu berdzikir kepada-Nya secara terus menerus.
Sebagaimana Rosululloh Sholallohu Alaihi Wa sallam  bersabda :
خَيْرُدِيْنِكُمْ اَدْوَمُهَا وَاِنْ قَلَّ
”Sebaik-baik Agama itu adalah yang secara terus menerus (dawam) diamalkan secara terus menerus, walaupun hanya sedikit”
Syeikh Al Kabir Baha’uddin An Naqsyabandi ra, mengatakan : “Sebesar atom dari amalan hati itu sama dengan sebesar gunung dari amalan anggota badan” (Tanwirul Qulub).
Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman didalam Al Qur’an :
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُوْنٌ . إِلَّا مَنْ اَتَى اللهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ . (السعر : ٨٨-٨٩ )
Pada hari dimana harta dan anak-anak tidak ada manfaatnya, kecuali mereka yang datang dengan hati yang berserah diri” (QS. As Su’aro : 88 – 89)
Perhatikan kata “Ataa” , Shighot nya adalah fi’il madli dan ini menunjukkan masa yang telah berlalu (terjadi).
Juga dalam Firman-Nya dalam Al Qur’an :
فَإِذَا بَرِقَ الْبَصَرُ , وَخَشَفَ الْقَمَرُ , وَجُمِعَ الشَّمْسُ وَ الْقَمَرُ , يَقُوْلُ الْإِنَسَانُ يَوْمَـءِذٍ اَيْنَ الْمَفَرُّ , كَلَّا لَا وَزَرَ , اِلٰى رَبِّكَ يَوْمَـءِذِ نِ الْمُسْتَقَرُّ
(القيا مة : ٧-١٢)
“Maka apabila mata telah terbelalak (ketakutan) dan apabila bulan telah hilang cahayanya dan matahari  dan bulan dikumpulkan pada hari  itu manusia berkata : “Kemana tempat berlari ? sekali-kali tidak ! tidak ada tempat berlindung ! Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali” (QS. Al Qiyamah : 7 – 12)
000
ALHIJAZDepokBersemi165
Medianya Informasi & Kajian Ilmu dan Dakwah, Ikhwan Depok.
Thooriqoh Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah PP Suryalaya
Membangun Peradaban Dunia
Alamat Sekretariat : Jl.cisadane 2 No.106 Rt.05 RW. 014 Kel.Abadijaya Kec.Sukmajaya Kota Depok 16417
email : Depokbersemi165@gmail.com.
email : surachmanrauf@gmail.com  - Tlp /Sms : 0812 888 166 90. – Pin BBM : 5440C463.

Agenda Kegiatan dan Jadwal Manaqib Depok Bersemi 165 :

https://depokbersemi165.blogspot.co.id/2015/05/agenda-kegiatan-depokbersemi165.html
Sukai halaman di Facebook DepokBersemi165 :
https://www.facebook.com/AlHijaz-DepokBersemi165-952350131454919
add :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Robithoh

Robithoh Robithoh, dapat diartikan hubungan antara yang menghubungi dari yang dihubungi. Seperti hubungan :  antara anak dengan orang tuanya. Antara guru dengan muridnya. Antara mahasiswa dengan dosennya. Antara menantu dengan mertuanya. Antara pedagang eceran dengan agen besarnya. Antara santri dengan kiayinya. Antara saudara dengan saudaranya. Antara teman dengan temannya. Antara rakyat dengan pemimpinnya. Antara bawahan dengan atasannya. Antara upline dengan downline-nya. Antara kita ummat dengan Nabinya. Antara kita hamba dengan Alloh Subhanahu wa ta’ala . Adapun hubungan itu, ada hubungan langsung juga ada hubungan tidak langsung. Adapun Robithoh wajib itu, seperti ummat Islam melaksanakan sholat dengan menghadap kiblat. Kiblat itu penghubung antara orang yang Sholat dengan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Kalau tidak menghadap Kiblat, maka sholatnya tidak akan syah. Jadi untuk melakukan yang wajib maka wajib dengan Robithoh tersebut ( menghadap kilat ) . Itulah Sya

Tidak Ada Yang Kebetulan

DI DUNIA INI TIDAK ADA YANG KEBETULAN === Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala : “ Dan pada Alloh-lah kunci-kunci semua yang ghoib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata ( Lauh Mahfudz )" ( Surat Al-An'am : 59 ). Tiada sesuatu yang kebetulan. Karena Alloh telah menegaskan bahwa tidak ada satu pun yang terlepas dari kudrot, irodat, dan ilmu Alloh. Segalanya yang terjadi bahkan yang akan terjadi telah tercatat di lauh mahfudz. Ayat tsb diatas menegaskan bahwa segalanya ada dibawah kehendak & ilmu Alloh, Dan semuanya sudah tercatat di lauh mahfudz. Sering kita mendengar percakapan sehari-hari yang mengatakan, “ Kebetulan ketemu disini ”, “ Kebetulan ada yang memberi”, “K ebetulan sekali h

Pentingnya Berwasilah

Pentingnya Berwasilah Oleh : Renandhi Wira Fitra, S.H.I. Ikhwan TQN PPS dari Kota Depok. Setiap diri yang memiliki niat dan cita cita untuk sampai(Wushul) kepada Alloh sudah PASTI akan membutuhkan WASILAH ( perantara). Hal ini sebagaimana firman Alloh Swt : “ Hai orang orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Alloh dan carilah wasilah dalam mencapai ketaqwaan itu ....” ( QS. Al-Maidah : 35 ) Dalam ayat tersebut kalimat wabtaghu menggunakan fi’il amar/kata perintah yang menandakan khitab /seruan bagi orang beriman bahwa mencari wasilah itu adalah kewajiban...kenapa wajib ? karena memang manusia membutuhkannya..! Jadi dengan adanya wasilah bagi setiap hamba itu adalah mutlaq suatu KEBUTUHAN, selain berdasarkan dari dalil ayat tersebut juga berdasarkan kepada tabiat manusia yang selalu membutuhkan bantuan dalam medapatkan sesuatu, sehingga menolak adanya wasilah maka itu bertentangan dengan Hukum Alloh dan fitrah manusia itu sendiri. Wasilah adalah perantara yang