Langsung ke konten utama

KITAB MANAQIB SYEIKH ABDUL QODIR AL JAILANI QS

KITAB MANAQIB SYEIKH 'ABDUL QODIR AL JAILANI Qoddasallohu Sirruhu
( Untuk Kalangan Ikhwan Thoriiqoh Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah PP Suryalaya Sirnarasa )


( PEMBUKAAN MANQOBAH )
Yaa imaa mal muttaqin
Wa yaa shofwatal  'aa bidiin 
Wa yaa  qowiyal arkaan 
Wa yaa  habiibar rohmaan
Wa yaa  muj  liyal kalamil qodiim 
Wa yaa syafaa-  asqoomis saqiim.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اَلَآ اِنَّ اَوْلِيَآءَ اللهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَۚ ۞ اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَكَانُوا يَتَّقُوْنَۗ ۞ لَهُمُ الْبُشْرٰى فِي الْـحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِۗ لَا تَبْدِيْلَ لِكَلِمٰتِ اللّٰهِۗ ذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ
Bismillaahir rohmaanir roohim.
Alaa inna Auliyaa'alloohi laa khoufun ‘alaihim wa laahum yahzanuun.
Alladziina aamanuu wakaanuu yattaquun.
Lahumul busyroo fil hayaatid dunyaa wa fiil aakhiroh,  laa tabdiila likalimaatillaah, dzaalika huwal fauzul ‘azhiim.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ ، وَلَا عُدْوَانَ اِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهٖ وَصَحْبِهٖ اَجْمَعِيْنَ ، اَمَّا بَعْدُ :

Bismillaahir rohmaanir roohim.
Alhamdulillaahi Robbil ‘aalamin, wal ‘aaqibatu lill Muttaqiin, walaa ‘udwaana illaa 'alazh zhoolimiin, wash sholaatu was salaamu ‘alaa Sayidinaa Muhammadin wa ‘alaa aalihii wa shohbihii ajma’iin,
Ammaa ba’du:
Dengan menyebut Nama Alloh Yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Puji bagi Alloh pencipta Semesta alam. Sholawat serta salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Sholallohu Alaihi Wa sallam berserta keluarganya, sahabatnya serta 'Awliya Alloh dan para pengikutnya sampai hari akhir.
Ini sekelumit manaqib Sulthon Awliya' Syaikh Abdul Qodir Al Jailani, kutipan dari
kitab "Uquudul La Aali Fii Manaaqibil Jayli" dan
kitab "Tafriihul Khootir Fii Manaaqibisy Syaikhi Abdul Qodir"
Semoga dengan dibacakan manaqib ini, Alloh  Subhanahu Wa Ta’ala melimpahkan keberkahannya kepada kita sekalian, terutama kepada Shohibul Hajat (…....................................................................................................…)

Dimudahkan rizki yang halal, dijauhkan dari malapetaka dunia dan akhirat, diterima segala niat dan maksud kita, dimudahkan urusan kita yang berhubungan dengan dunia dan akhirat,
Amiin Yaa Robbal ‘aalamiin.
Adapun diantara manaqib Syaikh Abdul Qodir Al Jailani sebagai berikut :

(MUHARROM)
Manqobah Ke-39 :
Setiap Datang Tahun Baru, Memberitahu Kepada Syaikh Abdul Qodir Peristiwa Yang Akan Terjadi Pada Tahun Itu
Diriwayatkan di dalam kitab "Bahjatul Asror" bahwa Syaikh ‘Abdul Qodir pada suatu saat terbang melayang-layang diatas ribuan manusia di majlis pengajian yang beliau pimpin, beliau Bersabda:
"Tiada terbit matahari melainkan mengucapkan salam kepadaku, pada setiap datang tahun selalu memberi salam kepadaku, dan memberitahukan yang akan terjadi pada tahun itu. Pada setiap datang bulan, memberi salam kepadaku dan Menceritakan apa yang terjadi pada bulan itu. Demikian Pula setiap datang minggu dan hari, minggu dan hari itu memberi salam kepadaku dan memberitahukan yang akan terjadi pada minggu dan hari itu. Demi Dzat Alloh Yang Maha Mulia, orang-orang yang suka dan duka semuanya itu diberitahukan kepadaku.
Pandangan mataku selalu di Lauhil Mahfud dan aku tenggelam dalam lautan Ilmu Alloh dan lautan musyahadah, akulah yang menjadi Hujjah Alloh, akulah yang menjadi pengganti Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam. Akulah yang menjadi pewarisnya dibumi. Manusia ada gurunya, malaikat ada gurunya, jin ada gurunya, aku guru semuanya.”
اللّٰهُمَّ انْثُـرْعَلَيْهِ النَّفَحَاتِ وَالرِّضْوَانِ ، وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِى كُلِّ وَقْتِ وَمَكَانِ

Allohumman Tsur ‘alaihin Nafahaati war ridl waan, Wa-Amiddanaa bi Asroorihi Fii kulli Waqti Wa makaan.

Manqobah Ke-40 :
Abdul Qodir Diberi Buku Untuk Mencatat Murid-Muridnya Sampai Hari Qiamat
Diriwayatkan di dalam kitab "Bahjatul Asror", Syaikh Abdul Qodir pernah berkata : “Aku diberi sebuah buku yang luasnya sejauh mata memandang untuk menuliskan nama-nama muridku sampai hari kiamat. Semua murid itu telah Alloh berikan Kepadaku dan telah menjadi milikku. Aku pernah bertanya Kepada malakul Malik, “Apakah ada dalam neraka, muridku dan sahabat-ku ?” Malakul Malik menjawab: “tidak ada.”
Syaikh berkata : "Aku bersumpah, demi kemuliaan Tuhanku. Tanganku atas murid-muridku seperti langit menutup bumi. Andaikan murid-muridku itu buruk, maka akulah yang baik. Dan aku bersumpah, demi Ke-Agungan dan Kemuliaan Tuhanku, dua telapak kakiku tidak akan bergeser dihadapan Tuhan kecuali sudah mendapat keputusan bahwa aku bersama-sama muridku yang masuk surga
Lebih lanjut beliau bersabda : “Tanganku tidak akan lepas dari kepala murid-muridku, walaupun aku sedang ada di timur dan muridku ada di barat, lalu muridku itu tersingkap auratnya, maka tanganku akan segera menutupinya. Demi Keagungan dan Kemuliaan Tuhanku, pada hari qiamat aku akan berdiri tegak di hadapan gerbang pintu neraka, sekali lagi aku tidak akan bergeser sebelum muridku masuk surga karena Alloh Yang Maha Kuasa telah menjanjikanku bahwa murid-muridku tidak akan dimasukan ke dalam neraka.  Barang siapa yang berguru serta mahabbah kepadaku, pasti aku menghadap kepadanya, bahwa mereka dan Malaikat Munkar Nakir telah berjanji kepadaku, bahwa mereka tidak akan menakut-nakuti murid-muridku.”
اللّٰهُمَّ انْثُـرْعَلَيْهِ النَّفَحَاتِ وَالرِّضْوَانِ ، وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِى كُلِّ وَقْتِ وَمَكَانِ
Allohumman Tsur ‘alaihin Nafahaati war ridl waan, Wa-Amiddanaa bi Asroorihi Fii kulli Waqti Wa makaan.
(SHOFAR)
Manqobah Ke-24 :
Masyarakat Yang Menderita Penyakit Tho’un, Sembuh Dengan Rumput Dan Air Madrosah Syaikh Abdul Qodir
Para Ulama meriwayatkan, pernah terjadi pada jaman Syaikh Abdul Qodir berjangkit wabah penyakit tho’un sehingga berjuta orang meninggal dunia. Masyarakat beduyun-duyun datang meminta pertolongan kepada Syaikh, beliau mengumumkan kepada mereka : "Barangsiapa makan rerumputan Madrosahku, Alloh akan menyembuhkan penyakit yang dideritanya.”
Karena terlalu banyak yang sakit, rerumputan itu habis, Syaikh mengumumkan lagi : “Barangsiapa yang meminum air Madrosahku akan segera disembuhkan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala.” Mendengar Pengumuman itu, para penderita penyakit beramai-ramai minum air madrosah Syaikh, seketika itu juga mereka menjadi sembuh kembali dan penyakit tho’un pun lenyap.
اللّٰهُمَّ انْثُـرْعَلَيْهِ النَّفَحَاتِ وَالرِّضْوَانِ ، وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِى كُلِّ وَقْتِ وَمَكَانِ
Allohumman Tsur ‘alaihin Nafahaati war ridl waan, Wa-Amiddanaa bi Asroorihi Fii kulli Waqti Wa makaan.
Manqodah Ke-27 :
Syaikh ‘Abdul Qodir Membeli Empat Puluh Ekor Kuda Untuk Orang Sakit
Diriwayatkan, ada ada seseorang yang bertempat tinggal agak jauh dari kota Baghdad. Terdengar berita tentang kemasyhuran Syaikh Abdul Qodir, ia pun bermaksud akan berziarah kepada Syaikh karena terdorong rasa Mahabbah. Setibanya dilokasi kediaman Syaikh, ia keheranan melihat istal kudanya megah Sekali, lantai istalnya dibuat dari emas dan perak, pelananya dibuat dari sutra dewangga, kudanya empat puluh ekor, semuanya bagus-bagus dan mulus-mulus, tiada bandinganya.
Terlintas dalam hatinya prasangka yang kurang baik : “Katanya ia seorang Wali, tetapi mengapa kenyataannya seorang pecinta dunia. Mana ada seorang wali mencintai dunia ? tidak pantas diberi gelar Waliyulloh.” Niat semula untuk bertemu  dengan Syaikh, seketika itu juga dibatalkan, lalu ia bertamu kepada orang lain dikota itu.
Beberapa hari kemudian ia jatuh sakit sangat parah, tidak ada seorang dokter pun dikota itu yang mampu mengobatinya. Ada seorang paranormal beragama Nasroni yang memberi petunjuk, “Penyakitnya itu tidak bisa sembuh kecuali dengan hati kuda, dengan syarat kudanya harus seperti yang dimiliki oleh Syaikh Abdul Qodir, beliau seorang yang sangat dermawan, pasti mau menolong
Setiap hari disembelih seekor untuk diambil hatinya selama empat puluh hari, sehingga empat puluh kuda habis semuanya. Dengan empat puluh kuda itu, sembuhlah orang itu seperti sedia kala. Dengan rasa syukur yang tiada terhingga diiringi rasa malu, ia datang menghadap Syaikh mohon ampunan. Syaikh Berkata : “Untuk kamu ketahui, sejumlah kuda yang ku beli itu sebenarnya untukmu, karena aku tahu kamu akan mendapat musibah, menderita penyakit yang tidak ada obatnya kecuali harus dengan empat puluh hati kuda. Aku tahu maksudmu semula, kamu datang mau berziarah kepadaku semata-mata didorong rasa cinta kepadaku, namun kamu berprasangka buruk kepadaku sehingga kamu bertamu kepada orang lain”. Setelah mendengar penjelasan itu, ia merasa bersalah dan segera bertobat, lalu Syaikh meluruskan niatnya dan memantapkan keyakinannya. Dan paranormal itu masuk Islam.
اللّٰهُمَّ انْثُـرْعَلَيْهِ النَّفَحَاتِ وَالرِّضْوَانِ ، وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِى كُلِّ وَقْتِ وَمَكَانِ
Allohumman Tsur ‘alaihin Nafahaati war ridl waan, Wa-Amiddanaa bi Asroorihi Fii kulli Waqti Wa makaan.
(ROBI’UL AWAL)
Manqobah Ke-3 :
Kecerdasan Syaikh Abdul Qodir Waktu Menuntut Ilmu
Dalam menuntut ilmu, Syaikh ‘Abdul Qodir berusaha memilih guru-guru yang ahli dalam bidangnya, beliau mempelajari dan memperdalam bermacam-macam disiplin ilmu.
Seluruh gurunya mengungkapkan tentang kecerdasannya. Beliau belajar Ilmu Fiqih dari Abil Wafa ‘Ali bin ‘Aqil, Abi ‘Ali Khothob al-Kalwadani dan Abi Husein Muhammad ibnil Qodli. Ilmu adab dari Abi Zakaria at-Tabrizi. Ilmu Thoriqot dari Syaikh Abil Khoir Hammad bin Muslim bin Darwatid Dibas. Shufiahnya dari Abi Said Al Mubarok.
Sejak itu beliau terus-menerus meraih pangkat yang sempurna berkat Rohmat Alloh Yang Maha Esa, sehingga beliau menduduki pangkat tertinggi dalam kewalian. Dengan semangat juang yang tinggi disertai tekad yang kuat beliau berusaha mengekang serta mengendalikan hawa nafsu. Beliau berkholwat di Irak dua puluh lima Tahun lamanya tidak berjumpa dengan orang.
اللّٰهُمَّ انْثُـرْعَلَيْهِ النَّفَحَاتِ وَالرِّضْوَانِ ، وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِى كُلِّ وَقْتِ وَمَكَانِ
Allohumman Tsur ‘alaihin Nafahaati war ridl waan, Wa-Amiddanaa bi Asroorihi Fii kulli Waqti Wa makaan.
Manqobah Ke-4 :
Budi Pekerti Syaikh Abdul Qodir
Syaikh Abdul Qodir Al Jailani sangat takut kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala, oleh karena itu beliau mudah terharu serta mudah mengeluarkan air mata. Doanya di Qobul Alloh. Beliau seorang dermawan, jauh dari keburukan dan selalu dekat dengan kebaikan. Berani dan kokoh dalam mempertahankan hak, tegas dalam menghadapi kemungkaran. Pantang menolak orang yang meminta-minta walupun yang dimintanya pakaian yang sedang beliau pakai. Tidak marah karena hawa nafsu, tidak memberi  pertolongan yang bukan karena Alloh.
Beliau diwarisi Akhlak Nabi Muhammad Sholallohu alaihi wa sallam, Tampan Nabi Yusuf Alaihis sallam, Benar Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq Rodliyalloohu 'anhu, Adil Umar bin Khothob Rodliyalloohu 'anhu, Hilim Sayyidina Utsman bin Affan Rodliyalloohu 'anhu, Kegagahan serta keberanian sayidina Ali bin Abi Tholib karromallohu Wajhah.
اللّٰهُمَّ انْثُـرْعَلَيْهِ النَّفَحَاتِ وَالرِّضْوَانِ ، وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِى كُلِّ وَقْتِ وَمَكَانِ
Allohumman Tsur ‘alaihin Nafahaati war ridl waan, Wa-Amiddanaa bi Asroorihi Fii kulli Waqti Wa makaan.
(ROBI’UTS TSANI)
Manqobah Ke-51 :
Wasiat Syaikh Abdul Qodir Kepada Putranya Abdul Rozak
Syaikh Abdul Qodir telah berwasiat kepada putranya yang bernama Abdul Rozak dengan beberapa wasiat, diantaranya :
“Wahai anakku, semoga Alloh melimpahkan Taufiq dan Hidayah-Nya kepadamu dan kepada segenap kaum muslimin. Wahai anakku, bertawakallah kepada Alloh, pegang syara’ dan laksanakan, dan pelihara batas-batasnya. Ketahui bahwa Thoriqotku dibangun berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam. Hendaknya kamu berjiwa bersih, dermawan, murah hati dan suka memberi pertolongan kepada orang lain dengan jalan kebaikan. Jangan keras hati atau berlaku tidak sopan. Sebaiknya kamu bersikap sabar dan tabah menghadapi segala ujian dan cobaan. Hendaknya kamu mengampuni kesalahan orang lain dan bersikap hormat pada sesama ikhwan dan semua fakir miskin.
Perihara olehmu kehormatan guru-guru, dan berbuat baiklah kepada orang lain, beri nasihat yang baik kepada orang-orang besar tingkat kedudukanya, demikian pula bagi masyarakat kecil. Jangan suka berbantah-bantahan dengan orang lain kecuali dalam masalah agama.
Ketahuilah bahwa hakikat kemiskinan adalah perlu kepada orang lain, dan hakikat tidak perlu kepada orang lain. Tashowwuf dicapai dengan jalan lapar dan pantangan dari hal-hal yang disukai dan dihalalkan, dan tidak banyak bicara, jika kamu berhadapan dengan orang faqir, jangan dimulaii dengan ilmu, sebab akan menjauh denganmu. Sebaiknya, hendaklah dimulai dengan kasih sayang, bersikap lembutlah terhadapnya, membuatnya lebih dekat padamu.
Tashowwuf dibangun diatas delapan hal yakni : 1. Dermawan, 2. Ridlo,  3. Sabar,  4.  ‘Isyaroh,   5.  Mengembara, 6. Berbusana Bulu, 7. Pecinta Alam, dan Faqir.  Dermawan Nabi Ibrohim ‘Alaihis sallam,Ridlo Nabi Ishaq ‘Alaihis sallam, Sabar Nabi Ayyub ‘Alaihis sallam, Isyarohnya Nabi Zakaria ‘Alaihis sallam, Mengembara seperti Nabi Yusuf ‘Alaihis sallam, Berbusana wool seperti Nabi Yahya ‘Alaihis sallam, Pecinta Alam Nabi Isa ‘Alaihis sallam, dan kefakiran Nabi  Muhammad Sholallohu alaihi wa sallam.
Bila kamu berkumpul bersama orang kaya, perlihatkan kegagahanmu, kerendahan hati bila berkumpul dengan orang miskin. Hendaknya kamu ikhlas dalam setiap perbuatan. Seharusnya selalu mengingat Alloh. Jangan berprasangka buruk Kepada Alloh. Harusnya berserah diri kepada Alloh dalam segala perbuatan. Jangan menggantungkan diri kepada orang lain, walaupun keluarga walaupun teman sejawat. Layani faqir miskin dengan Tiga hal : pertama, Tawadlu’, kedua, Budi Pekerti, dan ketiga, Kebeningan Hati.
Perhatikan olehmu bahwa yang paling dekat kepada Alloh ialah orang yang paling baik budi pekertinya. Dan amal yang paling utama ialah memelihara hati dari melirik kepada selain Alloh.
Bila bergaul dengan orang miskin, berwasiatlah dengan  kebenaran dan kesabaran. Cukup bagimu dari dunia itu dua hal : pertama, bergaul dengan orang miskin, kedua menghormati wali. Selain dari pada Alloh, segala sesuatu itu jangan dipandang cukup, gagah kepada yang dibawahmu adalah pengecut, gagah terhadap sesama adalah lemah dan gagah kepada orang yang lebih tinggi kedudukanya adalah sombong. Ketahuilah bahwa Tashowwuf dan fakir merupakan Dwi Tunggall kebenaran yang hakiki, bukan main-main, oleh karena itu jangan dicampur dengan main-main".
Demikian wasiat ayah, semoga Alloh melimpahkan Taufiq dan hidayahnya kepadamu dan kepada murid-murid, atau kepada siapapun yang mendengar wasiat ini, semoga dapat mengamalkanya dengan syafa’at junjungan kita Nabi Muhammad Sholallohu Alaihi Wa sallam,
amin ya Robbal ‘alamin.
اللّٰهُمَّ انْثُـرْعَلَيْهِ النَّفَحَاتِ وَالرِّضْوَانِ ، وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِى كُلِّ وَقْتِ وَمَكَانِ
Allohumman Tsur ‘alaihin Nafahaati war ridl waan, Wa-Amiddanaa bi Asroorihi Fii kulli Waqti Wa makaan.
Manqobah Ke-53 :
Syaikh Abdul Qodir Wafat
Menjelang akhir hayatnya, Malakul Ajro’il datang mengunjungi Syaikh dikala matahari akan terbenam membawa surat dari Alloh Subhanahu Wa Ta’ala untuk Syaikh dengan alamat sebagai berikut :
يَصِلُ هَذَا الْمَكْتُوْبُ مِنَ الْمُحِبِّ إِلٰى الْمَحْبُوْبِ
"Yashilu hadzal maktubi minal muhibbi ilal mahbubi"
(Surat ini dari Dzat Yang Maha Pengasih disampaikan kepada Wali yang dikasihi).
Kemudian surat tersebut diterima oleh  putranya yang bernama Sayyid Abdul Wahhab. Setelah diterima, masuklah ia bersama Malakul Ajro’il. Sebelum surat dihanturkan kepada Syaikh, beliau sudah mengerti bahwa beliau akan berpindah ke alam ‘uluwi, alam tinggi yakni meninggal Dunia.
Syaikh bersabda kepada putra-putranya : “Jangan mendekat, karena lahiriyahku bersama-sama dengan kamu, sedang bathiniyahku bersama selain kamu, dan perluas ruangan ini karena hadir selain dari padamu, tunjukan sopan santunmu.
Siang dan malam, tak henti-hentinya beliau mengucapkan :
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ غَفَرَاللهُ لِى وَلَكُمْ تَابَ اللهُ عَلَيَّ وَعَلَيْكُمُ بِسْمِ اللهِ غَيْرِ مُوْدِعِيْنَ وَ ادْخُلُوْا فِى صَفِّ الْأَوَّالِ إِذً اَجِيْءُ اِلَيْكُمْ رِفْقًا رِفْقًا وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ اَجِيْءُ اِلَيْكُمْ
قِفُوْا اَتَاهُ الْحَقُّ وَسَكَرَةُ الْمَوْتِ
"Wa’alaikumus salaam wa rohmatullohi wa barokatuh. Ghofarolloohu lii walakum, taaballohu ‘alayya wa ‘alaikum, Bismillahi ghoyri muudiina. Wadkhulu fi shoffil awwali, idzan ajii’u ilaykum, rifqon rifqon wa ‘alaikumus salaamu ajii’u ilaykum, Qifuu ataahul haqqu wa sakarotul mawti.
Beliau berpesan : “Jangan ada yang menanyakan apapun kepadaku setelah aku bolak-balik dalam lautan Ilmu Alloh”, lalu membaca :
اِسْتَعَنْتُ بِلَا اِلٰـهَ اِلَّا اللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالىٰ وَالْـحَيِّ الَّذِيْ لاَ  يَخْشَ الْفَوْتُ  سُبْحَانَ مَنْ تَعَزَّزَ بِالْقُدْرَةِ وَقَهَّرَ عِبَادَهُ بِ الْمَوْتِ لَا اِلٰـهَ اِلَّا اللهُ مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ  تَعَزَّزَ  تَعَزَّزَ،
 اَللهُ ، اَللهُ ، اللهُ ،
Ista’antu bilaa ilaaha illallohu, Subhaanahu wa ta’aala wal hayyil ladzi laa yakhsal fawtu, Subhana man ta’azzaza bil qudroti waqoharo ibaadahu bil mawti laa ilalaha illallohu Muhammadur Rosulullahi, ta’azzaza, ta ‘azzaza Allohu Allohu Allohu.
Terdengar suara nyaring, lalu suaranya lembut tidak terdengar lagi, dan meninggallah Ridwanullohu 'alaihi.
Syaikh wafat pada malam Senin ba’da ‘Isya, tanggal 11 Robi’ul Akhir, Tahun 561 Hiriyah (1166 Masehi) pada usia 91 Tahun.
اللّٰهُمَّ انْثُـرْعَلَيْهِ النَّفَحَاتِ وَالرِّضْوَانِ ، وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِى كُلِّ وَقْتِ وَمَكَانِ
Allohumman Tsur ‘alaihin Nafahaati war ridl waan, Wa-Amiddanaa bi Asroorihi Fii kulli Waqti Wa makaan.
(JUMADIL ULA)
Manqobah Ke-35 :
Syaikh Ahmad Kanji Menjadi Murid Syaikh Abdul Qodir  Atas Petunjuk Gurunya
Diriwayatkan, pada suatu hari Syaikh Ahmad kanji sedang mengambil wudlu, terlintas dalam hatinya bahwa thoriqot Syaikh Abdul Qodir itu lebih disukai dari pada thoriqot-thoriqot lainnya. Gurunya yaitu Syaikh Abi Ishak Maghribi mengetahui pula apa yang terlintas dalam hati muridnya, lalu beliau bertanya : “Apakah kamu mengetahui kedudukan Syaikh Abdul Qodir ?” Dijawab oleh Syaikh Ahmad Kanji : “Saya tidak tahu”. Lalu gurunya menjelaskan : “Syaikh Abdul Qodir itu memiliki dua belas sifat. Kalau lautan dijadikan tintanya dan pepohonan dijadikan penanya, manusia, malaikat dan jin sebagai penulisnya, maka tidak akan mampu menulis satu sifat pun.
Mendengar penjelasan dari gurunya itu, ia makin bertambah mahabbah kepada Syaikh Abdul Qodir, hatinya berbisik : “Satu harapanku, tidak meninggal dunia sebelum aku menjadi muridnya”.
Kemudian dengan kemauan yang keras berangkatlah ia menuju kota Baghdad. Setibanya disebuah gunung di wilayah Ajmir yang dibawahnya mengalir sungai, ia mengambil air wudlu untuk sholat. Didalam keadaan antara tidur dan tidak, ia dikunjungi Syaikh Abdul Qodir, beliau membawa mahkota merah dan sorban hijau. Syaikh Ahmad Kanji berdiri menghormati kedatangannya : “Mari kesini lebih dekat”, kata beliau sambil mengenakan mahkota merah dan sorban hijau diatas kepalaku, lalu bersabda : "Wahai Ahmad Kanji, sekarang kamu sudah menjadi muridku dan menjadi anakku dan menjadi Rijalulloh (laki-laki Alloh). Lalu beliau menghilang, mahkota dan sorban sudah melekat terpakai diatas kepalaku, lalu ia sujud syukur atas nikmat Alloh yang telah diterimanya.
Kemudian ia pulang kegurunya sambil memperlihatkan mahkota merah dan sorban hijau hadiah dari Syaikh Abdul Qodir dan menceritakan peristiwa yang di alaminya. Gurunya berkata : “Wahai Ahmad Kanji, mahkota dan sorban itu adalah khirqoh bagimu, kamu sangat dikasihi Syaikh Abdul Qodir, sekarang berdirilah dengan tegak, kamu telah menjadi wali yang utama". Dengan mengharap keberkahannya, Syaikh Abi Ishak Maghribi memakai mahkota dan sorban itu dikepalanya, lalu diserahkan kembali kepada Syaikh Ahmad Kanji.
اللّٰهُمَّ انْثُـرْعَلَيْهِ النَّفَحَاتِ وَالرِّضْوَانِ ، وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِى كُلِّ وَقْتِ وَمَكَانِ
Allohumman Tsur ‘alaihin Nafahaati war ridl waan, Wa-Amiddanaa bi Asroorihi Fii kulli Waqti Wa makaan.
Manqobah ke-36 :
Syaikh Ahmad Kanji Menjunjung Kayu Bakar Di Atas Kepalanya
Pekerjaan Syaikh Ahmad kanji adalah mencari kayu bakar untuk memasak roti bagi para faqir. Setelah mengenakan mahkota dari Sayyid Abdul Qodir, gurunya bekata : “Sekarang engkau tidak layak mencari kayu bakar sebab kepalamu sudah dimahkotai dengan mahkota yang mulia”. Namun Syaikh Ahmad  Kanji memohon izin dari gurunya untuk mencari kayu bakar. Ujar gurunya: “Ya kalau begitu, terserah kamu". Ia pun berangkat ke gunung mengumpulkan kayu bakar lalu diikat.
Waktu akan dipikul, kayu bakar itu melayang diatas kepala Syaikh Ahmad Kanji kira-kira sehasta dari kepalanya. Lantas Syaikh Ahmad Kanji pulang ke gurunya. Kayu bakar terus melayang mengikuti Syaikh Ahmad.
Setibanya ditempat Syaikh Abi Ishak Maghribi, gurunya itu berkata : “Nah Syaikh Ahmad, apa kataku, kamu tidak pantas lagi memikul kayu bakar, sebab sudah ditempati mahkota dan sorban mulia. Mulai sekarang, sudahlah jangan mencari kayu bakar. Engkau oleh Sayyid Abdul Qodir sudah ditunjuk ke pangkat Rijalulloh.
اللّٰهُمَّ انْثُـرْعَلَيْهِ النَّفَحَاتِ وَالرِّضْوَانِ ، وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِى كُلِّ وَقْتِ وَمَكَانِ
Allohumman Tsur ‘alaihin Nafahaati war ridl waan, Wa-Amiddanaa bi Asroorihi Fii kulli Waqti Wa makaan.
(JUMADITS TSANIYAH)
Manqobah Ke-15 :
Nama Syaikh Abdul Qodir Seperti Ismul A’zhom
Diriwayatkan di dalam kitab Haqo’iqul Haqo’iq, ada seorang perempuan datang menghadap Syaikh Abdul Qodir mengadukan hal anaknya, “Saya mempunyai seorang anak, kini ia hilang tenggelam ke dalam laut, saya yakin tuan Syaikh bisa mengembalikan anak saya hidup kembali, saya mohon pertolongan Tuan. Mendengar perempun itu, Syaikh berkata :Sekarang kamu pulang, anakmu sudah ada di rumahmu”. Perempuan itu pulang dengan tergesa-gesa, setibanya dirumah, anaknya itu belum ada.
Segera ia menghadap lagi kepada Syaikh sambil menangis melaporkan bahwa anaknya itu belum ada. Syaikh berkata :Sekarang anakmu sudah ada di rumahmu, sebaiknya kamu segera pulang". Perasaan rindu pada anaknya menggebu-gebu, namun setibanya di rumah, anaknya belum ada juga.
Dengan penuh keyakinan ia datang lagi menghadap Syaikh sambil menangis mohon anaknya hidup kembali. Kemudian Syaikh menundukkan kepalanya dan tegak kembali sambil berkata :Sekarang tidak akan salah lagi, pasti anakmu sudah ada dirumah. Dengan penuh harapan ia pulang menuju rumahnya, anaknya sudah ada berkat karomah Syaikh Abdul Qodir.
Mengenai peristiwa ini Syaikh munajat kepada Alloh : Yaa Alloh, Engkau Maha Kuasa menciptakan mahluk dengan mudah, demikian pula halnya pada waktu mengumpulkan mahluk dipadang mahsyar hanya dalam tempo yang singkat sudah berkumpul, mengapa hanya menghidupkan seorang saja sampai Tiga kali, hamba malu oleh perempuan itu. Dan apa hikmahnya?”.  Alloh Subhanahu wa ta’ala menjawab :Semua ucapanmu kepada perempuan itu tidak salah, pertama kali kamu mengatakan kepada perempuan itu anaknya sudah ada dirumah, malaikat baru mengumpulkan tulang belulangnya yang berserakan, dan yang kedua kalinya seluruh anggota tubuhnya baru utuh kembali dan dihidupkan, ketiga kalinya si anak di angkat dari dasar laut dikembalikan kerumahnya.
Alloh berfirman : "Wahai Abdul Qodir! Kamu jangan kecewa. Sekarang silahkan kamu minta, pasti kuberi.  Spontan Syaikh merebahkan kepalanya bersujud sambil berkata :Engkau Kholiq, apa saja yang Engkau berikan akan kuterima". Lalu Alloh memberi hadiah kepada Syaikh dan berfirman :Barang siapa melihatmu pada hari Jum’at, ia akan kujadikan wali, dan kalau kamu melihat tanah tentu akan menjadi emas. Syaikh berkata : Ya Alloh, semua pemberian-Mu kurang begitu manfaat bagiku, aku mohon karuniamu yang lebih bermanfaat dan lebih mulia setelah aku tiada". Alloh Subhanahu wa ta’ala berfirman :Namamu dibuat seperti nama-Ku, barang siapa menyebut namamu, pahalanya sama dengan yang menyebut nama-Ku.
اللّٰهُمَّ انْثُـرْعَلَيْهِ النَّفَحَاتِ وَالرِّضْوَانِ ، وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِى كُلِّ وَقْتِ وَمَكَانِ
Allohumman Tsur ‘alaihin Nafahaati war ridl waan, Wa-Amiddanaa bi Asroorihi Fii kulli Waqti Wa makaan.
Manqobah Ke-16 :
Syaikh Abdul Qodir Menghidupkan Orang Yang Sudah Mati.
Diriwayatkan di dalam kitab Asrorut Tholibin, Syaikh Abdul Qodir pada waktu melewati suatu tempat, bertemu dengan seorang umat Islam sedang berdebat dengan seorang umat Nasroni. Beliau menyikapi dengan seksama dan menanyakan apa yang menjadi sebab perdebatan itu, kata orang Muslim : "Kami sedang membangga-banggakan Nabi kami masing-masing, dan saya berkata padanya, Nabi Muhammad-lah yang paling utama". Kata orang Nasrani : "Nabi Isa-lah yamg paling sempurna". Lalu Syekh bertanya kepada orang Nasroni : "Apa yang menjadi dasar kamu mengatakan bahwa Nabi Isa-lah lebih sempurna daripada Nabi Muhammad ?". Orang Nasrani menjawab : "Nabi Isa bisa menghidupkan orang yang sudah mati". Syekh berkata lagi : "Kamu tahu aku bukan Nabi, aku hanya pengikut Nabi Muhammad sholallohu alaihi wa sallam ? Kalau aku bisa menghidupkan orang yang sudah mati, kamu bersedia untuk beriman kepada Nabi Muhammad sholallohu alahi wa sallam ?". "Baik, saya mau beriman dan masuk agama Islam", jawab orang Nasroni itu. "Kalau begitu, mari kita mencari kuburan". Lanjut Syaikh.
Setelah mereka menemukan sebuah kuburan tua, sudah berusia lima ratus tahun, lalu Syaikh mengulangi lagi pertanyaannya : "Nabi Isa kalau menghidupkan orang yang sudah mati bagaimana caranya?". Orang Nasroni menjawab : "Beliau cukup dengan mengucapkan QUM BIIDZNILLAH (Bangunlah dengan Izin Alloh)". "Nah sekarang kamu perhatikan dan dengarkan baik-baik !", kata Syekh, lalu beliau menghadap ke kuburan tadi sambil mengucapkan : "QUM BIIDZNII (Bangunlah dengan izinku)". Kuburan terbelah dua, keluarlah mayat itu sambil bernyanyi. Konon pada waktu hidupnya ia seorang penyanyi. Melihat dan menyaksikan peristiwa tersebut, orang Nasroni itu berubah keyakinan menjadi beriman kepada Nabi Muhammad Sholallohu alaihi wa sallam dan masuk agama Islam.
اللّٰهُمَّ انْثُـرْعَلَيْهِ النَّفَحَاتِ وَالرِّضْوَانِ ، وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِى كُلِّ وَقْتِ وَمَكَانِ
Allohumman Tsur ‘alaihin Nafahaati war ridl waan, Wa-Amiddanaa bi Asroorihi Fii kulli Waqti Wa makaan.
Manqobah Ke-17 :
Syekh Abdul Qodir Merebut Ruh Dari Malakul Maut
Abu Abbas Ahmad Rifa'i meriwayatkan : Ada seorang pelayan Syaikh Abdul Qodir yang meninggal dunia, kemudian isterinya datang menghadap beliau mengadukan halnya sambil menangis. Karena ratapnya itu, Syaikh menundukkan kepala bertawajjuh kepada Alloh, ketika itulah beliau melihat malakul maut sedang kelangit membawa keranjang maknawi penuh dengan ruh-ruh manusia yang baru selesai dicabut pada hari itu. Kemudian beliau meminta kepada malakul maut supaya menyerahkan nyawa muridnya. Permintaan itu ditolak oleh malakul maut. Lalu beliau merebut keranjang maknawi itu, dan tumpahlah semua nyawa yang ada di dalamnya dan kembali ke jasadnya masing-masing.
Menghadapi kejadian ini malakul maut unjuk pihatur kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala : "Ya Alloh, Engkau Maha Mengetahui tentang kekasih-Mu dan wali-Mu Abdul Qodir". Alloh berfirman : "Memang benar, Abdul Qodir itu kekasih-Ku, karena tadi nyawa pelayannya tidak kamu berikan, akibatnya seluruh ruh itu terlepas, dan sekarang kamu menyesal karena kamu tidak memberikannya".
اللّٰهُمَّ انْثُـرْعَلَيْهِ النَّفَحَاتِ وَالرِّضْوَانِ ، وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِى كُلِّ وَقْتِ وَمَكَانِ
Allohumman Tsur ‘alaihin Nafahaati war ridl waan, Wa-Amiddanaa bi Asroorihi Fii kulli Waqti Wa makaan.
(ROJAB)
Manqobah Ke-11 :
Telapak Kaki Nabi Muhammad Sholallohu Alaihi Wa sallam Memijak Pundak Syaikh Abdul Qodir Pada Malam Mi'roj
Syaikh Rosyid Al-Junaidi meriwayatkan, pada malam Mi'roj, malaikat datang menghadap Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam membawa Buroq. Kakinya bercahaya laksana bulan dan paku telapak kakinya bersinar seperti sinar bintang.
Dikala Buroq itu dihadapkan kepada Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam ia tidak bisa berdiam dan kakinya bergoyang-goyang seperti. Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam. bertanya "Mengapa kamu tidak diam? Apa kamu tidak mau kukendarai ?". Buroq menjawab: "Demi nyawa hamba yang menjadi penebusnya, hamba tidak menolak, namun ada satu permohonan, yaitu ketika engkau, Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam akan masuk surga, tidak menunggangi yang lain". Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam. menjawab: "Baik, permintaanmu akan kukabulkan".
Buroq itu masih mengajukan permohonannya: "Hendaknya tangan yang mulia memegang pundak hamba sebagai tanda bukti nanti pada hari kiamat". Lalu dipegangnya pundak Buroq itu oleh Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam. Karena gejolak rasa gembira, jasad Buroq itu tidak cukup untuk menampung ruhnya, badannya menjadi empat puluh hasta tingginya. Rosululloh terpaku sebentar melihat badan Buroq itu menjadi tinggi, terpaksa Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam memerlukan tangga.
Saat itu juga, datanglah Ghoutsul A'zhom Syaikh Abdul Qodir Al Jailani bertekuk lutut di hadapan Roasululloh Sholallohu alaihi wa sallam sambil berkata : "Silahkan pundak hamba dijadikan tangga". Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam memijakkan kakinya pada pundak Syaikh, dan lalu Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam naik buroq. Di saat itu Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam bersabda : "Sebagaimana telapak kakiku menginjak pundakmu, maka telapak kakimu akan menginjak pundak para waliyulloh".
اللّٰهُمَّ انْثُـرْعَلَيْهِ النَّفَحَاتِ وَالرِّضْوَانِ ، وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِى كُلِّ وَقْتِ وَمَكَانِ
Allohumman Tsur ‘alaihin Nafahaati war ridl waan, Wa-Amiddanaa bi Asroorihi Fii kulli Waqti Wa makaan.
(SYA'BAN)
Manqobah Ke-7 :
Kebiasaan Syaikh Abdul Qodir Setiap Malam Digunakan Untuk Ibadah Sholat Dan Dzikir
Syaikh Abu Abdillah Muhammad al-Hirowi meriwayatkan : "Aku berkhidmat mendampingi Syaikh Abdul Qodir selama empat puluh Tahun. Selama itu aku menyaksikan beliau sholat Shubuh dengan wudlu 'Isya, Seusai sholat lalu Syaikh masuk kholwat sampai waktu sholat Shubuh. Para pejabat pemerintah banyak yang datang untuk bersilaturrahmi, tapi kalau datangnya malam hari tidak bisa bertemu dengan beliau, terpaksa mereka menunggu sampai waktu Shubuh.
Pada suatu malam saya mendampingi beliau, sekejap pun aku tidak tidur, aku menyaksikan sejak sore harinya beliau melaksanakan sholat-sholat dan pada malam harinya dilanjutkan dengan berzikir melewati sepertiga malam lalu beliau membaca :

اَلْمُحِيْطُ اَلرَّبُّ اَلشَّهِيْدُ اَلْحَسِيْبُ اَلْفَعَّالُ اَلْـخَلَّاقُ اَلْـخَالِقُ اَلْبَارِئُ اَلْمُصَوِّرُ
Al Muhiithu, Ar Robbu, Asy Syahiidu, Al Hasibu, Al Fa’aalu, Al Khollaaqu, Al Khooliqu, Al Baari’u, Al Mushowwiru,
Tampak badannya mengecil sampai kecil sekali, lalu badannya membesar lagi dan meninggi sampai tinggi sekali hingga tidak nampak dari pandanganku. Kemudian beliau muncul lagi berdiri melakukan sholat dan sujudnya lama sekali.
Demikianlah beliau beribadah semalam suntuk, setelah dua pertiga malam beliau menghadap kiblat sambil membaca doa-doa, tiba-tiba terpancar sinar menyoroti beliau sehingga badannya diliputi sinar dan tidak henti-hentinya terdengar suara yang mengucapkan salam sampai terbit fajar.
اللّٰهُمَّ انْثُـرْعَلَيْهِ النَّفَحَاتِ وَالرِّضْوَانِ ، وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِى كُلِّ وَقْتِ وَمَكَانِ
Allohumman Tsur ‘alaihin Nafahaati war ridl waan, Wa-Amiddanaa bi Asroorihi Fii kulli Waqti Wa makaan.
(ROMADLON)
Manqobah Ke-2:
Beberapa Macam Tanda Kemuliaan Pada Waktu Syaikh Abdul Qodir Dilahirkan
Sayid Abu Muhammad Abdul Qodir Jaelani dilahirkan di Naif Jailan Irak pada tanggal 1 Romadlon 470 Hijriyah, bertepatan dengan 1077 Masehi. Beliau wafat pada tanggal 11 Rabiul Akhir 561 Hijriyah, bertepatan dengan 1166 Masehi, pada usia 91 tahun. Beliau dikebumikan di Baghdad, Irak.
Pada malam Syaikh di lahirkan ada lima karomah :
1.        Ayahnya, yaitu Abi Sholih Musa Janaki, pada malam hari bermimpi dikunjungi Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam diiringi para Sahabat dan Imam Mujtahidin dan para wali. Rosululloh bersabda kepada Abi Sholih Musa Janaki : "Wahai Abi Sholih, engkau akan diberi putra oleh Alloh. Putramu akan mendapat kedudukan yang tinggi di atas para wali sebagaimana kedudukanku diatas para nabi, dan anakmu itu termasuk anakku juga, kesayanganku dan kesayangan Alloh".
2.        Setelah Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam, para Nabi yang lainpun datang menghibur ayah Syaikh Abdul Qodir : "Engkau akan mempunyai putra yang akan menjadi Sulthonul Auliya, seluruh wali Alloh selain Imam Ma'shum, di bawah pimpinannya".
3.        Syaikh Abdul Qodir sejak dilahirkan pada siang hari bulan Romadlon menolak untuk menyusu. Menyusunya setelah waktu berbuka puasa.
4.        Di belakang pundak Syaikh Abdul Qodir nampak bekas telapak kaki Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam ketika beliau akan menunggangi Buroq pada malam Mi'raj.
5.        Beliau diliputi cahaya sehingga tidak seorang pun yang mampu melihatnya. Sedang usia ibunya waktu itu 60 tahun, ini juga sesuatu hal yang luar biasa.
اللّٰهُمَّ انْثُـرْعَلَيْهِ النَّفَحَاتِ وَالرِّضْوَانِ ، وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِى كُلِّ وَقْتِ وَمَكَانِ
Allohumman Tsur ‘alaihin Nafahaati war ridl waan, Wa-Amiddanaa bi Asroorihi Fii kulli Waqti Wa makaan.
Manqobah Ke-32 :
Syaikh Abdul Qodir Berbuka Puasa Di Rumah Murid-Muridnya Pada Satu Waktu Yang Bersamaan
Diriwayatkan, pada suatu hari pada bulan Romadlon, Syaikh Abdul Qodir diundang berbuka puasa oleh murid-muridnya sebanyak tujuh puluh orang di rumahnya masing-masing. Mereka berkeinginan agar Syaikh berbuka puasa di rumahnya. Mereka tidak mengetahui bahwa masing-masing dari mereka mengundang Syaikh untuk berbuka puasa pada waktu yang bersamaan.
Tiba waktunya berbuka puasa, Syaikh berbuka puasa di rumah beliau, detik itu pula rumah muridnya yang tujuh puluh orang itu masing-masing dikunjunginya dan berbuka puasa tepat pada waktu yang sama.
Peristiwa ini di kota Baghdad sudah masyhur di kalangan masyarakat dan sudah menjadi buah bibir masyarakat dalam setiap pembicaraan dan pertemuan.
اللّٰهُمَّ انْثُـرْعَلَيْهِ النَّفَحَاتِ وَالرِّضْوَانِ ، وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِى كُلِّ وَقْتِ وَمَكَانِ
Allohumman Tsur ‘alaihin Nafahaati war ridl waan, Wa-Amiddanaa bi Asroorihi Fii kulli Waqti Wa makaan.
(SYAWAL)
Manqobah Ke-22 :
Syaikh Abdul Qodir Setiap Tahun Membebaskan Hamba Sahaya Dari Perbudakan, Serta Nilai Busana Yang Beliau Pakai
Sebagian kitab manaqib meriwayatkan, sudah menjadi tradisi bahwa setiap Hari Raya Syaikh Abdul Qodir membeli beberapa hamba sahaya untu dimerdekakan dari belenggu perbudakan. Kemudian Syaikh mengantarkan mereka agar wushul kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala.
Dan apabila Syaikh Abdul Qodir berpakaian, beliau memakai pakaian yang serba indah, bagus dan mahal harganya. Nilai kainnya seharga seharga 10(Sepuluh) dinar per elonya (0,688 m), dan tutup kepalanya seharga 70(Tujuh puluh) ribu dinar. Terompahnya diteratas intan berlian dan jamrud. Paku terompahnya terbuat dari perak.
Namun pakaian yang serba mewah itu bila ada orang yang memerlukannya, saat itu juga beliau berikan.
اللّٰهُمَّ انْثُـرْعَلَيْهِ النَّفَحَاتِ وَالرِّضْوَانِ ، وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِى كُلِّ وَقْتِ وَمَكَانِ
Allohumman Tsur ‘alaihin Nafahaati war ridl waan, Wa-Amiddanaa bi Asroorihi Fii kulli Waqti Wa makaan.
Manqobah Ke-33:
Syaikh Abdul Qodir Menyelamatkan Muridnya, Seorang Wanita Dari Pengkhianatan Lelaki Jahat
Diriwayatkan, di kota Baghdad ada seorang wanita cantik. Sebelum ia menjadi murid Syaikh Abdul Qodir, ada seorang lelaki fasik, hidung belang, dan tuna susila menaruh perhatian pada wanita itu, namun cintanya tidak dibalas. Lelaki itu pun tak henti-hentinya berusaha mencari jalan untuk melakukan niat jahatnya.
Pada suatu hari, wanita itu berangkat menuju sebuah gua di suatu gunung untuk berkholwat dengan tujuan ibadah. Tanpa ia ketahui bahwa ia sedang diintai oleh lelaki tadi. Ketika wanita itu tiba di dalam gua, si lelaki jahat itu masuk, dengan sekuat tenaga ia mau memperkosa wanita itu, wanita itu pun berusaha menghindar dari kejahatan lelaki tersebut sambil berteriak memanggil-manggil Syaikh Abdul Qodir : "Ya Syaikh Tsaqolain, Ya Ghoutsal A'zhom, Ya Syaikh Abdul Qodir, tolonglah saya!", demikianlah wanita itu bertawassul dan beristighotsah.
Waktu itu Syaikh sedang mengambil air wudlu untuk melaksanakan sholat di madrosahnya, lalu dilepasnya sepasang bakiak Syaikh, dilemparkan kearah gua dan tepat mengenai kepala lelaki jahat itu. Di kala laki-laki jahat itu akan melakukan aksinya, bertubi-tubi sepasang bakiak memukul, menampar lelaki itu dengan pukulan-pukulan yang mematikan dan seketika itu juga ia mati. Wanita itu segera mengambil sepasang bakiak milik Syaikh, lalu diserahkannya kepada Syaikh. Kemudian ia mengucapkan terima kasih atas pertolongannya.
اللّٰهُمَّ انْثُـرْعَلَيْهِ النَّفَحَاتِ وَالرِّضْوَانِ ، وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِى كُلِّ وَقْتِ وَمَكَانِ
Allohumman Tsur ‘alaihin Nafahaati war ridl waan, Wa-Amiddanaa bi Asroorihi Fii kulli Waqti Wa makaan.
(DZULQO'DAH)
Manqobah Ke-31:
Syaikh Abdul Qodir Berziarah Ke Makam Rosululloh Saw Dan Mencium Tangan Beliau
Pada waktu Syaikh Abdul Qodir berziarah ke makam Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam di Madinah Munawwaroh, setibanya di sana beliau langsung masuk ke makam Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam yaitu Hujroh Syarifah. Selama empat puluh hari beliau bermukim di hadapan makam Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam, kedua tangannya diletakkan pada dadanya sambil bermunajat mengharap Rohmat Alloh, menumpahkan isi hati nuraninya dengan makna dari bait dibawah ini :

ذُنُوْبِي كَمَوْجِ الْبَحْرِ بَلْ هِيَ اَكْثَرُ ۞ كَمِثْلِ الْجِبَالِ الشَّامِّ بَلْ هِيَ اَكْبَرُ
وَلَكِنَّهَا عِنْدَ الْكَرِيْمِ اِذَا عَفَا ۞ جُنَاحٌ مِنَ الْبُعُوْضِ بَلْ هِيَ اَصْغَرُ
dzunubi kamaujil bahri bal hiya aktsaru # kamitslil jibalis Syummi bal hiya akbaru
walakinnaha 'indal karimi idza 'afaa # janahum minal bu'uudhi bal hiya ashghoru
Artinya: "Besar dosaku, seperti gulungan ombak dilaut, bahkan lebih besar;
Tinggi, setinggi puncak gunung Syam, bahkan lebih tinggi lagi.
Namun bila daku Kau ampuni ringan dosaku; Seringan sayap nyamuk, kecil bahkan sekecil amat sangat".
Lalu beliau meneruskan munajat pengharapannya dengan bait dibawah ini:

فِي حَاَلِة الْبُعْدِ رُوْحِي كُنْتُ اُرْسِلُهَا ۞ تُقَبِّلُ الْأَرْضَ عَنِّي وَهِيَ نَائِبَتِي
وَهَذِهِ نَوْبَةُ الْأَشْبَاحِ قَدْ حَضَرَتْ ۞ فَامْدُدْ يَمِيْنَكَ كَي تَحْظَى بِهَا شَفَتِي

fii halatil bu'di ruuhii kuntu ursiluhaa # tuqobbilul ardho 'anni wahya naibaatii
Wahadzihi naubatul asybaahi qod hadhorot # Famdud yamiinaka kai tahzho bihaa syafatii
Artinya: "Kala jauh dari kekasih, ku utus roh pengganti diri, Ulurkan tanganmu kini kasih,
Kan kukecup sepuas hati, untuk terima syafaat kekasih".
Selesai beliau meluapkan isi hati nuraninya, tangan Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam yang mulia terulur keluar lalu dipegang, diciumnya sepuas hati dan diletakkan pada ubun-ubun Syaikh.
اللّٰهُمَّ انْثُـرْعَلَيْهِ النَّفَحَاتِ وَالرِّضْوَانِ ، وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِى كُلِّ وَقْتِ وَمَكَانِ
Allohumman Tsur ‘alaihin Nafahaati war ridl waan, Wa-Amiddanaa bi Asroorihi Fii kulli Waqti Wa makaan.
(DZULHIJJAH)
Manqobah Ke-8 :
Berlaku Benar Adalah Dasar Hidup Syaikh Abdul Qodir
Suatu hari Syaikh Abdul Qodir ditanya oleh seorang muridnya, "Apakah pedoman hidup tuan?".
عَلَى الصِّدْقِ وَمَا كَذِبْتُ قَطٌّ
'Alas shidqi wa maa kadzibtu qoth-thu
Artinya : "Benar pantang dusta."
Diriwayatkan waktu Syaikh sampai usia delapan belas Tahun, beliau pergi ke padang rumput mau menggembalakan seekor unta. Ditengah perjalanan, unta tersebut menoleh ke belakang dan berkata kepadanya : "Bukan begini tujuan hidupmu dilahirkan ke dunia ini".
Dengan kata-kata unta ini, Syaikh kembali ke rumahnya, beliau naik ke loteng menjumpai ibunya. lalu Syaikh memohon kepada ibunya agar mengirimkannya ke Baghdad untut menuntut ilmu. Ketika ibunya mendengar permohonan putranya itu, ia sangat setuju dan mengijinkan Syaikh berangkat ke Baghdad. Dengan uang bekal empat puluh dinar, dimasukkan ke dalam baju putranya persis di bawah ketiak lalu dijahit agar tidak hilang. Kemudian Syaikh Abdul Qodir disuruh menggabungkan diri bersama suatu kafilah yang akan berangkat ke Baghdad. Ibunya berpesan kepada Syaikh agar jangan berdusta dalam keadaan bagaimana pun.
Setelah kafilah berangkat dan Syaikh Abdul Qodir di dalamnya, tatkala kafilah itu hampir memasuki kota Baghdad, di suatu tempat, Hamdan namanya, tiba-tiba datang enam puluh orang penyamun berkuda merampok kafilah itu habis-habisan. Semua perampok itu tidak ada yang memperdulikan Syaikh Abdul Qodir karena beliau tampak begitu sederhana. Mereka mengira pemuda itu tidak mempunyai apa-apa.
Namun ada seorang dari perampok itu bertanya kepanya, apa yang ia punya. Dijawabnya bahwa ia punya uang empat puluh dinar dijahit di bawah ketiak. Penyamun tidak percaya, lalu lapor kepada pimpinannya apa yang telah ia dengar dari pemuda itu. Lalu diperintahkan kepada penyamun tadi supaya pemuda itu dihadapkan kepadanya. Setelah Syaikh menghadap, beliau ditanya oleh kepala perampok itu, "Benar apa yang kamu katakan tadi ?", dijawab oleh Syaikh, "Benar".
Lalu kepala penyamun itu menyuruh mengiris jahitan bajunya. Dan keluarlah uang empat puluh dinar. Melihat uang itu, kepala penyamun menjadi keheran-heranan, kemudian menanyakan lagi kepada Syaikh Abdul Qodir, apa sebabnya dia berkata yang sebenarnya. Dengan tenang dijawab oleh Syaikh bahwa beliau berjanji kepada ibunya tidak akan berkata dusta kepada siapa pun dan dalam keadaan bagaimana pun.
Mendengar jawaban itu, kepala penyamun tadi menangis tersedu-sedu karena ia merasa dalam hati kecilnya bahwa ia selama hidupnya terus menerus telah melanggar perintah Tuhannya, sedang seorang pemuda ini tidak berani melanggar janji terhadap ibunya.
Lalu sang kepala perampok jatuh terduduk di kaki Syaikh Abdul Qodir dan menyesali dosa yang pernah dilakukannya. Dia berjanji dengan sungguh-sungguh akan berhenti dari pekerjaan merampok yang diakuinya sendiri sebagai perbuatan yang hina dan jahat. Kemudian kepala perampok tadi dan anak buahnya mengembalikan semua barang rampokan tadi dan anak buahnya mengembalikan semua barang rampokan kepada kafilah, perjalanan pun dilanjutkan dengan selamat sampai ke Baghdad.
Anak buah perampok itu seluruhnya mengikuti jejak langkah pemimpinnya dan kembalilah mereka dalam masyarakat biasa mencari nafkah dengan halal dan jujur. Diriwayatkan bahwa ke enam  puluh perampok ini menjadi murid pertama Syaikh Abdul Qodir.
اللّٰهُمَّ انْثُـرْعَلَيْهِ النَّفَحَاتِ وَالرِّضْوَانِ ، وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِى كُلِّ وَقْتِ وَمَكَانِ
Allohumman Tsur ‘alaihin Nafahaati war ridl waan, Wa-Amiddanaa bi Asroorihi Fii kulli Waqti Wa makaan.

(DOA MANAQIB)
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اِلٰى حَضْرَةِ سُلْطَانِ اْلأَوْلِيَاءِ وَقُدْوَةِ اْلأَصْفِيَاءِ قُطْبِ الرَّبَّانِيِّ وَالْغَوْثِ الصَّمَدِيِّ السَّيْدِ الشَّيْخِ عَبْدِ الْقَادِرِ الْـجَيْلَانِي قَدَّسَ اللّٰهُ سِرَّهُ، اَلْـفَاتـِحَةْ ...
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ . اَللّٰهُمَّ بِأَسْمَائِكَ الْحُسْنَى وَبِأَسْمَاءِ نَبِيِّكَ الْمُصْطَفَى وَبِأَسْمَاءِ وَلِيِّكَ عَبْدِ الْقَادِرِ الْـمُجْتَبَى ، طَهِّرْ قُلُوْبَنَا مِنْ كُلِّ وَصْفٍ يُبَاعِدُنَا عَنْ مُشَاهَدَتِكَ وَمَـحَبَّتِكَ وَاَمِتْنَا عَلىَ السُّنَّةِ وَالْـجَمَاعَةِ ، وَشَرِّحْ بِهَا صُدُوْرَنَا وَيَسِّرْ بِهَا أُمُوْرَنَا وَفَرِّجْ بِهَا هُمُوْمَنَا وَاكْشِفْ بِهَا غُمُوْمَنَا وَاغْفِرْ بِهَا ذُنُوْبَنَا وَاقْضِ بِهَا دُيُوْنَنَا وَاصْلِحْ بِهَا اَحْوَالَنَا وَبَلِّغْ بِهَا آمَالَنَا وَتَقَبَّلْ بِهَا تَوْبَتَنَا وَاغْسِلْ بِهَا حَوْبَتَنَا وَانْصُرْ بِهَا حُجَّتَنَا وَاجْعَلْنَا بِهَا مِنَ الْمُتَّبِعِيْنَ لِشَرِيْعَةِ نَبِيِّكَ الْمُتَّصِفِيْنَ بِمَـحَبَّتِهِ الْمُهْتَدِيْنَ بِهَدْيِهِ وَسِيْرَتِهِ وَتَوَفَّنَا بِهَا عَلَى سُنَّتِهِ وَلَا تَحْرِمْنَا فَضْلَ شَفَاعَتِهِ وَاحْشُرْنَا فِي زُمْرَتِهِ وَاَتْبَاعِهِ الْغُرِّ الْـمُحَجِّلِيْنَ وَاَشْيَاعِهِ السَّابِقِيْنَ وَاَصْحَابِ الْيَمِيْنِ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
Ilaa hadlroti Sulthoonil Auliyaa'i wa qudwatil ashfiyaa'i quthbir robbaanì wal ghoutsush shomadaanii Sayyidis Sayyid Abdul Qodir Al Jailani, AL FAATIHAH …

Alloohumma sholli 'ala Sayyidinaa Muhammadin wa 'alaa aali Sayyidina Muhammad. Amin. Alloohumma bi Asmaa'i-Kal Husnaa wa bi asmaa'i nabiyyi-Kal Mushthofa wa bi asma'i waliyyika Abdul Qodiril Mujtaba, thohhir quluubanaa min kulli washfiy yubaa'idunaa 'an musyaahadati-Ka wa mahabbati-Ka wa amitnaa 'alas sunnati wal jamaa'ati, wa syarrih bihaa shuduuronaa wa yassir bihaa umuuronaa wa farij bihaa humuumanaa waksyif bihaa ghumuumanaa waghfir bihaa dzunuubanaa waqdli bihaa duyuunana wa ashlih bihaa ahwaalanaa wa balligh bihaa aamalana wa taqobbal bihaa taubatanaa waghshil bihaa haubatanaa wanshur bihaa hujjatanaa waj 'alnaa bihaa minal muttabi'iina lisyarii'ati nabiyyi-Kal muttashifìna bi mahabbatihil muhtadiina bihadyihii wa siirotihhii wa taffanaa bihaa 'ala sunnatihii wa laa tahrimnaa fadlla syafaa 'atihì wahsyurnaa fì zumrotihi wa atbaa'ihil ghurril muhajjaliina wa asy yaa'ihhis saabiqiina wa ash haabihil yamiini yaa Arhamar Roohimiina.

Artinya : Ya Alloh semoga disampaikan pahala bacaaan Al Fatihah ini kehadapan sang pimpinan para Wali, panutan para Shufi, Soko guru Ketuhanan Penolong siapa saja yang bergantung kepada yang Maha kaya, Tuannya Tuan, Abdul Qodir Al Jailani, AL FAATIHAH …
Ya Alloh, limpahkan Rahmat serta Salam-Mu kepada junjungan kami Nabi Muhammad serta keluarganya. Ya Alloh, dengan semua nama-nama-Mu yang baik dan dengan semua nama Nabimu yang terpilih, dan dengan semua nama Walimu Abdul Qodir yang terpilih dari para wali pilihan, semoga Engkau membersihkan hati kami dari semua sifat yang menjauhkan kami dari mushyahadah ke pada-MU dan Mahabbah kepada-Mu dan wafatkanlah kami di dalam menetapi Ahlussunnah wal Jamaah dan semoga Engkau melapangkan dada kami dan memudahkan semuah urusan kami dan semoga Engkau menghilangkan semua penderitaan kami dan semoga engkau melenyapkan semua kesedihan kami dan semoga Engkau mengampuni semua dosa kami dan semoga engkau membayar hutang-hutang kami dan semoga engkau memperbaiki gerak-gerik kami dan semoga Engkau menyampaikan cita-cita kami dan semoga Engkau menerima taubat kami dan semoga Engkau memandikan kaum keluarga kami dan semoga Engkau menjadikan kami dengan Nama-Nama Mulia itu termasuk orang-orang yang mengikuti syariat Nabi-Mu yang memiliki sifat-sifat cinta kepadanya yang mendapatkan petunjuknya serta perjalanannya dan semoga Engkau wafatkan kami sedang dalam melaksanakan sunnahnya dan semoga engkau tidak menghalangi kami untuk memperoleh keunggulan pertolongannya dan semoga Engkau mengumpulkan kami bersama rombongannya serta semua pengikutnya yang cemerlang serta golongannya yang terdahulu serta Ashabul Yamin, Wahai Zat Yang Maha pengasih orang-orang yang mengasihi.

000

( ilaa hadrotin Syeikh Abdulloh Mubarok bin Nur Muhammad Ra, Al Fatihah : )
TANBIH
بِسْــمِ اللهِ الرَّحْمٰـنِ الرَّحِـيْمِ
Bismillahir rohmaanir rohiim.

Tanbih ini dari Syaikhuna Almarhum Syeikh Abdulloh Mubarok bin Nur Muhammad, yang bersemayam di Patapan Suryalaya Kejambaran Rohmaniyyah. Sabda Beliau kepada khususnya segenap murid-murid pria, wanita, tua, muda.
Semoga ada dalam kebahagiaan, dikaruniai Alloh subhanahu wa ta’ala, kebahagiaan yang kekal dan abadi, dan semoga tak akan timbul keretakan dalam lingkungan kita sekalian. Pun pula semoga pimpinan Negara bertambah kemulian dan keagungannya supaya dapat melindungi dan membimbing seluruh rakyat dalam keadaan aman, adil, makmur, zhohir dan bathin.
Pun kami tempat orang bertanya tentang Thoriqoh Qo
odiriyyah Naqsyabandiyyah Pondok Pesantren Suryalaya menghaturkan dengan tulus ikhlas.
Wasiat kepada segenap murid-murid, berhati-hatilah dalam segala hal, jangan sampai berbuat yang bertentangan dengan peraturan Agama dan Negara.
Ta’atilah kedua-duanya tadi sepantasnya, demikian sikap manusia yang tetap dalam keimanan, tegasnya dapat mewujudkan kerelaan terhadap Agama dan Negara, ta’at kahadirat Ilahi yang membuktikan perintah Agama dan Negara.
Insyafilah, hai murid-murid sekalian, janganlah terpaut oleh bujukan nafsu, terpengaruh oleh godaan syetan, waspadalah akan jalan penyelewengan terhadap perintah Agama dan Negara, agar dapat meneliti diri kalau-kalau tertarik oleh bisikan iblis yang selalu meyelinap dalam hati sanubari kita semua.
Lebih baik buktikan kebajikan yang timbul dari kesucian :
1.      Terhadap orang-orang yang lebih tinggi daripada kita, baik zhohir maupun bathin harus kita hormati, begitulah seharusnya hidup rukun saling harga menghargai.
2.      Terhadap sesama yang sederajat dengan kita dalam segala-galanya, jangan sampai terjadi persengketaan, sebaliknya harus bersikap rendah hati, bergotongroyong dalam melaksanakan perintah Agama dan Negara, jangan sampai terjadi perselisihan dan persengketaan, jangan sampai kita terkena Firman-Nya : “ADZABUN ALIM” yang berarti duka nestapa untuk selama-lamanya dari dunia sampai akhirat ‘badan payah hati susah’.
3.      Terhadap orang-orang  yang keadaannya dibawah kita, janganlah hendak menghinakan atau berbuat tidak senonoh, bersikap angkuh, sebaliknya harus belas kasihan dengan kesadaran agar meraka merasa senang dan gembira hatinya, jangan sampai merasa takut dan liar, bagaikan tersayat hatinya, sebaliknya harus dituntun, dibimbing dengan nasihat yang lemah lembut yang akan memberikan keinsyafan dalam menginjak jalan kebajikan.
4.      Terhadap faqir miskin harus kasih sayang, ramah tamah, serta bermanis budi, bersikap murah tangan mencerminkan bahwa hati kita sadar, coba rasakan diri kita pribadi, betapa pedihnya jika dalam keadaan kekurangan,  oleh karena itu janganlah acuh tak acuh hanya diri sendiri lah yang senang, karena mereka jadi fakir miskin itu bukan kehendaknya sendiri, namun itulah Kudrat Tuhan.
Demikianlah sesungguhnya sikap manusia yang penuh kesadaran meskipun terhadap orang asing karena mereka itu masih keturunan Nabi Adam As, mengingat ayat 70 Suroh Al Isro yang artinya : “Sangat Kami muliakan keturunan Adam 'Alaihis sallam dan kami sebarkan segala yang berada di darat dan di lautan, dan Kami beri mereka rizki yang baik-baik, juga Kami mengutamakan meraka lebih utama dari makhluk lainnya”.
Kesimpulan dari ayat ini bahwa kita sekalian seharusnya saling harga menghargai jangan timbul kekecewaan mengingat Suroh Al Maidah yang artinya : “Hendaklah tolong menolong dengan sesama dalam melaksanakan kebajikan dan ketaqwaan dengan sungguh-sungguh terhadap Agama dan Negara, sebaliknya jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan terhadap perintah Agama dan Negara”.
Adapun soal keagamaan itu terserah agamanya masing-masing mengingat suroh Al Kafirun ayat 6 : “Agamamu untuk kamu, agamaku untuk aku”. Maksudnya jangan terjadi perselisihan, wajiblah kita hidup rukun saling harga menghargai tetapi janganlah ikut campur”.
Cobalah renungkan pepatah leluhur kita : “Hendaklah kita bersikap budiman tertib dan damai andaikan tidak demikian pasti sesal dahulu pendapatan sesal kemudian tak berguna, karena yang menyebabkan penderitaan diri peribadi itu adalah akibat dari amal perbuatan diri sendiri”.
Dalam suroh An Nahl ayat 112 diterangkan bahwa : “Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan beberapa contoh yakni tempat maupun kampung, desa maupun Negara yang dahulu aman dan tentram gemah lipah loh jinawi, namum penduduknya /penghuninya mengingkari ni’mat-ni’mat Alloh maka lalu berkecambuklah bencana kelaparan penderitaan dan ketakutan yang disebabkan sikap dan perbuatan mereka sendiri.
Oleh karena demikian hendaklah segenap murid-murid bertindak teliti dalam segala jalan yang ditempuh guna kebaikkan zhohir dan bathin, dunia dan akhirat, supaya hati tentram jasad nyaman jangan sekali-kali timbul persengketaan tidak lain tujuannya Budi Utama Jasmani Sempurna (Cageur Bageur).
Tiada lain amalan kita Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya amalkan sebaik-baiknya guna mencapai segala kebaikan menjauhi segala kejahatan zhohir bathin yang bertalian dengan jasmani dan rohani yang selalu diselimbuti bujukan nafsu digoda oleh perdaya syetan.
Wasiat ini harus dilaksanakan dengan seksama oleh segenap murid-murid agar mencapai keselamatan dunia dan akhirat, aamiin.

Patapan Suryalaya, 13 februari 1956.
Wasiat ini disampaikan kepada sekalian ikhwan.

Tertanda

Syeikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul’Arifin Qs.

(
  ilaa hadrotin Syeikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul’Arifin Qs, Al Fatihah : )
  

Untaian Mutiara :


1.                Jangan Benci Kepada Ulama Yang Sezaman.
2.                Jangan Menyalahkan Kepada Pengajaran Orang Lain.
3.                Jangan Memeriksa Murid Orang Lain.
4.                Jangan Berubah Sikap Meskipun Disakiti Orang Lain.
5.                Mesti Menyayangi Orang Yang Membenci Kepadamu.

( Bibarokati Syeikh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul, Al fatihah : )


000
KITAB MANAQIB SYAIKH ‘ABDUL QODIR AL JAILANI Qoddasallohu Sirruhu.

Website : http:/abdrauf-alhijaz.blogspot.co.id/2014/12/kitab-manaqib-syeikh-abdul-qodir-al.html


000

Postingan populer dari blog ini

Robithoh

Robithoh Robithoh, dapat diartikan hubungan antara yang menghubungi dari yang dihubungi. Seperti hubungan :  antara anak dengan orang tuanya. Antara guru dengan muridnya. Antara mahasiswa dengan dosennya. Antara menantu dengan mertuanya. Antara pedagang eceran dengan agen besarnya. Antara santri dengan kiayinya. Antara saudara dengan saudaranya. Antara teman dengan temannya. Antara rakyat dengan pemimpinnya. Antara bawahan dengan atasannya. Antara upline dengan downline-nya. Antara kita ummat dengan Nabinya. Antara kita hamba dengan Alloh Subhanahu wa ta’ala . Adapun hubungan itu, ada hubungan langsung juga ada hubungan tidak langsung. Adapun Robithoh wajib itu, seperti ummat Islam melaksanakan sholat dengan menghadap kiblat. Kiblat itu penghubung antara orang yang Sholat dengan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Kalau tidak menghadap Kiblat, maka sholatnya tidak akan syah. Jadi untuk melakukan yang wajib maka wajib dengan Robithoh tersebut ( menghadap kilat ) . Itulah Sya

Tidak Ada Yang Kebetulan

DI DUNIA INI TIDAK ADA YANG KEBETULAN === Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala : “ Dan pada Alloh-lah kunci-kunci semua yang ghoib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata ( Lauh Mahfudz )" ( Surat Al-An'am : 59 ). Tiada sesuatu yang kebetulan. Karena Alloh telah menegaskan bahwa tidak ada satu pun yang terlepas dari kudrot, irodat, dan ilmu Alloh. Segalanya yang terjadi bahkan yang akan terjadi telah tercatat di lauh mahfudz. Ayat tsb diatas menegaskan bahwa segalanya ada dibawah kehendak & ilmu Alloh, Dan semuanya sudah tercatat di lauh mahfudz. Sering kita mendengar percakapan sehari-hari yang mengatakan, “ Kebetulan ketemu disini ”, “ Kebetulan ada yang memberi”, “K ebetulan sekali h

Pentingnya Berwasilah

Pentingnya Berwasilah Oleh : Renandhi Wira Fitra, S.H.I. Ikhwan TQN PPS dari Kota Depok. Setiap diri yang memiliki niat dan cita cita untuk sampai(Wushul) kepada Alloh sudah PASTI akan membutuhkan WASILAH ( perantara). Hal ini sebagaimana firman Alloh Swt : “ Hai orang orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Alloh dan carilah wasilah dalam mencapai ketaqwaan itu ....” ( QS. Al-Maidah : 35 ) Dalam ayat tersebut kalimat wabtaghu menggunakan fi’il amar/kata perintah yang menandakan khitab /seruan bagi orang beriman bahwa mencari wasilah itu adalah kewajiban...kenapa wajib ? karena memang manusia membutuhkannya..! Jadi dengan adanya wasilah bagi setiap hamba itu adalah mutlaq suatu KEBUTUHAN, selain berdasarkan dari dalil ayat tersebut juga berdasarkan kepada tabiat manusia yang selalu membutuhkan bantuan dalam medapatkan sesuatu, sehingga menolak adanya wasilah maka itu bertentangan dengan Hukum Alloh dan fitrah manusia itu sendiri. Wasilah adalah perantara yang