Langsung ke konten utama

peringatan Manaqiban

Khidmat Amaliyyah Ilmiah Manaqiban
Asal kata manaqib menurut lugot bahasa arab artinya adalah “jalan diatas gunung” atau “tanjakan”. Didalam bahasa sunda adalah “Tingkatan” atau istilah sekarang up grading.
Adapun istilah manaqib, yaitu : “Ma Urrifa Bihi Minal Khisho Lil Hamidati Wal Akhlaqil Kamidati”. Yang maknanya : perkara yang sudah diketahui bahwa keluarnya perkara itu dari hal yang terpuji dan dari budi pekerti yang baik juga disebut tanda keagungan.
Didalam manaqib ada tiga kandungan :
1.       Riwayat
2.       Karomah
3.       Wasiyat
Hukum membaca manaqiban adalah Sunnah, karena manaqiban bisa menjadi kifarat dosa.
sebagaimana didalam hadits riwayat Ahmad dan Tabroni :
“Memperingati orang-orang Sholih akan memperoleh Kifarot dosa dan pada peringatan tersebut akan turun Rohmat dan memperoleh Barokah”
Para Ahli Thoriqoh, terbiasa mengadakan khidmat amaliyyah manaqiban, utamanya untuk mengharapkan Barokah dan Rohmat Alloh subhanahu wa ta’ala, dengan ternaungi oleh Karomah dari yang memiliki Manaqiban tersebut.
Jalan lain mengharap Barokah itu ada lagi, yaitu menurut firman Alloh subahanahu wa ta’ala :
“Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku lah kembali. Maka Ku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”
Kesimpulan dari ayat ini, kita adalah manusia beriman yang harus ta’at kepada Alloh dan Rosul-Nya, juga harus mengikuti jalannya orang-orang yang sudah Taqorrub kepada Alloh, yaitu Para Auliya Alloh.
Jadi sudah jelaslah bahwa hukum membacakan manaqib itu Sunnah.
Adapun dalil-dalil yang lain yang berhubungan dengan manaqiban, diantaranya :
didalam Al Qur’an Surat at Taubah ayat 100 :
Orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama masuk Islam diantara orang-orang Muhajirin dan Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Alloh Ridlo dengan mereka dan mereka pun Ridlo kepada Alloh dan Alloh menyediakan bagi mereka syurga-syurga yang mengalir sungai-sungai didalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar” (QS. At Taubah : 100)
Karena itu, yang memiliki manaqib itu bukan hanya para wali saja, akan tetapi para Sahabat Muhajirin dan Anshor juga memiliki manaqib. (lihat Kitab Bukhori Juz 4).
Jelas  sudah bahwa manaqiban itu ada didalam Al Qur’an dan Hadits.
Oleh karena itu seseorang yang melaksanakan Amaliyyah Khidmat Manaqiban, itu semua hanya sebagai mengingat-ingat Akhlaq Para Sholihin dan Shidiqin, agar kita dapat mencontoh kepada mereka, karena mereka sudah meniru (mengikuti) Akhlaq Nabi Muhammad sholallohu ‘alaihi wa sallam.
Seseorang yang mengikuti kepada orang yang sudah mengikuti kepada Nabi adalah sama saja dengan orang yang mengikuti kepada Nabi. Karena kaidah menurut Qoidah Ahli Munatiqoh : “Annal Mundarija Fil Mun Dariji Mundarijun Tahta Dzali Kassae i”
maknanya :
Seandainya kita meniru, mengikuti perjalanan para wali Alloh, itu sama dengan meniru, mengikuti kelakuan Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa salam, sebab kelakuan para Wali Alloh tidak keluar dari dasar-dasar Al Qur’an dan Sunnah Rosululloh, karena Alloh tidak menjadikan seseorang menjadi wali melainkan karena mereka ber-Taqwa kepada Alloh,
sebagaimana Firman-Nya :
“Seseungghnya (Para Wali Alloh) orang yang berhak menguasainya, hanyalah orang-orang yang ber-Taqwa” (QS. Al Anfal : 34)
Hadits Qudsi :
مَنْ عَادٰى لِيْ وَلِيًّا فَقَدْ اٰذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ
Artinya : “Barangsiapa yang memusuhi Wali-Ku maka Aku idzinkan perang terhadapnya”
Imam Al Mahzumi menjelaskan : “Tidak boleh satupun ulama yang menentang dan mengingkari apapun yang dilakukan oleh Ahli Sufi, secara keseluruhan tidak berhaq, dan orang itu boleh mengingkari seorang sufi dengan memiliki 70 syarat”,
Sumber : Kitab Bidayatul Salikin.
000
000

Media Informasi & Dakwah Para Penyambut Pecinta Kesucian Jiwa.  
Thoriqoh Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah PP Suryalaya Membangun Peradaban Dunia



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Robithoh

Robithoh Robithoh, dapat diartikan hubungan antara yang menghubungi dari yang dihubungi. Seperti hubungan :  antara anak dengan orang tuanya. Antara guru dengan muridnya. Antara mahasiswa dengan dosennya. Antara menantu dengan mertuanya. Antara pedagang eceran dengan agen besarnya. Antara santri dengan kiayinya. Antara saudara dengan saudaranya. Antara teman dengan temannya. Antara rakyat dengan pemimpinnya. Antara bawahan dengan atasannya. Antara upline dengan downline-nya. Antara kita ummat dengan Nabinya. Antara kita hamba dengan Alloh Subhanahu wa ta’ala . Adapun hubungan itu, ada hubungan langsung juga ada hubungan tidak langsung. Adapun Robithoh wajib itu, seperti ummat Islam melaksanakan sholat dengan menghadap kiblat. Kiblat itu penghubung antara orang yang Sholat dengan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Kalau tidak menghadap Kiblat, maka sholatnya tidak akan syah. Jadi untuk melakukan yang wajib maka wajib dengan Robithoh tersebut ( menghadap kilat ) . Itulah Sya

Tidak Ada Yang Kebetulan

DI DUNIA INI TIDAK ADA YANG KEBETULAN === Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala : “ Dan pada Alloh-lah kunci-kunci semua yang ghoib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata ( Lauh Mahfudz )" ( Surat Al-An'am : 59 ). Tiada sesuatu yang kebetulan. Karena Alloh telah menegaskan bahwa tidak ada satu pun yang terlepas dari kudrot, irodat, dan ilmu Alloh. Segalanya yang terjadi bahkan yang akan terjadi telah tercatat di lauh mahfudz. Ayat tsb diatas menegaskan bahwa segalanya ada dibawah kehendak & ilmu Alloh, Dan semuanya sudah tercatat di lauh mahfudz. Sering kita mendengar percakapan sehari-hari yang mengatakan, “ Kebetulan ketemu disini ”, “ Kebetulan ada yang memberi”, “K ebetulan sekali h

Pentingnya Berwasilah

Pentingnya Berwasilah Oleh : Renandhi Wira Fitra, S.H.I. Ikhwan TQN PPS dari Kota Depok. Setiap diri yang memiliki niat dan cita cita untuk sampai(Wushul) kepada Alloh sudah PASTI akan membutuhkan WASILAH ( perantara). Hal ini sebagaimana firman Alloh Swt : “ Hai orang orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Alloh dan carilah wasilah dalam mencapai ketaqwaan itu ....” ( QS. Al-Maidah : 35 ) Dalam ayat tersebut kalimat wabtaghu menggunakan fi’il amar/kata perintah yang menandakan khitab /seruan bagi orang beriman bahwa mencari wasilah itu adalah kewajiban...kenapa wajib ? karena memang manusia membutuhkannya..! Jadi dengan adanya wasilah bagi setiap hamba itu adalah mutlaq suatu KEBUTUHAN, selain berdasarkan dari dalil ayat tersebut juga berdasarkan kepada tabiat manusia yang selalu membutuhkan bantuan dalam medapatkan sesuatu, sehingga menolak adanya wasilah maka itu bertentangan dengan Hukum Alloh dan fitrah manusia itu sendiri. Wasilah adalah perantara yang