Langsung ke konten utama

Bulan Memanen Telah Berlalu

Bulan Memanen Telah Berlalu
“Rojab bulan menanam
“Sya’ban bulan untuk memupuk
“Romadlon bulan memanen”

Romadlon telah berlalu, bulan memanen telah usai. Diantara tanda kemuliaan seseorang adalah dapat mengkoreksi amaliyyah yang sudah kita lakukan dimasa lalu. Seseorang dianggap akan merugi diantaranya adalah :
Pertama : Seseorang yang melupakan dosa-dosa nya yang telah lalu ( tidak berusaha untuk bertaubat serta memperbaikki diri ). Padahal dihadapan Alloh dosa itu tercatat tanpa ada yang tertinggal sekecil apapun.
Kedua : Cepat merasa bangga akan kebaikan yang pernah dilakukannya, tetapi tidak pernah berpikir apakah amal itu diterima atau ditolak Alloh Subhanahu wa ta’ala.
Ketiga : Dalam hal yang bersifat duniawi, orang kaya dijadikan bahan perbandingan, tetapi dalam masalah amaliyah yang malas justru dijadikan bahan percontohannya.
Dengan penuh harap semoga ibadah puasa yang telah kita lakukan diterima disisi Alloh Subhanahu wa ta’ala, dan dapat berbekas dalam langkah kehidupan kedepan. Serta dapat me-Romadlonkan Sebelas bulan yang lainnya. Mengingat yang selesai hanyalah puasa lahiriah saja, sementara anggota badan dan hati setahun kedepan harus senantiasa terjaga dari kemaksiatan dan hati tidak ada yang diingat kecuali Alloh Subhanahu wa ta’ala saja.
Syeikh Dzunnun al Misri Rodliyallohu ‘aanhu beliau adalah salah satu seorang ulama ‘arif billah yang tidak diragukan kapabilitas keilmuannya beliau merangkaikan istilah :

“Rojab dengan Syahru Jar’in bulan untuk menanam
“Sya’ban dengan Syahru Saqin bulan untuk memupuk
“Romadlon dengan Syahru Hashodin bulan untuk memanen.

Seseorang yang meninginkan panen dengan hasil terbaik pasti akan menanam jenis bibit unggul dan akan rajin memupuk serta merawatnya. Ketika itu tidak diindahkan maka bersiaplah untuk gagal panen. Dalam penjelasan Tuan Syeikh Abdul Qodir Jailani Qoddsallohu sirrohu, sejak bulan Rojab syeitan telah melakukan provokasi dan agitasi dengan menurunkan seluruh kekuatan pasukannya sehingga tidak ada seorang muslim yang tidak digodanya, tujuannnya agar dibulan Rojab yang seharusnya dipakai untuk menanam amal ditinggalkannya, jelas saja kalau tidak menanam berarti tidak bisa memupuknya dan tidak panen dibulan Romadlon ( Kitab al Ghoniyah li Tholibi Thoriqil Haq halaman 178 ).
Petani ketika menghadapi musim panen tiba pasti disambut dengan bahagia penuh semangat, lupalah rasa lelah ketika mengurusnya. Begitu juga seseorang yang ketika dibulan Rojab menyibukkan diri dengan berbagai amal maka bulan Sya’ban akan dipupuknya dengan amaliyah yang lebih baik lagi. Tiba bulan Romadlon bagaikan petani menghadapi musim panen tanpa kenal lelah beribadah Setiap saat dipakai untuk mendekatkan diri kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala, jika ada seseorang yang malas-malasan beribadah di bulan Romadlon itulah yang disebut dengan gagal panen tetapi apa mungkin ada orang yang mengharapkan gagal panen ?.
Musim panen telah usai, semua yang terjadi tidak mungkin terulang kembali, dan setiap kekurangan ada solusi untuk menutupinya.
Sabda Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam : “ Zakat Fitrah dapat membersihkan orang yang berpuasa dari lalai dan perbuatan keji “ ( HR. Abu Dud. Tanwirul Qulub bag.1 hal.225 ).
Ketika panen telah usai, tidak serta merta hasil panen dapat dinikmati, tetapi harus diikuti tahapan berikutnya. Kalau panennya seperti padi mesti harus dijemur dahulu, digiling, dimasak, baru dapat dihidangkan untuk dimakan. Kalau tidak dikeringkan pasti akan busuk dan tidak dapat  dinikmati. Begitu pula amaliyah kita dibulan Romadlon harus dibuktikan dibulan Syawal dan bulan-bulan  berikutnya, semangat tahajutnya, semangat shodaqohnya, tadarusnya, dan lain sebagainya itu  jangan hanya dibulan Romadlon saja tetapi menjadi amal yang Istiqomah.
Para Ulama mengistilahkan bulan Syawal dengan Syawalu lahu syeitan, artinya : “Bujukan dan tipu daya syetan”. Karena bujukan dan propaganda syeitan lah dibulan Syawal semangat ibadah seseorang mulai mengendur terkadang berbalik 180 derajat dari rutinitas di bulan Romadlon, mengapa demikian ?
Dari Wahab Bin Munabih, Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Sesungguhnya setiap ‘Idul Fitri tiba maka iblis memanggil seluruh syetan yang menjadi bawahannya “Ada apa tuanku, sepertinya tengah marah dan kesal sekali ?”  tanya syeitan. “Tidak ada apa-apa, hanya aku merasa kesal karena pada hari Idul Fitri ini Alloh mangampuni seluruh dosa umat Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa sallam”, jawab iblis, kemudian iblis memberi perintah : “maka buatlah tipu daya oleh kalian kepada umat Muhammad sibukkanlah dengan kenikmatan dunia, buatlah syahwat-syahwat duniawi yang melupakan Alloh, jadikanlah minuman keras yang memabukkan yang menjadi sahabatnya, sehingga Alloh Subhanahu wa ta’ala berbalik murka kepadanya”.
Demikian dituturkan Syeikh Ustman Bin Hasan Bin Ahmad al Syakir dalam kitabnya Dzurrotunnashihin halaman 262.
Luasnya ampunan Alloh Subhanahu wa ta’ala di hari ‘Idul fitri dijelaskan pula oleh Syeikh Abdul Qodir Jailani Qoddsallohu sirohu, didalam al Ghoniyah halaman 18 :
Rosululloh Sholalohu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Ketika hari Raya ‘Idul Fitri tiba dan orang-orang keluar ke tempat pelaksanaan sholat  ‘Ied, maka Alloh Subhanahu wa ta’ala mamandang dengan Rahmat-Nya dan Alloh Subhanahu wa ta’ala Berfirman : “Hamba-Ku sesungguhnya puasamu adalah untuk-Ku, dan sholat mu untuk-Ku, akan Aku tukarkan dengan ampunan-Ku atas kesalahan-kesalahanmu “.
Jangan kerena telah diampuninya dosa kita oleh-Nya, lantas membuat kita berleha-leha, karena menurut menuturan Sulthonul Auliya Qoddsallohu sirrohu, “Berhari raya bukan sekedar ganti baju yang lalu dengan yang baru, bukan pula hanya sekedar menikmati hidangan yang serba lezat, hakikat hari raya adalah semangat Thoat nya meningkat dan berubah segala sifat yang buruk menjadi baik “.
Dalam surat Al Aala ayat 14 Alloh Subhanahu wa ta’ala berfirman : “Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan dirinya dan dia berdzikir dengan mengingat nama tuhannya, lalu dia sembahyang“.
Para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan kalimat  “Man ta zakka“ sebagian ulama menafsirkan kalimat ini dengan banyak berdzikir kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala, berbuat baik kepada orang tua serta menahan hawa nafsu Dalam ‘Tafsi Munir’ karya Syeikh Nawawi al Bantani Rodliyallohu ‘anhu, jilid.2 halaman 441, Ibnu Abas menafsirkan kalimat tersebut : “ Orang yang menyucikan diri dari syirik yaitu dengan mengucapkan ‘Laa ilaha illalloh‘ dengan selalu berdzikir dengan lisannya dan mengingat Alloh Subhanahu wa ta’ala dengan hatinya”.
Anas Bin Malik Rodliyallohu ‘aanhu, salah seorang sahabat yang baik untuk kita teladani, beliau menuturkan : “ Setiap orang yang beriman akan menikmati indahnya hari raya dalam lima hal :
Pertama : Seseorang akan dikatakan ber-Hari Raya manakala ketika dalam satu hari tidak melakukan sedikit pun kesalahan ( dosa ).
Kedua : Seseorang yang ketika meninggal dunia membawa serta Iman dan selamat dari tipu daya syeitan, maka saat itu dapat indahnya ber-Hari Raya.
Ketiga : Seseorang yang selamat ketika melewati Shiroth, selamat dari godaan syeitan dan tenang ketika tiba hari di hari kiamat yang menakutkan, maka pada hari itu Hari Raya untuknya.
Keempat : Ketika seseorang masuk kedalam surga tanpa sedikitpun singgah  di neraka maka kenikmatan ber-Hari raya di hadapannya.
Kelima : Seseorang yang dapat bertemu dan bertatap mata dengan Alloh Subhanahu wa ta’ala maka kebahagiaan hari raya untuknya.
Ketika kita merindukan dengan Alloh Subhanahu wa ta’ala, maka kita harus rajin dan bersungguh-sungguh mengetuk pintunya. Syeikh Sholih al Murri Rodliyallohu ‘anhu, bersabda :
Yang artinya : “Barangsiapa yang terus menerus mengetuk pintu Alloh Subhanahu wa ta’ala, maka Alloh Subhanahu wa ta’ala akan membuka pintu untuk Nya“ ( Risalatul qusyairiyah 268 ).
Mengetuk pintu Alloh Subhanahu wa ta’ala bukan dengan menggedor dengan tangan, mengetuk pintu Alloh Subhanahu wa ta’ala denga lisan yang senantiasa berdoa dan bersyukur dan mengetuk pintu Alloh itu dengan hati yang setiap keluar masuknya nafas tidak lupa kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala, untuk bisa seperti itu harus rajin berlatih, berlatih yang baik ketika didampingi sang pelatih ( Guru Mursyid sebagai penuntun dan pembimbing dzikir ), untuk itu cari-lah sang pelatih itu bagi orang yang belum menemukannya.
Semoga Alloh Subhanahu wa ta’ala memeberikan hidayah dapat berjumpa dengan sang pelatih, sang penata hati, ingat….! Musim panen telah usai, tetapi jadilah hamba Alloh Subhanahu wa ta’ala yang menuai kebaikan disetiap saat dengan dzikrulloh.

000



Media Informasi & Dakwah Para Pecinta Kesucian Jiwa.

Thoriiqoh Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah PP Suryalaya Membangun Peradaban Dunia
  - Info manaqib kota depok : Tlp /Sms/Wa   (Rauf) 0812 888 166 90

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Robithoh

Robithoh Robithoh, dapat diartikan hubungan antara yang menghubungi dari yang dihubungi. Seperti hubungan :  antara anak dengan orang tuanya. Antara guru dengan muridnya. Antara mahasiswa dengan dosennya. Antara menantu dengan mertuanya. Antara pedagang eceran dengan agen besarnya. Antara santri dengan kiayinya. Antara saudara dengan saudaranya. Antara teman dengan temannya. Antara rakyat dengan pemimpinnya. Antara bawahan dengan atasannya. Antara upline dengan downline-nya. Antara kita ummat dengan Nabinya. Antara kita hamba dengan Alloh Subhanahu wa ta’ala . Adapun hubungan itu, ada hubungan langsung juga ada hubungan tidak langsung. Adapun Robithoh wajib itu, seperti ummat Islam melaksanakan sholat dengan menghadap kiblat. Kiblat itu penghubung antara orang yang Sholat dengan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Kalau tidak menghadap Kiblat, maka sholatnya tidak akan syah. Jadi untuk melakukan yang wajib maka wajib dengan Robithoh tersebut ( menghadap kilat ) . Itulah Sya

Tidak Ada Yang Kebetulan

DI DUNIA INI TIDAK ADA YANG KEBETULAN === Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala : “ Dan pada Alloh-lah kunci-kunci semua yang ghoib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata ( Lauh Mahfudz )" ( Surat Al-An'am : 59 ). Tiada sesuatu yang kebetulan. Karena Alloh telah menegaskan bahwa tidak ada satu pun yang terlepas dari kudrot, irodat, dan ilmu Alloh. Segalanya yang terjadi bahkan yang akan terjadi telah tercatat di lauh mahfudz. Ayat tsb diatas menegaskan bahwa segalanya ada dibawah kehendak & ilmu Alloh, Dan semuanya sudah tercatat di lauh mahfudz. Sering kita mendengar percakapan sehari-hari yang mengatakan, “ Kebetulan ketemu disini ”, “ Kebetulan ada yang memberi”, “K ebetulan sekali h

Pentingnya Berwasilah

Pentingnya Berwasilah Oleh : Renandhi Wira Fitra, S.H.I. Ikhwan TQN PPS dari Kota Depok. Setiap diri yang memiliki niat dan cita cita untuk sampai(Wushul) kepada Alloh sudah PASTI akan membutuhkan WASILAH ( perantara). Hal ini sebagaimana firman Alloh Swt : “ Hai orang orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Alloh dan carilah wasilah dalam mencapai ketaqwaan itu ....” ( QS. Al-Maidah : 35 ) Dalam ayat tersebut kalimat wabtaghu menggunakan fi’il amar/kata perintah yang menandakan khitab /seruan bagi orang beriman bahwa mencari wasilah itu adalah kewajiban...kenapa wajib ? karena memang manusia membutuhkannya..! Jadi dengan adanya wasilah bagi setiap hamba itu adalah mutlaq suatu KEBUTUHAN, selain berdasarkan dari dalil ayat tersebut juga berdasarkan kepada tabiat manusia yang selalu membutuhkan bantuan dalam medapatkan sesuatu, sehingga menolak adanya wasilah maka itu bertentangan dengan Hukum Alloh dan fitrah manusia itu sendiri. Wasilah adalah perantara yang