Syukur Atas Nikmat Yang Tak Terhingga
Syukur (Syukr)
yaitu suatu ungkapan baik saat menerima nikmat. Ungkapan syukur itu dapat
dinyatakan dengan lisan, tangan, atau hati(qolbu).
Dapat dikatakan, bahwa pujian terhadap orang yang berbuat baik adalah dengan menyebut-nyebut kebaikkannya. Oleh karena itu, seorang hamba yang bersyukur kepada Alloh, berarti ia selalu memuji –muji-Nya ketika menerima kebaikkan-Nya melalui ketaatan kepada-Nya.
Dapat dikatakan, bahwa pujian terhadap orang yang berbuat baik adalah dengan menyebut-nyebut kebaikkannya. Oleh karena itu, seorang hamba yang bersyukur kepada Alloh, berarti ia selalu memuji –muji-Nya ketika menerima kebaikkan-Nya melalui ketaatan kepada-Nya.
Adapun pengertian
syukur secara bahasa (Lughowi) adalah suatu sifat yang baik dalam rangka
pengagungan serta memuliakan atas nikmat yang telah diberikan,
baik secara lisan, hati(qolbu), ataupun anggota badan. Dengan pengertian
kebiasaan (‘Urfi), syukur berarti menggunakan segala nikmat yang telah
Alloh berikan, dari pandangan, penglihatan dan yang lainnya, sesuai dengan untuk
apa nikmat itu diciptakan.
Rosululloh Sholallohu Alaihi Wa sallam, bersabda :
مَنْ لَمْ يَشْكُرِ
النَّاسَ لَمْ
يَشْكُرِ اللهَ
“Barangsiapa yang
tidak bersyukur kepada manusia maka dia tidak akan pernah bisa bersyukur kepada
Alloh”
Juga dalam Sabdanya yang lain :
مَنْ لَمْ يَشْكُرْ
بِالْقَلِيْلِ لَمْ
يَشْكُرْ بِالْكَثِيْرِ
“Barangsiapa yang
tidak bersyukur kepada yang sedikit dia tidak akan bersyukur kepada nikmat yang
banyak”
Alloh Subahanahu Wa ta’ala berfirman didalam Al Qur’an :
وَاِنْ تَشْكُرُوْ
ابَرْضَهُ لَكُمْ
وَلَاتَزِرُوَازِرَةٌ وِّزْرَ
اُخْرٰى
“Dan jika kamu
bersyukur, niscaya Dia me-Ridloi bagimu kesyukuran itu, dan seorang yang
berdosa tidak akan memikul dosa yang lain” (QS. Az Zumar : 7)
Juga dalam Firman-Nya yang lain :
مَا يَفْعَلُ اللهُ
بِعَذَا بِكُمْ
اِنْ شَكَرْتُمْ وَاٰمَنْتُمْ
“Mengapa Alloh menyiksamu jika kamu bersyukur
dan beriman” (QS. An Nisa : 147)
Juga dalam Firman-Nya yang lain :
وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ
النَّاسِ لَايَشْكُرُوْنَ
“Dan akan tetapi kebanyakan manusia itu tidak
bersyukur” (QS. Al Baqoroh : 243)
Juga dalam Firman-Nya yang lain :
بَلِ اللهَ فَاعْبُدْ وَكُنْ
مِّنَ الشّٰكِرِيْنَ
“Karena itu, maka
hendaklah Alloh saja yang kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang
yang bersyukur” (QS. Az Zumar : 66).
Dan sebagian dari syukur itu adalah memohon kepada Alloh (berDoa kepada-Nya) dan Hakikat dari
itu adalah mensyukuri
nikmat yang ada ditangannya (mensyukuri nikmat yang sudah diterimanya).
Syeikh Abdul Qodir Al Jailani Qs, bersabda :
“Dan barangsiapa banyak nikmat hartanya dan
mensyukurinya, akan ditambahkan nikmat tersebut dari Yang Maha Pemberi Nikmat
sesuai dengan yang dijanjikan dalam Kitab-Nya”
Alloh Subnahu wa ta’ala berfirman dalam Al Qur’an :
لَئِنْ شَكَرْتُمْ
لَأَزِيْدَنَّكُمْ وَلَئِنْ
كَفَرْتُمْ اِنَّ
عَذَابِى لَشَدِيْدٌ
“Jika kamu bersyukur pasti Aku akan
menambahkan (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS. Ibrohim : 7)
Bersyukur yang seperti apa yang bisa menambah kenikmatan ? Imam Asy-Syaukani
menjelaskan bahwa sumber untuk mensyukuri nikmat Alloh itu ada 3(tiga), yaitu : (1) Hati (2) Lisan /Ucapan (3) Perbuatan. Alloh
akan menambah kenikmatan kepada seorang hamba, jika ia mensyukuri (mengagungkan serta memuliakan atas nikmat
yang telah diberikan) dengan ucapan,
hati serta perbuatan.
1. Bersyukur (mengagungkan serta
memuliakan atas nikmat yang telah diberikan) dengan hati(qolbu).
Imam Ibnul-Qayyim mengistilahkannya dengan :
Imam Ibnul-Qayyim mengistilahkannya dengan :
"Al-I'tirofu Biha Bathinan"
Artinya : "Mengakui nikmat tersebut secara
batin".
Maknanya, hatinya harus benar-benar mengakui bahwa nikmat-nikmat itu semua semata-mata
pemberian dari Alloh. Bersyukur dengan qolbu lebih sulit daripada bersyukur dengan
lisan dan ucapan. Rosululloh Sholallohu
‘alaihi wa sallam telah memerintahkan hal ini,
sabda Beliau :
"Liyattakhidz
Ahadukum Qolban Syakiran.."
Artinya : "Hendaklah tiap seseorang diantara
kalian berusaha membuat hatinya
selalu bersyukur...".
Bersyukur dengan memperbanyak berdzikir, yaitu banyak mengingat dan menyebut
nama Alloh.
sebagaimana firman-Nya:
"Fadzkuruni Adzkurkum, Wasy-Kuruli Wa La Takfurun"
Artinya : "Maka berdzikirlah (ingatlah) kalian
kepada-Ku, maka Aku pun akan mengingat kalian, dan bersyukurlah
kepada.-Ku, dan jangan mengingkari nikmat-Ku. (Surah Al-Baqoroh : 152).
Disebutkan bahwa Nabi Musa ‘Alaihis sallam pernah bertanya kepada
Alloh :
"Wahai Robb-ku, bagaimanakah cara aku bersyukur kepada Mu".
Maka Alloh Subhanahu Wa Ta’ala menjawab :"Tadzkuruni Wa La
Tansani, Fa-Idza Dzakartani Faqad Syakartani, Wa Idza Nasitani Faqad Kafartani"
Artinya : "Berdzikirlah (Ingatlah) engkau senantiasa kepada-Ku, jangan engkau lalai (lupa) dari mengingat-Ku.
Maka jika engkau senantiasa berdzikir kepada-ku, berarti engkau bersyukur
kepada-Ku, dan jika engkau lalai (lupa) dari mengingat-Ku, maka berarti engkau
mengingkari nikmat-Ku.
Jadi Kesimpulannya, banyak berdzikir
kepada Alloh akan mendorong hati bersyukur
kepada nikmat Alloh. Inilah pengikat nikmat yang pertama
yaitu bersyukur dengan qolbu.
2. Bersyukur (mengagungkan serta
memuliakan atas nikmat yang telah diberikan) dengan lisan(ucapan)
yaitu, Pada dasarnya manusia tidak akan mampu mensyukuri nikmat Alloh
yang begitu banyak, dan tak terhitung(yang tak terhingga),
sebagaimana firman-Nya :
وَإِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَتَ اللهِ لَا تُحْصُوْ هَا
Artinya : "Jika kalian mencoba menghitung nikmat
Alloh, pasti kalian tidak bisa menghitungnya" (Suroh Ibrohim ayat : 34).
Karena itu Alloh memberikan kalimat yang luar biasa , yaitu: Al-Hamdulillah.
Ibnu 'Abbas mengatakan :
Ibnu 'Abbas mengatakan :
"Al-Hamdulillah Kalimatusy-Syukri"
Artinya :"Al-Hamdulillah adalah kalimat untuk
bersyukur".
Yaitu, dengan ucapan Al-Hamdulillah,
seseorang sudah dapat disebut bersyukur atau mensyukuri dan menghargai, mengagungkan serta memuliakan
nikmat Alloh. Dan inilah yang disebut bersyukur
dengan lisan(ucapan).
Nabi Sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :
"Ma An'amallahu 'ala 'Abdin...
Artinya: "Tidaklah Alloh memberi suatu kenikmatan
kepada seseorang, lalu ia mengucapkan Al-Hamdulillah, melainkan ucapan hamdalahnya
itu lebih istimewa (afdlol) dari nikmat tersebut".(H.R.Ath-Thobrani).
Ketika seorang hamba mendapat nikmat, lalu ia mengucapkan Al-Hamdulillah,
maka nilai ucapan itu lebih besar dan lebih dahsyat dari nikmat yang dia peroleh.
Inilah kehebatan kalimat " Al-Hamdulillah ".
3. Bersyukur (menghargai, mengagungkan
serta memuliakan atas nikmat yang telah diberikan) dengan perbuatan.
Ibnul-Qayyim mengatakan ada dua cara menghargai nikmat dengan perbuatan, pertama: menceritakan nikmat tersebut, dan kedua:
menggunakan nikmat tersebut untuk hal yang diridloi Alloh (tidak menggunakan
nikmat dari Alloh itu untuk maksiat kepada Alloh).
Yang pertama dalilnya surah Adh-Dluha ayat 11 :
Wa Amma Bini'mati Rabbika Fahaddits
Artinya : "Adapun dengan nikmat Robb-mu, maka
ceritakanlah".
Menceritakan nikmat Alloh itu, ialah dalam
rangka ingin berbagi bukan untuk pamer atau riya.
Dan yang kedua dalilnya surah Al-Qoshosh ayat 77 :
"Wab-taghu Fima Atakallahud-Darul-Akhirah Wa La
Tansa Nashibaka Minad-Dun-ya"
Artinya : "Dan carilah dengan apa yang Alloh
anugerahkan kepada-mu (kebahagiaan) negeri akhirat dan jangan kamu lupakan
bagian-mu dari (kenikmatan) dunia.
Ayat ini dengan jelas memerintahkan menggunakan potensi-potensi nikmat yang
Alloh berikan, seperti harta, kesehatan, ilmu dan lain sebagainya untuk mencari
kebahagiaan akhirat, bukan untuk bermaksiat kepada Alloh. Namun ayat ini juga
mengingatkan untuk tidak melupakan bagian kenikmatan dunia, yaitu
kenikmatan-kenikmatan yang dihalalkan oleh Alloh. Dan orang yang menggunakan
potensi-potensi nikmat untuk mencari akhirat akan memperoleh keutamaan yang
luar biasa.
Nabi Sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :
"Wa Man Kanatil-Akhiratu Niyatuhu Jama'allahu
Lahu Amrahu, Wa Ja'ala Ghinahu Fi Qolbihi, Wa Atathud-Dun-ya Wa Hiya Raghimatun"
artinya: "Siapa-saja yang niatnya mencari
akhirat,maka Alloh akan menyelesaikan semua persoalannya, dan menjadikan
kekayaan di hatinya dan Dunia pun akan datang kepada.nya dengan menunduk".
(H.R. Ibnu Majah).
Inilah makna bersyukur atau mensyukuri mengagungkan serta memuliakan atas nikmat yang telah
diberikan) yang sesungguhnya yaitu dengan hati(qolbu),
lisan serta perbuatan. Ibnul-Qayyim berkata:
"Fa-idza Fa'ala Dzalika Faqad Syakaraha"
Artinya : "Siapa-saja yang telah melakukan ke
tiga hal ini, maka ia benar- benar telah bersyukur".
NIKMAT DZIKIR
Dzikir itu adalah
nikmat, dan nikmat dzikir itu adalah nikmat yang tak terhingga.
Ini sesuai dengan yang disabdakan Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam :
Ini sesuai dengan yang disabdakan Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam :
الذِّكْرُ نِعْمَةُ مِنَ اللهِ تَعَلَى فَأَدُّوا شُكْرَهَا
Artinya : “Dzikir adalah nikmat yang datangnya dari
Alloh, maka tunaikanlah Dzikir tersebut
sebagai bentuk rasa syukur mu kepada Alloh”.
Maka menunaikan
dzikir dalam rangka mensyukuri nikmat-Nya, ini sesuai dengan firman Alloh :
“Bersyukurlah kamu kepada Ku, janganlah kamu kufur”.
Kenapa dikaitkan
kalimat bersyukur juga kalimat janganlah kufur. Karena nikmat
Alloh itu tidak terbatas banyaknya , inilah nikmat Alloh yang sangat banyak tak
terhingga seperti Lautan Tanpa Tepi. Sedangkan syukur kita kepada Alloh yang
sangat terbatas (sangat sedikit). Maka para ikhwan Thoriiqoh Qoodiriyyah
Naqsyabandiyyah PP Suryalaya oleh Syeikh Mursyidnya, dibimbingkan untuk : “Sholat Syukur Nikmat yang tidak
terbatas”
Sehingga sesuai dengan Firman Alloh : “Bersyukurlah kamu kepada Ku, janganlah kamu kufur kepada Ku”.
Jadi jika kita dapat mengukur syukur kita ini, bagaikan satu tetes air yang ada dilautan, sedangkan nikmat Alloh itu bagaikan air dilautan tanpa tepi (nikmatnya sangatlah berlimpah tak terhingga). Jika dibandingkan dengan keseimbangan sangatlah timpang (sangat tidak seimbang) antara syukur dan nikmat-Nya. Maka dengan bimbingan dari Syeikh Mursyid, syukur kita dapat terus ditingkatkan, inilah kita dibimbingkan : “Sholat Syukur Nikmat Yang Sangat Tidak Terbatas”. Agar kita tidak terbatas syukurnya kita kepada Alloh, baik itu secara lisan, secara badan(secara perbuatan) dan secara hati(qolbu).
Alhamdulllah, apabila sudah tercapai hal ini, maka maka kita tidak akan kufur nikmat, karena Alloh firmankan dalam Hadit Qudsi :
Sehingga sesuai dengan Firman Alloh : “Bersyukurlah kamu kepada Ku, janganlah kamu kufur kepada Ku”.
Jadi jika kita dapat mengukur syukur kita ini, bagaikan satu tetes air yang ada dilautan, sedangkan nikmat Alloh itu bagaikan air dilautan tanpa tepi (nikmatnya sangatlah berlimpah tak terhingga). Jika dibandingkan dengan keseimbangan sangatlah timpang (sangat tidak seimbang) antara syukur dan nikmat-Nya. Maka dengan bimbingan dari Syeikh Mursyid, syukur kita dapat terus ditingkatkan, inilah kita dibimbingkan : “Sholat Syukur Nikmat Yang Sangat Tidak Terbatas”. Agar kita tidak terbatas syukurnya kita kepada Alloh, baik itu secara lisan, secara badan(secara perbuatan) dan secara hati(qolbu).
Alhamdulllah, apabila sudah tercapai hal ini, maka maka kita tidak akan kufur nikmat, karena Alloh firmankan dalam Hadit Qudsi :
“Wahai Ibnu Adam, apabila engkau dzikir kepada-Ku maka
engkau bersyukur kepada-KU, apabila engkau lupa kepada Ku maka engkau kufur
kepada-Ku”.
Inilah kita semua
bersyukur yang tak terhingga, hingga dapat bertemu dengan Guru Mursyid.
Maka syukur kita kepada Alloh dengan di bimbingkannya sholat syukur nikmat. Yang Beliau di Ilhamkan oleh Alloh ketika ada
dalam Perjalanan Safari Manaqib di Turki, (Turki itu terletak ada di bumi pertengahan
antara Asia dan Eropa).
Inilah syukur nikmat kita menjadi ringkasan surat Ibrohim ayat 34 :
Inilah syukur nikmat kita menjadi ringkasan surat Ibrohim ayat 34 :
وَاٰتٰكُمْ مِّنْ كُلِّ مَا سَأَ لْتُمُوْهُ ، وَإِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَتَ اللهِ لَا تُحْصُوْ هَا اِنَّ اْلاِ نْسَانَ لَظَلُوْمٌ كَفَّارٌ
“dan Dia (Alloh) telah memberikan kepada kalian dari
setiap apa yang kalian mohonkan kepada-Nya , Dan jika kalian menghitung nikmat
Alloh (maka) tidaklah akan mampu menghitungnya, sesungguhnya manusia itu sangat
zholim (pada dirinya) dan sangat ingkar (terhadap nikmat-nikmat Alloh)”.
Agar kita dapat
mensyukuri nikmat yang tidak terbatas, karena memang nikmat Alloh itu
tidak terbatas.
Syukur yang sudah di bimbingkan oleh Syeikh Mursyid, dengan secara lisan, badan serta qolbu. Seperti halnya juga kita berdzikir kepada Alloh secara lisan, badan serta qolbu, karena dzikir itu adalah Syukur.
Syukur secara umum adalah seorang hamba mendaya-gunakan nikmat-nikmat yang diberikan oleh Alloh tidak untuk maksiat.
Oleh Para Ulama juga membagikan ada syukur secara lisan, syukur badan dan syukur qolbu.
Syukur yang sudah di bimbingkan oleh Syeikh Mursyid, dengan secara lisan, badan serta qolbu. Seperti halnya juga kita berdzikir kepada Alloh secara lisan, badan serta qolbu, karena dzikir itu adalah Syukur.
Syukur secara umum adalah seorang hamba mendaya-gunakan nikmat-nikmat yang diberikan oleh Alloh tidak untuk maksiat.
Oleh Para Ulama juga membagikan ada syukur secara lisan, syukur badan dan syukur qolbu.
Ketika ada syukur
karena sudah menerima nikmat itu hal yang biasa. Tetapi ada syukur yang lebih khusus lagi yaitu Syukur Mun’im yaitu syukur kepada pemberi nikmat-Nya.
Ketika syukur dengan keberadaan nikmat itu memang sudah seharusnya,
tetapi bagaimana tetap bersyukur
dengan katiadaan nikmat ?.
Ibnu Ajibah
didalam kitab Iqodzul Imam menerangkan : “Syukur kepada Mun’im ini adalah
syukur kepada yang memberi nikmat-Nya, ini sesuai dengan yang disabdakan Rosul
didalam hadits.
Kita memuji Alloh
didalam setiap keadaan dan didalam keadaan apapun. Bersyukur ketika
mendapatkan nikmat maupun bersyukur didalam keadaan mendapat musibah,
tetap saja dapat bersyukur. Syukur kepada Mun’im adalah syukur
yang lebih khusus, yaitu bersyukur bukan hanya karena sedang mendapatkan
nikmat saja.
Ada yang pernah
didapati dalam sebuah kisah : seseorang mendatangi Imam Junaid, seseorang itu
membawa sedekah yang banyak, saat itu Syeikh Junaid sedang berdzikir bersama
murid-muridnya, lalu seseorang itu mengantarkan sedekahnya kepada Syeikh
Junaid, lalu Syeikh Junaid bertanya : “Wahai saudara, apakah engkau
memberikan sedekah ini mengharapkan nikmat yang lebih besar lagi dari Alloh ?”,
dan seseorang itupun menjawab : “ya..,saya berharap mendapat karunia Alloh
yang lebih besar lagi”, Lalu ditanya kembali oleh Imam Junaid : “Apakah
persediaan uang mu dirumah itu masih banyak ?”, seseorang itu kembali menjawab : “Iya,
persediaan uangku masih banyak”,
Syeikh Junaid kembali mengatakan : “Jadi kamu bersedekah ini untuk
mendapatkan lebih banyak lagi harta mu”, dan Syeikh Junaid lanjut
mengatakan : “Kalau begitu bawa kembali sedekah mu ini, karena kamu
bersyukurnya bukan karena Alloh, tetapi hanya mencari nikmat yang lebih besar
lagi”.
Jadi pemahaman
tersebut, ini menegaskan syukur itu bukan kepada nikmatnya tetapi syukur
itu kepada yang memberi nikmat-Nya.
Didalam keadaan apapun tetap saja bersyukur. Didalam keadaan kaya tetap bersyukur, didalam keadaan susah pun tetap saja bersyukur. Didalam keadaan sehat bersyukur didalam keadaan sakit tetap saja bersyukur. Didalam orang memujinya pun tetap bersyukur didalam orang mencelanya pun tetap bersyukur. Karena kita mensyukuri yang mempunyai nikmat-Nya.
Dan kita sudah di bimbingkan oleh Syeikh Mursyid itulah syukur yang paling tinggi, syukur dengan lisan, syukur dengan anggota badan dan syukur hati( qolbu).
Inilah yang di Firmankan Oleh Alloh :
Didalam keadaan apapun tetap saja bersyukur. Didalam keadaan kaya tetap bersyukur, didalam keadaan susah pun tetap saja bersyukur. Didalam keadaan sehat bersyukur didalam keadaan sakit tetap saja bersyukur. Didalam orang memujinya pun tetap bersyukur didalam orang mencelanya pun tetap bersyukur. Karena kita mensyukuri yang mempunyai nikmat-Nya.
Dan kita sudah di bimbingkan oleh Syeikh Mursyid itulah syukur yang paling tinggi, syukur dengan lisan, syukur dengan anggota badan dan syukur hati( qolbu).
Inilah yang di Firmankan Oleh Alloh :
“Sedikit sekali dari hamba Ku yang bersyukur”,
Kita dibimbingkan
oleh Guru Mursyid kita untuk banyak bersyukur, seperti kita diajarkan
untuk sholat syukur nikmat dengan sujud syukurnya. Agar kita selalu mensyukuri
nikmat itu dari seluruh arah.
Didalam doa sujud Syukurnya :
Didalam doa sujud Syukurnya :
اللَّهُمَّ لَكَ سَجَدْتُ وَبِكَ أَمَنْتُ وَلَكَ
أَسْلَمْتُ سَجَدَ وَجْهِيَ لِلَّذِى خَلَقَهُ وَ صَوَّرَهُ فَأَحْسَنَ صُورَتَهُ
وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ فَتَبَارَكَ اللهُ أَحْسَنَ اْلخَا لِقِيْنَ
Maknanya :
Allohumma Laka sajahtu, Yaa Alloh, hanya
kepada-Mu kami sujud. Kenapa demikian ? karena banyak makhluk yang tidak mau ber
sujud kepada Alloh, maka kita memohonkan dan menyakini tidak ada yang di sujudi
selain hanya kepada Alloh saja.
Wa Bika Aamantu, hanya kepada Mu kami
ber-Iman. Karena disebutkan Iman itu ada Iman haq dan ada Iman bathil. Maka
kita memohon untuk Iman yang haq, inilah iman yang selalu bertambah diatas Iman
yang sudah ada, yang sudah ditanamkan dengan terus dipupuk dan disiram.
Wa Laka Aslamtu, hanya kepada-Mu kami
berpasrah. Setelah kita belajar dzikir kita sudah tidak lagi berkeluh
kesah, sudah dapat menerima apa adanya.
Sajada Waj hiya lilladzii Kholaqohu Wa Showwarohu Fa ah sana Shurotahu, bersujud kepada Alloh yang menciptakan, dengan memberikan
rupa yang baik(indah) ini. Semua kita tidak pernah meminta, itu semua Alloh
yang memberikannya, karena Alloh menegaskan : “Alloh memberikan dari yang
kamu minta dan dari apa yang kamu tidak minta”. Jadi banyak rizki dari
Alloh yang berlimpah, yang kita tidak pernah memintanya. Seperti kita ada hadir
dimuka bumi ini kita tidak pernah memintanya, wajah, rambut dan lain sebagainya
yang indah itu semua kita tidak pernah memintanya. Ketika kita lahir disediakan
susu ibu yang semua itu kita tidak pernah meminta dan semuanya sudah
disediakan. Itulah nikmat dari Alloh itu berlimpah dan sangat banyak dan kita
harus lebih banyak mensyukuri lebih banyak lagi.
Wa Syaqqo sam’ahu Wa Bashorohu, Alloh yang telah
membukakan pendengaran kita, dan membukakan penglihatan kita. Ini yang disebut
itu hanya dua rongga tetapi ini mewakili semua rongga, karena didalam kitab
diterangkan ada 12(dua belas) rongga didalam diri kita(manusia) : 7(tujuh) rongga ada di kepada dan 5(lima)
rongga ada di badan .
Rongga 7(Tujuh) di kepala adalah : ( dua rongga telinga, dua mata, dua rongga hidung, satu mulut ). Dan 5 rongga di badan adalah : ( dua puting susu, satu lubang pusar, dua lubang depan dan belakang ).
Inilah rongga yang menjadi sumber dosa, maka jika kita berdzikir dengan “Laa illaha Illalloh” maka menutup semua rongga-rongga yang ada 12(dua belas) rongga Lathifah zhohir. Ucapan : “Laa”, dengan menutup rongga bagian tengah ( dua lubang depan dan belakang, satu lubang pusar, dan satu mulut ) dan “Illaha” dengan menutup rongga bagian kanan ( satu rongga telinga kanan, satu rongga mata kanan, satu rongga lubang hidung bagian kanan, satu lubang puting susu bagian kanan ), dan “Illalloh” dengan menutup rongga bagian kiri ( satu rongga telinga kiri, satu rongga mata kiri, satu rongga lubang hidung bagian kiri, satu lubang puting susu bagian kiri ). Ini baru menutup rongga yang zhohir.
Maka Qolbu juga dibukakan juga oleh Alloh untuk menerima dzikir, dari umat Islam yang menerima dzikir hanya sedikit, dan kita bersyukur sudah dibukakan hati(qolbu)nya untuk dapat mengingat Alloh.
Rongga 7(Tujuh) di kepala adalah : ( dua rongga telinga, dua mata, dua rongga hidung, satu mulut ). Dan 5 rongga di badan adalah : ( dua puting susu, satu lubang pusar, dua lubang depan dan belakang ).
Inilah rongga yang menjadi sumber dosa, maka jika kita berdzikir dengan “Laa illaha Illalloh” maka menutup semua rongga-rongga yang ada 12(dua belas) rongga Lathifah zhohir. Ucapan : “Laa”, dengan menutup rongga bagian tengah ( dua lubang depan dan belakang, satu lubang pusar, dan satu mulut ) dan “Illaha” dengan menutup rongga bagian kanan ( satu rongga telinga kanan, satu rongga mata kanan, satu rongga lubang hidung bagian kanan, satu lubang puting susu bagian kanan ), dan “Illalloh” dengan menutup rongga bagian kiri ( satu rongga telinga kiri, satu rongga mata kiri, satu rongga lubang hidung bagian kiri, satu lubang puting susu bagian kiri ). Ini baru menutup rongga yang zhohir.
Maka Qolbu juga dibukakan juga oleh Alloh untuk menerima dzikir, dari umat Islam yang menerima dzikir hanya sedikit, dan kita bersyukur sudah dibukakan hati(qolbu)nya untuk dapat mengingat Alloh.
Fatabaarokallohu Ahsanal Kholiqiina, Maha Suci Alloh dengan sebaik-baik Yang Menciptakan. Dengan secara ciptaan khuluq
itu muka kita dan ciptaan secara ruhani adalah qolbu kita ini lah hati
kita yang selalu berdzikir kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala.
Karunia yang
paling besar dari Alloh melalui Pengersa Guru Mursyid adalah kita diberi alat syukur
kepada Alloh . Sehingga dapat selalu meningkatkan syukur kepada Alloh Subhanahu
wa ta’ala.
Semoga kita semua terus bertambah-tambah syukur nya kepada Alloh.
Semoga kita semua terus bertambah-tambah syukur nya kepada Alloh.
Semoga
bermanfaat.
000
Komentar
Posting Komentar