Langsung ke konten utama

Perjalanan Hidup Manusia

Perjalanan Hidup Manusia
Sudah menjadi Sunnatulloh Ruh manusia ketika di alam LAHUT diciptakan serentak secara bersama-sama. Kemudian diciptakanlah RAGA dengan berbagai karakter serta sifat yang berbeda-beda. Dan dengan waktu yang berbeda-beda pula Ruh manusia disatukan kedalam RAGA dengan secara bergiliran. Maka terlahirlah manusia di muka bumi ini dengan berbagai karekter yang berbeda-beda. Dan secara bergilir pula manusia diakhiri kehidupan dunianya dengan kematian. Meskipun kematian sesuatu yang dibenci tetapi itu pasti terjadi.
Syeikh Abdul Wahid bin Zaid ra, menuturkan didalam kitabnya Thobaqotul Qubro Jilid I halaman 46 :
“Perumpamaan manusia bagaikan bayi didalam kandungan seorang ibu, ia tidak pernah meminta untuk dilahirkan, tetapi setelah tumbuh dan dewasa tidak menyukai kematian”.
Setelah manusia terlahir ke muka bumi ini, maka disinilah pertemuan manusia dengan Iblis yang membangkitkan dendam lama. Iblis yang merasa dirugikan manusia yang dianggapnya menjadi penyebab Iblis terusir dari surga. Berupaya untuk senantiasa membuat manusia itu lupa dari mengingat Alloh ( Ghoflah ), karena manusia yang hatinya lupa dari mengingat Alloh ( Ghoflah ) itu sangat mudah untuk diperdaya olehnya.
Pahamilah, ketika Alloh melaknat Iblis. Maka diciptakanlah syeitan sebagai pasangannya dari tulang rusuk kirinya ( sebagaimana Siti Hawa diciptakan dari tulang rusuk kiri Nabi Adam ‘alaihis salam ).
Maka terlahirlah syeitan-syeitan perempuan sebanyak 31 keturunannya sebagai generasi pertama. Kemudian setiap syeitan melahirkan 10.000 anak syeitan laki-laki dan syeitan perempuan, sehingga tidak ada sehelai rambut pun yang kosong dari godaaannya”
( Demikian disampaikan Syeikh Abdul Qodir Al Jailani Qs, dalam kitab Al-Ghunyah halaman 100 ).
Di dalam kehidupan kita didunia yang sekarang ini, kita harus waspada dan selalu berhati-hati. Karena permusuhan Iblis kepada manusia masih terus berlanjut. Yang perlu diingatkan kembali, bahwa kehidupan dunia ini hanya sementara, sesekali dipanggil tentu kita rindu untuk bisa kembali kepangkuan Alloh Subahanahu wa ta’ala dengan limpahan Rohmat-Nya.
Manusia hidup didunia ibarat perantauan yang asing, untuk dapat kembali ketempat asal tentu butuh Sang Pendamping ( yang menuntun serta menghantarkan kembali kepada-Nya ), dalam pandangan sufi disebut dengan “Mursyid”.
Didalam Kitab Ta’rifat, tentang Mursyid dijelaskan :
“Mursyid adalah seseorang yang mampu memberikan petunjuk kepada jalan yang lurus sebelum tersesat”
Seorang Mursyid itu tentunya : Harus luas ilmu pengetahuannya, jelas amaliyahnya, pasti tempat tinggalnya, tinggi cita-citanya dan mulia akhlak kesehariannya.
Mursyid adalah media untuk kita Wushul kepada Alloh subhanahu wa ta’ala.
Mursyid memiliki tugas :
-          TASLIKU FI, AL BIDAYAH ( Membuka Jalan ).
Awalnya manusia terbiasa Dzikrulloh kemudian menjadi lupa setelah Alloh menyatukan Ruh dengan Raganya. Untuk kembali mengembalikan Dzikrulloh yang telah terkontaminasi maka diperlukan seorang Mursyid.
-          TABLIGHU FI, AL NIHAYAH ( Menyampaikan kepada tujuan ).
Tujuan akhir adalah tetap menyatu dengan Alloh. Menyatu dalam setiap keadaan dan dapat kembali kepada Alloh kapanpun dan dimanapun.
-          TAKHFIDU FI, RI’AYAH ( Menjaga ingatannya ).
Ketika hati lupa dari dzikrulloh maka diingatkan kembali sehingga Istiqomah dalam Dzikir sebagai puncaknya.
( demikian Syeikh Ahmad Al Kamsahanuwi ra, menjelaskan didalam kitabnya Jami’ul Ushul al Aulia halaman 163 )
اَلْمُؤْمِنُ مِرْآةُ الْمُؤْمِنِ
“Orang mu’min adalah cermin bagi mu’min lainnya” ( HR. Abu Daud ).
Oleh karena demikian, janganlah bercermin dalam kaca yang retak karena hasilnya tidak sempurna serta tidak akan bermanfaat, jadikanlah seseorang yang berhasil( sukses ) untuk dijadikan cermin dan diikuti segala kiprahnya.
Sebagaimana Firman Alloh subahanahu wa ta’ala dalam surat Luqman ayat 15 :
وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ۚ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ
“Dan ikuti jalan-jalan orang yang sudah bisa kembali kepada-Ku. Kemudian kepada-Ku lah tempat kembalimu”
Dalam surat Hud ayat 88 :
وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ ۚ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ
“Dan tidak ada taufiq bagi ku melainkan dengan pertolongan Alloh, hanya kepada Alloh lah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya lah aku kembali”.
Makna ( kembali kepada Alloh ) berdasarkan dalam ayat tersebut, tentunya kembali kepada Alloh pada saat sekarang ini, bukan menunggu besok apalagi menunggu kematian. Ketika hati kita mengingat Alloh berarti kita menyatu dengan Alloh dan itulah hakikat kembali.
Sebagaimana Alloh memerintahkan didalam Al Qur’an surat Al Maidah ayat 35 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“hai, orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Alloh dan carilah jalan( wasilah ) yang dapat mendekatkan dirimu kepada-Nya dan berjuanglah pada jalan-Nya agar kamu beruntung”.
Mencari Guru Mursyid merupakan keharusan bahkan menjadi kewajiban bagi seseorang yang ingin kembali kepada Alloh. Syariat perlu dibina tetapi ruhani jangan sampai diabaikan.
Sebagaimana dijelaskan oleh Syeikh Muhammad Amin Al Kurdi dalam kitab Tanwirul Qulub halaman 405 :
“Maka wajib adanya bagi orang yang merasa kotor hatinya dengan berbagai penyakit hati, untuk mencari Guru Mursyid untuk mengeluarkan kotoran-kotoran bathin( yang menghalangi sampainya hati kepada Alloh ). Maka apa bila tidak ada didaerah asalnya, mestinya mencari dimanapun berada”
Didalam kitab Ghunyah halaman 164, Syeikh Abdul Qodir Al Jailani Qs, menuturkan :
“Maka jadikanlah Guru Mursyid itu menjadi penghubung, perantara, penyambung, antara dirimu dengan Tuhanmu dan jadikan pula sebagai jalan yang menjadi sebab sampai nya kamu kepada Alloh”
Didalam hadits pun, Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam, memerintahkan untuk senantiasa mencari penghubung :
“Behubunganlah dengan orang  ( Guru Mursyid ) yang menjadi perantara kamu dengan Tuhanmu, maka beruntunglah kamu dengan hubungan itu”. (HR. Ibnu Majah) Faturrobani ; 79.
Seperti juga Sulthon Auliya menjelaskan :
”Kamu itu buta, bagaimana bisa menuntun orang lain dalam keadaan buta. Selayaknya yang dapat menuntun adalah orang yang dapat melihat”.
Yang dimaksud buta adalah buta mata hatinya dari menginngat Alloh. Dan barangsiapa yang buta mata hatinya didunia, niscaya di akhirat akan lebih buta dan lebih tersesat dari jalan yang benar.
وَمَنْ كَانَ فِي هَٰذِهِ أَعْمَىٰ فَهُوَ فِي الْآخِرَةِ أَعْمَىٰ وَأَضَلُّ سَبِيلًا
Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar). ( QS. Al Isro : 72 )
Antara ilmu dengan guru sesuatu yang tidak bisa dipisahkan, begitu juga derajat seorang guru. Sehingga Sayyidina Ali bin Abi Tholib menyatakan menjadi seorang abid bagi siapa saja yang mengajarkan satu huruf saja kepadanya. Apalagi kepada seorang Guru Mursyid sosok penuntun ruhani.
Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Barangsiapa yang tidak belajar, tidak mendengar, dan tidak mengikuti Guru Mursyid, tidak akan dapat memahami dan menegakkan hukum Alloh subhanahu wa ta’ala, walaupun ibadahnya menyerupai malaikat dengan tanpa ilmu, maka termasuk golongan yang merugi”
Ilmu yang dimaksud yaitu Ilmu Lahiriyyah sebagai bekal bersyari’at dan Ilmu Thoriiqoh untuk meruluskan hati dari tidak mengingat selain kepada Alloh subhanahu wa ta’ala.
Guru Mursyid dapat menuntun kita untuk menyempurnakan Ilmu yang bersifat : Lahiriyyah dan Bathiniyyah.
Hati yang berdzikir dekat dengan Alloh, Hati yang lupa kepada Alloh adalah sahabat syeitan.
Itulah pentingnya kita mempunyai Guru Mursyid. Dijelaskan oleh para ulama Arif Billah :
“Seandainya saja seorang lelaki diberi wahyu tetapi tidak mempunyai Guru ( Syeikh Mursyid ) maka tidak akan mendapat manfaat dari wahyu tersebut”.
 “Barangsiapa yang tidak mendapatkan Guru Mursyid , maka telah berlari menujut syeitan”.
مَنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ شَيْخٌ يُرْشِدُهُ فَمُرْشِدُهُ شَيْطَانٌ
“Barangsiapa yang tidak mendapatkan Mursyid maka syeitan yang akan menjadi penuntunnya”
( Syeikh Abi Yazid Al Busthomi dalam kitab Khozinatul Asror dan Kitab Tanwirul Qulub halaman 525)
Semoga kita mendapatkan hidayah dan taufiq-Nya agar kita dapat dipertemukan dengan sosok Guru Mursyid dan menuai ilmu darinya.
Para Ikhwan Thoriiqoh Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah PP Suryalaya sudah mendapatkan serta sudah dipertemukan Guru Mursyidnya, yaitu : Syeikh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul Al Qodiri An Naqsyabandi Al Kamil Mukamil Al Muwwafaq Al Mujaddid, silsilahnya yang ke-38.

000

Media Informasi & Dakwah Para Penyambut Pecinta Kesucian Jiwa.
 
Thoriiqoh Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah PP Suryalaya Membangun Peradaban Dunia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Robithoh

Robithoh Robithoh, dapat diartikan hubungan antara yang menghubungi dari yang dihubungi. Seperti hubungan :  antara anak dengan orang tuanya. Antara guru dengan muridnya. Antara mahasiswa dengan dosennya. Antara menantu dengan mertuanya. Antara pedagang eceran dengan agen besarnya. Antara santri dengan kiayinya. Antara saudara dengan saudaranya. Antara teman dengan temannya. Antara rakyat dengan pemimpinnya. Antara bawahan dengan atasannya. Antara upline dengan downline-nya. Antara kita ummat dengan Nabinya. Antara kita hamba dengan Alloh Subhanahu wa ta’ala . Adapun hubungan itu, ada hubungan langsung juga ada hubungan tidak langsung. Adapun Robithoh wajib itu, seperti ummat Islam melaksanakan sholat dengan menghadap kiblat. Kiblat itu penghubung antara orang yang Sholat dengan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Kalau tidak menghadap Kiblat, maka sholatnya tidak akan syah. Jadi untuk melakukan yang wajib maka wajib dengan Robithoh tersebut ( menghadap kilat ) . Itulah Sya

Tidak Ada Yang Kebetulan

DI DUNIA INI TIDAK ADA YANG KEBETULAN === Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala : “ Dan pada Alloh-lah kunci-kunci semua yang ghoib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata ( Lauh Mahfudz )" ( Surat Al-An'am : 59 ). Tiada sesuatu yang kebetulan. Karena Alloh telah menegaskan bahwa tidak ada satu pun yang terlepas dari kudrot, irodat, dan ilmu Alloh. Segalanya yang terjadi bahkan yang akan terjadi telah tercatat di lauh mahfudz. Ayat tsb diatas menegaskan bahwa segalanya ada dibawah kehendak & ilmu Alloh, Dan semuanya sudah tercatat di lauh mahfudz. Sering kita mendengar percakapan sehari-hari yang mengatakan, “ Kebetulan ketemu disini ”, “ Kebetulan ada yang memberi”, “K ebetulan sekali h

Pentingnya Berwasilah

Pentingnya Berwasilah Oleh : Renandhi Wira Fitra, S.H.I. Ikhwan TQN PPS dari Kota Depok. Setiap diri yang memiliki niat dan cita cita untuk sampai(Wushul) kepada Alloh sudah PASTI akan membutuhkan WASILAH ( perantara). Hal ini sebagaimana firman Alloh Swt : “ Hai orang orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Alloh dan carilah wasilah dalam mencapai ketaqwaan itu ....” ( QS. Al-Maidah : 35 ) Dalam ayat tersebut kalimat wabtaghu menggunakan fi’il amar/kata perintah yang menandakan khitab /seruan bagi orang beriman bahwa mencari wasilah itu adalah kewajiban...kenapa wajib ? karena memang manusia membutuhkannya..! Jadi dengan adanya wasilah bagi setiap hamba itu adalah mutlaq suatu KEBUTUHAN, selain berdasarkan dari dalil ayat tersebut juga berdasarkan kepada tabiat manusia yang selalu membutuhkan bantuan dalam medapatkan sesuatu, sehingga menolak adanya wasilah maka itu bertentangan dengan Hukum Alloh dan fitrah manusia itu sendiri. Wasilah adalah perantara yang