Langsung ke konten utama

MAULID DAN MANAQIB: Ritmis Kaki Sang Salik



"MAULID DAN MANAQIB: Ritmis Kaki Sang Salik"

Umum kita mengenal Maulid sebagai sebuah upacara peringatan atau perayaan Kelahiran Baginda Rosulillah Muhammad saw yang jatuh pada bulan Robi'ul Awwal, tepatnya tanggal 12 Robi'ul Awal. Meski beberapa minggu sebelumnya dan beberapa bulan setelahnya, peringatan Maulid masih terdengar digelar dibanyak tempat.
Selain "Maulid" ada juga yang menyebutnya dengan "Maulud". Karena agak terasa berat menyebut "maulud" di lidah, lahirlah "Mulud-an". Semuanya berasal dari satu kata yang sama, yaitu "walada" yang berarti "(telah) lahir". Beda "maulid" dengan "maulud" cukup jelas, "maulid" adalah jenis Isim Zaman/Makan (nama yang menunjukkan waktu/tempat) dalam ilmu Shorof. Jadi, "maulid" adalah waktu/tempat kelahiran. "Peringatan Maulid Nabi" berarti peringatan atas waktu kelahiran Nabi saw yang jatuh pada setiap tanggal 12 Robi'ul Awwal. Adapun "Maulud" adalah bentuk isim Maf'ul (nama obyek). "Maulud" berarti sosok yang dilahirkan. "Peringatan Maulud Nabi" adalah peringatan atas telah dilahirkannya sesosok manusia mulia bernama Muhammad saw. Dari sini lalu muncul anggapan bahwa Maulid Nabi hanya dilakukan pada tanggal 12 Robi'ul Awwal saja, atau paling tidak sebatas di bulan Robi'ul Awwal saja, tidak diselain bulan itu. Beda dengan Maulud yang bisa dilaksanakan kapan saja sepanjang tahun, sebab yang diperingati adalah sosok manusia agung yang dilahirkannya, bukan waktunya.


Lalu apa itu Manaqib? Manaqib adalah bentuk jama' (plural) dari "manqobah", yang asli artinya adalah "ath-thoriq ilal jabal" (jalan menuju ke gunung). Jalan menuju gunung menjadi simbol perjalanan yang tidak mudah ditempuh. Perjalanan yang tidak semua orang sanggup menempuhnya. "Menuju gunung" berarti naik ke atas. "Naik" adalah simbol peningkatan kualitas dan kuantitas. Sedang "atas" merupakan simbol ketinggian, keluhuran atau kekuasaan. Dari makna-makna tadi, maka "manqobah" atau "manaqib" diartikan sebagai biografi seorang tokoh manusia yang telah mencapai derajat tertinggi disisi Alloh swt. Sebab tidak ada seorang tokoh yang tidak menempuh perjalanan panjang fisik maupun ruhani yang sulit dan melelahkan.

Biografi Fir'aun, Abu Jahal, Abu Lahab misalnya, tentu tidak disebut Manaqib. Sebab perjalanan hidup mereka bukanlah perjalanan yang menuju dan berakhir pada kondisi teratas dalam pencapaiannya bersama Alloh swt.
Karena Manaqib adalah sebuah cerita tentang seorang tokoh mulia, maka di Al Qur'an bertebaran Manqobah-Manqobah. Ada manqobahnya Lukman Hakim, Ashabul Kahfi, Ashif bin Barhaya, Sayyidatina Maryam, dan seterusnya. Di Hadis juga bertebaran hal yang sama. Manqobah para ulama-ulama Bani Isro'il dan lain sebagainya. Di dalam kitab-kitab Tasawuf khususnya, hampir tidak ada yang tidak menulis manqobah para ulama, para sufi atau para wali di dalamnya. Sebut saja misalnya kitab Ar Risalatul Qusyairiyyah karya Imam Qusyairi. Kitab Al Luma' karya Syaikh Abu Nashr ‘Abdullah bin ‘Ali as-Sarraj at-Thusi. Kitab Ihya' nya Hujjatul Islam Imam Al Ghozali. Bahkan di dalam kitab tasawuf yang paling tua, Kasyful Mahjub karya Al Hujwiri. Semuanya memuat manaqib.
Syaikh Ja'far bin Hasan Al Barzanji, penyusun Kitab Maulid ‘Iqd Al-Jawhar fi Mawlid An-Nabiyyil Azhar, atau yang lebih populer dengan nama "Kitab Maulid Al Barzanji", juga menyusun sebuah kitab khusus manaqib, yaitu Manaqib Syaikh Abdul Qodir Al Jailani yang beliau beri judul "Lujain Ad-Daniy fi Zikri Nubzatin Min Manaqibil Quthbi ar-Robbani, Sayyidina Asy-Syaikh Abdul Qodir Al Jailani q.s."
Alasan beliau menyusun kitab Manaqib ini adalah :


رغبة في نشر احوال الكمل وبث مناقب الٲخيار، واستنزالا لصيب الرحمات والبركات الغزار، اذ بذكرهم تفتح ابواب السموات العلية، وتنهل من حظيرة القدس سحب الفيوضات الالهية
"Karena dasar cinta, saya menyebarluaskan manaqib para wali yang telah mencapai tingkat amal yang sempurna, dan manaqib para wali pilihan, serta karena mengharapkan turunnya rahmat yang melimpah dan berkah yang banyak. Karena dengan menyebut hal ikhwal mereka (para waliyulloh tersebut), menyebabkan turunnya berkah dari pintu-pintu langit yang tertinggi, juga turunnya berbagai mendung kemurahan dari Hadharotul Qudsi, Alloh swt".

Cukuplah pernyataan Syaikh Ja'far Al Barzanji tadi menjadi landasan dalil atas amaliyyah Manaqib. Selain dalil-dalil masyhur lainnya dari Al Qur'an maupun hadis yang sudah akrab kita dengar.
Memang, amaliyyah Manaqib-an tidaklah semasyhur amaliyyah Maulid-an. Meski amaliyyah manaqiban sudah muncul bersamaan dengan amaliyyah maulidan. Jika masih ada saja orang-orang yang diam-diam maupun terang-terangan menganggap salah, bahkan mengharamkan Maulid, maka menjadi wajar jika tuduhan bid'ah, tudingan perbuatan yang sia-sia atau sejenisnya terhadap amaliyyah Manaqib masih muncul disana-sini. Bahkan oleh orang-orang yang mengaku cinta maulid-an.!!!


Semakin bingung lagi ketika tahu bahwa Pangersa Guru Mursyid TQN PP Suryalaya, Sayyid Abah Aos q.s. pada Manaqib di Masjid Istiqlal tanggal 21 Februari 2015 mengeluarkan maklumat, bahwa disetiap manaqib yang dilaksanakan adalah dalam rangka Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw, dimanapun dan kapanpun juga. Itu artinya akan ada "Manaqib Syekh Abdul Qodir Jailani dalam rangka peringatan Maulid Nabi saw" di 'musim' Isro Mi'roj bulan Rojab, di 'musim' Nuzulul Qur'an pertengahan Romadhan, di 'musim' Halal bi Halal, di 'musim' Walimatus Safar Haji, dan di 'musim' Muharrom-an.!!!
Hhhmmm...wajar kalau memang banyak orang heran, bingung dan bertanya-tanya. Bagi kita para murid Abah, apapun yang disabdakan beliau adalah hal yang serius, bukan main-main, apalagi keisengan belaka tanpa makna.
Heran, bingung dan bertanya-tanya adalah reaksi dari setiap orang yang tidak mengerti asal muasalnya, rahasianya, atau sabab musababnya. Orang yang hidupnya ditengah hutan atau di ujung gunung misalnya, akan bingung ketika melihat panggilan video atau videocall di HP misalnya, semakin syok dia karena tidak percaya ada orang yang bisa bercakap-cakap sambil tatap muka di sebatang HP, persis seperti zaman Mak Lampir dahulu yang ngobrol dengan anak buahnya lewat baskon berisi air. 'baskom' nya Mak Lampir kini bisa dibawa kemana-mana, ditenteng, di masukin saku, mulai anak kecil sampai orang tua, semua bisa melakukan itu dengan mudah dan murah. Tentu saja kebingungannya itu karena keterbatasan informasi dan ilmu tentang HP. Menjadi hilang herannya nanti saat sudah dapat rahasia dibalik tekhnologi videocall.
Yang selanjutnya akan disampaikan ini barangkali akan membantu menghilangkan kebingungan, keheranan dan tanda-tanya mereka tentang Manaqib dalam rangka Peringatan Maulid Nabi saw.
Kalau diatas tadi disampaikan bahwa "maulid" adalah "waktu kelahiran", maka merujuk pada pendapat yang paling kuat tentang kapan baginda Rosululloh saw dilahirkan adalah jatuh pada tanggal 12 Robi'ul Awwal Aamul Fiil (tahun Gajah).
Pertanyaannya, mengapa Nabi dilahirkan tanggal 12? Koq tidak tanggal 8, 9 atau 17 saja yang kata orang kebanyakan merupakan angka hoki? Mengapa juga bulan Robi'ul Awwal, bukan Romadhan yang suci, atau Muharrom, atau Rajab saja? Justru Robi'ul Awwal yang dianggap sebagai bulan yang 'biasa'. Dan mengapa juga pada tahun itu Abraham yang hendak menghancurkan Ka'bah menggunakan Gajah sebagai kendaraan tempurnya? Kenapa bukan kuda atau onta sebagaimana umumnya orang berperang? Apa semua ini peristiwa kebetulan yang tanpa makna?.Maha Suci Alloh dari sifat kebetulan.!!!
Inilah jawabannya :

- Tanggal 12 : angka 12 dipilih karena Muhammad saw akan membawa kalimat paling utama, paling awal diciptakan, kalimat pintu gerbang dan kalimat yang wajib dibawa oleh seluruh para nabi mulai dari Nabi Adam. Yakni kalimat "Laa ilaaha illalloh" juga Nama Paling Agung, yakni "Alloh", Tuhan semua makhluk. "Laa ilaaha illalloh" adalah kalimat yang terdiri dari 12 huruf dan bernilai hisab 165 yang bila di tajfir menjadi 1+6+5 = 12. "Alloh" pun adalah Nama Agung yang bernilai hisab 12 (1+3+3+5).
- Bulan Robi'ul Awwal : "Robi" artinya "gugur/rontok", "Awwal" artinya "permulaan". Tidak bisa sholat tanpa pernyataan rahasia angka 12 diatas tadi, pun juga tidak bisa puasa, zakat, haji, atau ibadah lainnya tanpa terlebih dahulu menggugurkan, merontokkan hijab antara dia dengan Tuhan dengan Nama dan Kalimat diatas. Bahkan bayi lahir harus diperdengarkan kalimat dan Nama ini. Dan kelak saat ia keluar dari dunia ini, bekal utamanya adalah Nama dan Kalimat bernilai hisab 12 tersebut.
Bulan Robi'ul Awwal adalah bulan ke-3 dari susunan kalender Hijriyyah.

3 adalah Tajfir dari 12 (1+2=3). 3 adalah jumlah jenis huruf yang ada pada Nama Agung "Alloh" (Alif-Lam-Ha). Dan dari 3 jenis huruf inilah, Alloh menciptakan Kalimat Agung-Nya, yakni Kalimat "Laa ilaaha illalloh". Kalimat tahlil ini hanya terdiri dari 3 jenis huruf saja, dan ketiga jenis huruf itu diambil dari Nama Sang Pemiliknya.
- Tahun Gajah : dalam bahasa Arab, gajah adalah "Fiil". Dalam hisab shugro, ternyata "Fill" bernilai 12 (Fa: 8, ya: 1, lam: 3 = 12).
Lihatlah keseimbangan ini semua...!!!
Jadi, jika Guru Agung Sayyid Abah Aos memaklumatkan Manaqib dalam peringatan Maulid Nabi saw, maka yang dimaksud bukan hanya sekedar upacara serimonial Maulid saja, namun jauh menyelam ke dalam, kedasar hakikatnya, memperingati dan mensyi'arkan Nama dan Kalimat yang dibawa dan diperjuangkan agar tetap tegak oleh baginda Rosululloh saw. Nama dan Kalimat yang ada dalam
dzikir Khofi dan Dzikir Jahar kita. Nama dan Kalimat yang sudah ditanamkan oleh beliau yang mulia syaikh Mursyid Abah Aos q.s. Nama dan Kalimat yang Alloh titipkan rahasianya pada Maulid kekasih-Nya, hari kelahiran sang Pemimpin Para Nabi dan Rosul-Nya. Tanggal 12, bulan ke-3 Robi'ul Awwal, tahun Gajah.
"Maulid dan Manaqib", keduanya adalah ritmis, gerakan berirama, dari kaki-kaki para Salik, kaki-kaki mereka sang para pecinta kesucian jiwa.

(MJM, 12.5.2015)
Sumber : https://www.facebook.com/i.zidny/posts/979173605435463  (Irfan Zidny)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Robithoh

Robithoh Robithoh, dapat diartikan hubungan antara yang menghubungi dari yang dihubungi. Seperti hubungan :  antara anak dengan orang tuanya. Antara guru dengan muridnya. Antara mahasiswa dengan dosennya. Antara menantu dengan mertuanya. Antara pedagang eceran dengan agen besarnya. Antara santri dengan kiayinya. Antara saudara dengan saudaranya. Antara teman dengan temannya. Antara rakyat dengan pemimpinnya. Antara bawahan dengan atasannya. Antara upline dengan downline-nya. Antara kita ummat dengan Nabinya. Antara kita hamba dengan Alloh Subhanahu wa ta’ala . Adapun hubungan itu, ada hubungan langsung juga ada hubungan tidak langsung. Adapun Robithoh wajib itu, seperti ummat Islam melaksanakan sholat dengan menghadap kiblat. Kiblat itu penghubung antara orang yang Sholat dengan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Kalau tidak menghadap Kiblat, maka sholatnya tidak akan syah. Jadi untuk melakukan yang wajib maka wajib dengan Robithoh tersebut ( menghadap kilat ) . Itulah Sya

Tidak Ada Yang Kebetulan

DI DUNIA INI TIDAK ADA YANG KEBETULAN === Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala : “ Dan pada Alloh-lah kunci-kunci semua yang ghoib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata ( Lauh Mahfudz )" ( Surat Al-An'am : 59 ). Tiada sesuatu yang kebetulan. Karena Alloh telah menegaskan bahwa tidak ada satu pun yang terlepas dari kudrot, irodat, dan ilmu Alloh. Segalanya yang terjadi bahkan yang akan terjadi telah tercatat di lauh mahfudz. Ayat tsb diatas menegaskan bahwa segalanya ada dibawah kehendak & ilmu Alloh, Dan semuanya sudah tercatat di lauh mahfudz. Sering kita mendengar percakapan sehari-hari yang mengatakan, “ Kebetulan ketemu disini ”, “ Kebetulan ada yang memberi”, “K ebetulan sekali h

Pentingnya Berwasilah

Pentingnya Berwasilah Oleh : Renandhi Wira Fitra, S.H.I. Ikhwan TQN PPS dari Kota Depok. Setiap diri yang memiliki niat dan cita cita untuk sampai(Wushul) kepada Alloh sudah PASTI akan membutuhkan WASILAH ( perantara). Hal ini sebagaimana firman Alloh Swt : “ Hai orang orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Alloh dan carilah wasilah dalam mencapai ketaqwaan itu ....” ( QS. Al-Maidah : 35 ) Dalam ayat tersebut kalimat wabtaghu menggunakan fi’il amar/kata perintah yang menandakan khitab /seruan bagi orang beriman bahwa mencari wasilah itu adalah kewajiban...kenapa wajib ? karena memang manusia membutuhkannya..! Jadi dengan adanya wasilah bagi setiap hamba itu adalah mutlaq suatu KEBUTUHAN, selain berdasarkan dari dalil ayat tersebut juga berdasarkan kepada tabiat manusia yang selalu membutuhkan bantuan dalam medapatkan sesuatu, sehingga menolak adanya wasilah maka itu bertentangan dengan Hukum Alloh dan fitrah manusia itu sendiri. Wasilah adalah perantara yang