Langsung ke konten utama

Memberi Kebaikkan Akan Mendapat Kebaikkan

Memberi Kebaikkan Akan Mendapat Kebaikkan
Didalam setiap kegiatan acara Manaqiban, sebelum kegiatan khidmat amaliah manaqiban dimulai, biasanya dibuka dahulu dengan pembukaan yaitu “majlis doa”, yang dipandu oleh seorang pembawa acara. Didalamnya banyak mendoakan kebaikkan untuk seluruh Ahli Silsilah Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah PP Suryalaya dan doa kebaikkan untuk para saudara-saudara kaum muslimin dan muslimat, doa kebaikkan untuk para ikhwan dan akhwat serta khusus doa kebaikkan ketahanan NKRI, untuk kejayaan Agama, Negara dan Peradaban Dunia.
Terutama khusus juga mendoakan untuk penyelenggara manaqib itu sendiri, dalam rangka menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya serta setinggi-tinginya yang pada setiap bulannya sudah menyediakan tempatnya untuk bersama istiqomah melaksanakan kewajiban kita bersama yaitu :
“Belajar mendekatkan diri kepada Alloh, bersama orang-orang yang sedang belajar mendekatkan diri kepada Alloh, dan terus selalu ber-sama orang yang belajar mendekatkan diri kepada Alloh”.
Karena untuk dapat istiqomah menyelengarakan acara manaqiban itu, tidaklah mudah itu dilakukan, perlu adanya kesunggungan. Oleh karena itu kita doakan semoga para penyelenggara Manaqiban semuanya diberikan kekuatan lahir bathin, dimudahkan dan dilancarkan dalam pencarian rizki yang halal, dan seluruh keluarganya diberi kebaikkan dunia akhirat.
Karena kita para ikhwan dan akhwat sudah difasilitasi didalam tempat manaqiban tersebut, hingga dapat bersilaturahmi, dan dapat bersama mengerjakan sholat, dzikir, khotaman serta manaqiban yang semuanya dilakukan secara berjama’ah.
Itu lah pentingnya kita selalu diajarkan untuk mendoakan kebaikan kepada orang lain, seperti Sabda Abah Aos :
“Berdoa kebaikkan untuk orang lain sebelum yang didoakannya itu mendapat kebaikkan yang berdoanya dahulu yang mendapat kebaikkan, seperti juga mendoakan jelek untuk orang lain sebelum yang didoakan mendapatkan kejelekan yang mendoakan dahulu yang mendapat kejelekan”.
Inilah mengamalan Tanbih, pentingnya pengamalan Tanbih untuk kehidupan kita sehari-hari. Wasiat dari Guru kita untuk kita, sebagai bekal hidup kita, supaya menjadikan  “ngenah nyawa betah jasad”, nyawa itu maknanya Ruh yaitu merasakan enak (ni’mat) dan jasad maknanya badan merasa kerasan (betah), artinya merasakan ni’mat lahir dan bathin.
makanya Dzikirnya untuk ikhwan Thoriqoh Qo
odiriyyah Naqsyabandiyyah Pondok Pesantren Suryalaya terdiri dari Dzikir Jahar dan Dzikir Khofi, Jahar artinya yang terang-terangan, khofi yaitu yang samar.
Itulah dua amaliah yang sudah diperbaharui namanya,  itulah Dzikir Jahar dan Dzikir Khofi yang menjadi Amaliah Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah, jadi Nama Qodiriyyah itu bukan Syeikh Abdul Qodir Jailani Qs sendiri yang menamakannya, dan juga yang menamakan Naqsyabandiyyah bukan Syeikh Syah Bahauddin Naqsyabandi yang menamakannya sendiri, jadi nama Thoriqoh Qodiriyyah itu murid Tuan Syekh Abdul Qodir yang menamakannya, begitu juga nama Naqsyabandiyyah itu murid dari Syekh Syah Bahauddin Naqsyabandiy yang menamakannya. Jadi tidak boleh mencantumkan sendiri,
Maka begitu juga Syeikh Abdulloh Mubarok bin Nur Muhammad (Abah Sepuh) Ra, Syeikh Ahmad Khotib Sambas Ibnu Abdil Ghofar Ra, Syeikh Tholha Kalisapu Cirebon Ra, mereka tidak mencantumkan diri mereka sendiri dalam silsilah tetapi yang mencantumkan adalah muridnya, muridnya, muridnya.
Seperti pada masa Abah Anom, Beliau mencantumkan Syaikhina Al Mukarom (untuk Abah Sepuh) pada kitab Uqudul jumaan, jadi itu bukan Abah Sepuh sendiri yang menambahkan tetapi Abah Anom lah yang mencantumkan yang sebagai muridnya.
Begitu juga didalam khotaman disebutkan (mencantumkan) Abah Anom “Syeikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul’Arifin Qs”, itu bukan Abah Anom sendiri yang menambahkan tetapi Abah Aos lah yang mencantumkan nya yang sebagai muridnya.  Dan itu bukannya menambah-nambah, bukannya merekayasa, karena Suryalaya itu miliknya, yaitu (milik Abah Anom).
Dan sekarang pada masanya Abah Aos, didalam tawassul,dzikir dan khotaman dicantumkan nama Abah Aos “Syeikh Muhammad Abdul Gaos Saifulloh Maslul Al Qodiri An Naqsyabandi Al Kamil Mukamil Al Muwaffak Qs”, itu muridnya yang mencantumkan karena wajib murid menyebut nama Syeikh(Guru) nya supaya mengenal Gurunya.
Dengan menyebut Guru itu bukan nya untuk Guru, tetapi murid lah yang mau ikut bersama dengan Guru Mursyidnya,
Seperti kursi bis tidak akan bisa bergerak sendiri, kursi tidak akan bisa berjalan sendiri. Tetapi kursi harus bersama dengan bis nya untuk bisa ikut bersama dan kemana saja bis tersebut pergi. tegasnya kursi bis tidak akan bisa bergerak dan berjalan sendiri kalau tidak ikut bersama bis nya.
Seperti juga wayang tidak akan bergerak sendiri kalau tidak ada dalang yang memainkannya. Wayang bergerak sesuai dengan keinginan sang dalang. Wayang tidak dapat bergerak sendiri kalau tidak sang dalang yang memainkannya.
Begitu juga Mursyid itu bukan ditunjuk oleh murid-muridnya, tetapi Mursyid itu pilihan Alloh Subhanahu wa ta’ala, dan kita lah sebagai murid-muridnya yang mau ikut bersamanya.
Walaupun masih saja ada yang menentang, walaupun  masih ada yang tidak suka. Dengan istilah semakin ditentang akan semakin terbentang. Seperti mereka Mengusir semut dengan air gula merah malah semakin banyak semutnya, semakin ditentang tetapi semakin banyak dan semakin berkembang. Inilah sekarang masanya Abah Aos.
Kita sebagai murid, kita ikut saja walaupun awalnya banyak yang tidak kita mengerti kita ikut saja dengan Mursyid pada Akhirnya juga nanti kita akan faham dan mengerti. Jangan sampai tertinggal apalagi sampai berpisah dengan Mursyid. Kita persiapkan bahu kita untuk memikul segala tanggungjawab, siap melaksanakan tugas, siap melaksanakan perintah.
Seperti Abah Aos yang sudah sempurna mangikuti Gurunya, dalam motto hidupnya saja :
“Beliau dilahirkan dibumi ini bukan untuk memperkenalkan dirinya, tetapi beliau dilahirkan dibumi ini hanya untuk memperkenalkan gurunya, dan thoriqohnya”,
Karena apa yang kita berikan untuk Mursyid(Guru) kita, semua kebaikkannya akan kembali ke kita, kita harus seutuhnya(sebulat-bulat) ikut bersama Guru Mursyid kita. Segala amaliahnya kita siap untuk mengikuti, siap memikul tangggung jawab jejak langkah Guru Mursyid.
Amankan ajarannya, jangan sampai kita ikut terpengaruh dengan orang-orang yang membenci Guru Musyid kita.
Karena kalau kebaikkan yang kita berikan maka kebaikkan juga yang akan kita dapat, dan jika keburukan yang kita berikan maka keburukan juga yang akan kita peroleh.
Semoga bermanfaat.

Disarikan dari Khidmat ilmiah Abah Aos,
ditulis oleh : Surachman abdur rauf
000
ALHIJAZdepokbersemi165

Medianya Informasi & Kajian Ilmu dan Dakwah Ikhwan Depok.
Thoriqoh Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah PP Suryalaya Membangun Peradaban Dunia
Sekretariat : Jl.cisadane 2 No.106 Rt.05 RW. 014 Kel.Abadijaya Kec.Sukmajaya Kota Depok 16417
email :
surachmanrauf@gmail.com  - Tlp /Sms/Wa : 0812 888 166 90.
Agenda Kegiatan dan Jadwal Manaqib Depok Bersemi 165 :

https://depokbersemi165.blogspot.co.id/2015/05/agenda-kegiatan-depokbersemi165.html
Sukai halaman di Facebook DepokBersemi165 :
https://www.facebook.com/AlHijaz-DepokBersemi165-952350131454919

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Robithoh

Robithoh Robithoh, dapat diartikan hubungan antara yang menghubungi dari yang dihubungi. Seperti hubungan :  antara anak dengan orang tuanya. Antara guru dengan muridnya. Antara mahasiswa dengan dosennya. Antara menantu dengan mertuanya. Antara pedagang eceran dengan agen besarnya. Antara santri dengan kiayinya. Antara saudara dengan saudaranya. Antara teman dengan temannya. Antara rakyat dengan pemimpinnya. Antara bawahan dengan atasannya. Antara upline dengan downline-nya. Antara kita ummat dengan Nabinya. Antara kita hamba dengan Alloh Subhanahu wa ta’ala . Adapun hubungan itu, ada hubungan langsung juga ada hubungan tidak langsung. Adapun Robithoh wajib itu, seperti ummat Islam melaksanakan sholat dengan menghadap kiblat. Kiblat itu penghubung antara orang yang Sholat dengan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Kalau tidak menghadap Kiblat, maka sholatnya tidak akan syah. Jadi untuk melakukan yang wajib maka wajib dengan Robithoh tersebut ( menghadap kilat ) . Itulah Sya

Tidak Ada Yang Kebetulan

DI DUNIA INI TIDAK ADA YANG KEBETULAN === Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala : “ Dan pada Alloh-lah kunci-kunci semua yang ghoib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata ( Lauh Mahfudz )" ( Surat Al-An'am : 59 ). Tiada sesuatu yang kebetulan. Karena Alloh telah menegaskan bahwa tidak ada satu pun yang terlepas dari kudrot, irodat, dan ilmu Alloh. Segalanya yang terjadi bahkan yang akan terjadi telah tercatat di lauh mahfudz. Ayat tsb diatas menegaskan bahwa segalanya ada dibawah kehendak & ilmu Alloh, Dan semuanya sudah tercatat di lauh mahfudz. Sering kita mendengar percakapan sehari-hari yang mengatakan, “ Kebetulan ketemu disini ”, “ Kebetulan ada yang memberi”, “K ebetulan sekali h

Pentingnya Berwasilah

Pentingnya Berwasilah Oleh : Renandhi Wira Fitra, S.H.I. Ikhwan TQN PPS dari Kota Depok. Setiap diri yang memiliki niat dan cita cita untuk sampai(Wushul) kepada Alloh sudah PASTI akan membutuhkan WASILAH ( perantara). Hal ini sebagaimana firman Alloh Swt : “ Hai orang orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Alloh dan carilah wasilah dalam mencapai ketaqwaan itu ....” ( QS. Al-Maidah : 35 ) Dalam ayat tersebut kalimat wabtaghu menggunakan fi’il amar/kata perintah yang menandakan khitab /seruan bagi orang beriman bahwa mencari wasilah itu adalah kewajiban...kenapa wajib ? karena memang manusia membutuhkannya..! Jadi dengan adanya wasilah bagi setiap hamba itu adalah mutlaq suatu KEBUTUHAN, selain berdasarkan dari dalil ayat tersebut juga berdasarkan kepada tabiat manusia yang selalu membutuhkan bantuan dalam medapatkan sesuatu, sehingga menolak adanya wasilah maka itu bertentangan dengan Hukum Alloh dan fitrah manusia itu sendiri. Wasilah adalah perantara yang