Langsung ke konten utama

Sepi Dalam Keramaian Ramai Dalam Kesepian



Sepi Dalam Keramaian Ramai Dalam Kesepian
Dalam istilah Ilmu Tasawwuf ada yang dinamakan ‘Uzlah( mengasingkan diri ), yaitu keluar dari pergaulan makhluk dan kemudian mengasingkan diri dan memutuskan hubungan.
Adapun hakikat memutuskan hubungan disini yang dimaksud adalah memutuskan hubungan dari makhluk kemudian menyambungkan diri kepada Yang Maha Pencipta, dengan menggunakan Hati( Qolbu ) dan menuju kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala.
Oleh karena itu, perjalanan ini bukanlah perjalanan kaki dengan menuju goa-goa, gunung-gunung, hutan-hutan atau ketempat-tempat yang sepi dengan alasan menyendiri dari keramaian menghindari bergaul dengan manusia.
Sabda Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa salam :
“Orang mu’min yang bergaul diantara manusia dan dia bersabar terhadap segala sikap dan prilaku mereka itu lebih baik disisi Alloh daripada orang yang bergaul diantara manusia dan dia tidak bersabar terhadap segala sikap dan prilaku mereka”.
Syeikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul’Arifin Qoddsallohu sirrohu, bersabda :
“Sebaik-baik mengasingkan diri adalah ditengah-tengah keramaian manusia, bukan dalam kesendirian. Bagaikan ikan di air asin di tengah samudra, walaupun sekelilingnya asin namun sedikitpun ia tidak keasinan karenanya”.
Jadi makna ber-‘Uzlah mengasingkan diri itu bukannya meninggalkan tugas serta tanggung jawabnya didunia, tetapi mereka masih tetap melaksanakan tugas-tugasnya serta tanggung jawabnya didunia, tidak juga dengan meninggalkan anak-anaknya, istrinya serta keluarganya dengan alasan untuk beribadah dalam urusan akhirat.
Rosululloh  Sholallohu alaihi wa salam bersabda :
“Tiada kebaikkan bagi siapa yang meninggalkan urusan dunianya untuk akhiratnya, dan tiada kebaikkan bagi siapa yang meninggalkan akhiratnya hanya untuk dunianya, sehingga menganai keduanya secara bersama-sama”.
Hakiakat ‘Uzlah itu adalah : Meninggalkan seluruh sifat - sifat yang tercela.
Oleh karena itu, dikatakan oleh seorang ‘Arif bahwa dia( orang yang ber-‘Uzlah ) adalah orang yang ada dan jelas, Ada” maksudnya bersama makhluk. Jelas” berada bersama mereka, namun jauh dari mereka secara atau melalui rahasianya( sir ).
Abu Ali Ad-daqqoq rodliyallohu ‘anhu, mengatakan :
“aku memakai pakaian sebagaimana orang lain memakai memakainya, makan makanan seperti yang mereka makan, namun aku menyendiri dari mereka dalam rahasia”.
Syeikh Abdul wahhab As-Sya’roni rodliyallohu ‘anhu, bersabda :
“Beradalah kamu di dunia dengan badanmu dan akhirat dengan hatimu”.

Abu Utsman al-Maghribi r
odliyallohu ‘anhu, bersabda :
“Adalah wajar bagi seorang yang ber-‘Uzlah dari kesertaan bersama sesamanya, supaya terbebas dari segala jenis pengingatan kecuali mengingat Tuhannya, terbebas dari segala kecendrungan nafsunya, kecuali hanya keinginan untuk mencari ke-Ridloan Tuhannya, dan terbebas dari tuntutan diri akan segala sebab duniawi, apabila tidak demikian, maka tindakan ber-kholwatnya hanya melemparkan kedalam cobaan atau malapetaka”.
Bersabda Tuan Syeikh ‘Arif billah yang menjadi Wali Quthub pada masanya, ketika memperbaharui masjid Kholwatnya, “Syeikh Tholha bin Tholabudin Kalisapu Cirebon”, bersabda :
“Hakikat Kholwat adalah dzikir jahar, karena sang Dzakir saat melakukan dzikir jahar tersebut ia memejamkan kedua matanya, mengangkat suaranya, hal ini sebagaimana yang diperintahkan oleh Rosululloh Nabi Muhammad Sholallohu alaihi wa salam, yang merupakan suri tauladan yang baik dari Beliau untuk kita semua : “Berdzikir dengan kalimat Laa Ilaaha Ilalloh dengan memejamkan mata dan meninggikan suara saat ber-dzikir”
Oleh kerana itu, orang yang sedang ber-Dzikir  Jahar itu bahwa dia sedang ber-Kholwat dan mengasingkan diri (‘Uzlah) yang sebenarnya.
Dengan sebuah istilah Sepi Dalam Keramaian Ramai Dalam Kesepian.
000

000
Para Penyambut Pecinta Kesucian Jiwa.
Thoriiqoh Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah PP Suryalaya Membangun Peradaban Dunia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Robithoh

Robithoh Robithoh, dapat diartikan hubungan antara yang menghubungi dari yang dihubungi. Seperti hubungan :  antara anak dengan orang tuanya. Antara guru dengan muridnya. Antara mahasiswa dengan dosennya. Antara menantu dengan mertuanya. Antara pedagang eceran dengan agen besarnya. Antara santri dengan kiayinya. Antara saudara dengan saudaranya. Antara teman dengan temannya. Antara rakyat dengan pemimpinnya. Antara bawahan dengan atasannya. Antara upline dengan downline-nya. Antara kita ummat dengan Nabinya. Antara kita hamba dengan Alloh Subhanahu wa ta’ala . Adapun hubungan itu, ada hubungan langsung juga ada hubungan tidak langsung. Adapun Robithoh wajib itu, seperti ummat Islam melaksanakan sholat dengan menghadap kiblat. Kiblat itu penghubung antara orang yang Sholat dengan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Kalau tidak menghadap Kiblat, maka sholatnya tidak akan syah. Jadi untuk melakukan yang wajib maka wajib dengan Robithoh tersebut ( menghadap kilat ) . Itulah Sya

Tidak Ada Yang Kebetulan

DI DUNIA INI TIDAK ADA YANG KEBETULAN === Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala : “ Dan pada Alloh-lah kunci-kunci semua yang ghoib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata ( Lauh Mahfudz )" ( Surat Al-An'am : 59 ). Tiada sesuatu yang kebetulan. Karena Alloh telah menegaskan bahwa tidak ada satu pun yang terlepas dari kudrot, irodat, dan ilmu Alloh. Segalanya yang terjadi bahkan yang akan terjadi telah tercatat di lauh mahfudz. Ayat tsb diatas menegaskan bahwa segalanya ada dibawah kehendak & ilmu Alloh, Dan semuanya sudah tercatat di lauh mahfudz. Sering kita mendengar percakapan sehari-hari yang mengatakan, “ Kebetulan ketemu disini ”, “ Kebetulan ada yang memberi”, “K ebetulan sekali h

Pentingnya Berwasilah

Pentingnya Berwasilah Oleh : Renandhi Wira Fitra, S.H.I. Ikhwan TQN PPS dari Kota Depok. Setiap diri yang memiliki niat dan cita cita untuk sampai(Wushul) kepada Alloh sudah PASTI akan membutuhkan WASILAH ( perantara). Hal ini sebagaimana firman Alloh Swt : “ Hai orang orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Alloh dan carilah wasilah dalam mencapai ketaqwaan itu ....” ( QS. Al-Maidah : 35 ) Dalam ayat tersebut kalimat wabtaghu menggunakan fi’il amar/kata perintah yang menandakan khitab /seruan bagi orang beriman bahwa mencari wasilah itu adalah kewajiban...kenapa wajib ? karena memang manusia membutuhkannya..! Jadi dengan adanya wasilah bagi setiap hamba itu adalah mutlaq suatu KEBUTUHAN, selain berdasarkan dari dalil ayat tersebut juga berdasarkan kepada tabiat manusia yang selalu membutuhkan bantuan dalam medapatkan sesuatu, sehingga menolak adanya wasilah maka itu bertentangan dengan Hukum Alloh dan fitrah manusia itu sendiri. Wasilah adalah perantara yang