Dzikir adalah alat khusyu’
Alhamdulillah,
lisan ini memuji, meleburkan kata puji, kepada yang berhak memiliki segala-gala
pujian, yaitu Tuhan Semesta Alam, Alloh Subhanahu Wa Ta’ala yang telah
menghimpun kita semua para ikhwan Thoriiqoh Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah
Suryalaya ke tempat yang paling mulya, ke tempat yang ramai ini, tetapi tidak
terganggu oleh apa pun dan tidak terganggu oleh siapa pun, kita para ikhwan
Thoriiqoh Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah Suryalaya dihimpun di tempat mulya yang Agung,
yang mahal dan paling termahal, yaitu majlis “MANAQIBAN” yang sudah
dikemas oleh para leluhur-leluhur kita, dari para ahli silsilah ke-37, ke-36,
ke-35 dan seterusnya. Yang sudah barang tentu masing-masing telah memperolehnya
dari Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Tanpa izin Alloh tidak ada dan tidak
akan pernah ada, tidak akan bisa terjadi.
Kalimah Laa ilaaha illalloh jika sudah
menjadi kalimah Thoyyibah, maka ada setiap saat, tidak terhitung,
jangankan hanya satu lautan yang telah ada, tambah 7( tujuh ) Lautan pun untuk
menghitung, mencatat, menulis, mengurai kalimah laa ilaaha illalloh sampai kering 8( delapan ) lautan
tinta, tidak akan habis uraiannya, malah habis kiayinya dan habis ilmuwannya.
Semakin mendalam, semakin mendengar, malah semakin tidak terhitung, itulah kita
memiliki dzikir yang tidak terhitung, yang banyak itu bukan yang 165, bukan
yang 1650, bukan yang 165.000, bukan yang 1.650.000.000, bukan yang
1.650.000.000.000, tetapi yang tidak dihitung, tetapi ada.
Dzikir Jahar, dzikir
yang terang-terangan dengan lisan. Penting dzikir lisan juga untuk ikrar, untuk
dakwah supaya kedengaran oleh orang lain. Baca Al-Quran secara jahar itu
penting supaya yang punya telinga mendengar. Membaca Al-Quran dengan keras
bukan supaya kedengaran oleh orang lain, apalagi mengganggu orang lain, supaya
yang punya telinga mau mendengar. Karena telinga orang beriman, orang muslim,
orang mu’min, kalau mendengar suara al-Quran itu bertambah imannya bukan merasa
terganggu.
Dimana dibacakan
ayat-ayat Alloh, orang-orang yang beriman itu bertambah imannya. Ini maksudnya
jika bertambah iman berarti sudah ada. Tidak akan ada bahasa tambah kalau belum
ada. Makanya ayat pertama yang diberikan oleh Alloh kepada Rosululloh Sholallohu
‘Alaihi Wa sallam yaitu surat al-‘Alaq ayat pertama jadi materi Thoriiqoh
Qoodiriyah yakni kalimah Laa ilaah
illalloh dan ayat yang kedua jadi materi Thoriiqoh Naqsyabandiyyah
kalimah yang tidak terdengar oleh siapapun. Yang mendengar dzikir itu hanya
orang yang berdzikirnya dan pencipta orang yang berdzikir, disimpan di dalam
hati, di dalam ruh. Inilah, alat yang dua ini adalah ALAT KHUSYU’. 12( dua
belas ) Tahun setelah dua dzikir ini mengendap, membaja, menyatu, dan larut di
dalam diri Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi Wa sallam, maka Rosululloh
diberangkatkan dari Masjidil Harom ke Masjidil Aqso dan Mi’raj. Jadi Misro dan
Mi’roj itu untuk memberikan bungkusnya, kulitnya, wadahnya untuk khusyu’.
Khusyunya sudah ada larut dalam diri Rosululloh
selama 12( dua belas ) Tahun, baru kemudian diberikan bungkusnya yaitu sholat.
Sekarang dimana-mana
orang ramai-ramai belajar khusyu, bahkan sampai menjamur pelatihan-pelatihan
sholat khusyu’. Bagaimana supaya khusyu’ di dalam sholat ? Guru Mursyid kita
selalu mengatakan :
“MANA MUNGKIN KHUSYU’
DI DALAM SHOLAT KALAU DI LUAR SHOLAT TIDAK BISA KHUSYU.”
Karena Alloh pun
memberikan khusyu’ itu sebelum sholat. Makanya Rosululloh
Sholallohu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat
khusyu’ dalam sholatnya karena sebelum sholat sudah khusyu’. Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa
sallam bersabda :
“SIAPA YANG TIDAK
KHUSYU DALAM SHOLATNYA MAKA RUSAK SHOLATNYA.”
Walaupun dari takbirotul
ihrom sampai salam sama-sama tamat, yang tidak khusyu, yang hatinya tidak
bersama-Nya, kepada-Nya, oleh-Nya, dari-Nya, dianggap RUSAK SHOLATNYA, utuh
luarnya tetapi didalamnya keropos karena tidak ada khusyu. Makanya 12( dua belas ) Tahun latihan khusyu,
dzikir Laa Ilaaha Illalloh
dengan suara keras supaya orang yang punya telinga mendengar. Karena Pangersa
Abah Anom mengatakan :
“Jika
Kamu berbicara jangan untuk orang lain, kamu berbicara untuk telingamu sendiri !”
( karena dari suaramu yang keluar, yang paling terdekat adalah telingamu sendiri )
( karena dari suaramu yang keluar, yang paling terdekat adalah telingamu sendiri )
Di Suryalaya selalu
ada ilmu yang baru dari Guru Mursyid kita, dan itu pasti berasal dari
Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam. Karena Rosululloh itu ada
penerus-penerusnya, Khulafa ur Rosyidin, Sahabat, Tabi’in, Auliya, para ulama.
Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa
sallam bisa memberikan petuah, petunjuk, saran, pendapat
atau apapun kepada penerus-penerusnya kapan saja.
Baru-baru ini bahkan ada
yang mengatakan amalan ini tidak ada pada zaman Nabinya. Hati-hati itu jangan
diterima, memang sekarang ini zaman Nabi siapa ? sekarang adalah zaman Nabi Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa sallam. Orangnya yang tidak
ada itu, setelah Nabi Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa sallam tidak ada
lagi Nabi, pengganti Nabi ada terus diciptakan oleh Alloh dibutuhkan untuk
memimpin ummat, per seratus Tahun itu satu.
Kalau ingin ketemu Nabi
berhadapan setiap hari, harus sering sholat, pasti berhadapan, karena dalam
sholat ada bacaan : “Assalamu’alaika
ayyuhan nabiyyu…” itu mengucapkan salam kepada orang yang ada
dihadapan kita, bukan kepada orang yang tidak ada di depan kita. Antara kita
dengan orang yang diberi salam oleh kita tidak hijab apapun, tidak terhalang
oleh sehelai rambutpun. Makanya sholat fardlu itu terlalu sedikit, ditambah
dengan sholat-sholat sunnat lainnya, seperti qobliyah dan ba’diyah dan banyak
lagi yang lainnya. Tidak ada yang ketinggalan di dalam Islam itu, semua ada.
Yang mesti ada pasti harus ada.
Ini sesuai dengan Firman Alloh dalam Al-Qur’an Surat
al-An’am ayat 38
“…. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab….”
Segala sesuatu yang
mesti ada itu tidak bisa tidak ada, yang diadakan oleh yang Maha Ada. Ada-Nya
sebelum ada kata ada. Kalau kita adanya setelah ada kata ada, dan yang ada
diadakan oleh yang Maha Ada ditidak adakan, Alloh tetap Ada. Maka akhirnya kita
belajar, setelah laa ilaaha illalloh
ini ditanam sudah bukan dimulut lagi, baru dimiliki itu kalimah itu oleh ruh
kita, yang ditalqin bukan dibaju koko, bukan dikulit bukan didaging, tetapi di
“Ruh”. Supaya nafas kita, Ruh
kita ke dalam dan keluarnya wangi, maka ada kalimah pewangi, yaitu kalimah thoyyibah.
Dzikir jahar laa ilaaha illalloh
meski sudah tidak ada orang yang dzikirnya, suaranya masih tengiang-ngiang,
sebelum tidur kita dzikir untuk mengiringi keluarnya nyawa, lupanya nyawa,
hilangnya itu supaya bersama dzikir tersebut. Talqin itu dimasukkan ke dalam Ruh
supaya keluar masuknya bersama laa ilaaha
illalloh. Itu menetap dan ditetapkan atas izin Tuhannya. Jadi ketika
masuk didorong oleh laa ilaaha illalloh,
dikawal oleh laa ilaaha illalloh dan
disambut dan dijemput oleh laa ilaaha
illalloh. Orang yang dengan laa
ilaaha illalloh tidak akan mati, tetapi pindah dari alam yang besar ke
alam yang kekal. Seperti ini kita bergabung belajar dengan orang-orang yang
tidak mati, orang-orang yang hidupnya kekal.
Semoga kita semua diberkahi oleh Alloh dengan
keamanan, kenyamanan, ketentraman dan kedamaian, kita tetap mengamalkan,
mengamankan dan melestarikan Amalan Thoriiqoh Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah PP
Suryalaya.
000
000
Para Penyambut Pecinta Kesucian Jiwa.
Para Penyambut Pecinta Kesucian Jiwa.
Thoriiqoh Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah PP Suryalaya Membangun Peradaban Dunia
Komentar
Posting Komentar