ADAB HADIR DALAM MAJLIS
MANAQIBAN
Mengembangkan
Manaqiban.
Setiap acara Khidmat Manaqib dimulai dari pembawa
acara, pembacaan Al Qur’an, pembacaan Tanbih, Tawassul, pembacaan Manqobah,
dilengkapi dengan Khidmat Ilmiah, Kesemuanya itu adalah kesukaan Guru Agung
kita Syeikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin Qoddasallohu sirruhu. Untuk mengembangkan ajaran
Thoriiqoh Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah Pondok Pesantren Suryalaya.
Bahkan sejak Manaqiban di Masjid Istiqlal,
Februari 2015 yang lalu sudah dideklarasikan oleh Abah Aos lebih mantap lagi,
dengan :
“Manaqiban
dalam rangka peringatan Maulid Nabi Muhammad Sholallohu ‘Alaihi Wasallam untuk
Kejayaan Agama Negara dan Peradaban Dunia”
Abah Anom sudah sejak dari dahulu mengatakan : “Kita
sudah punya wadah, manaqiban ini adalah wadah”. Ketika mengadakan acara
muludan maka dengan manaqiban, ketika mengadakan acara rojaban maka dengan
manaqiban, ketika mengadakan acara pernikahan dengan manaqiban, ketika acara
khitanan dengan manaqiban, ketika ada syukuran apa saja dengan melaksanakan
manaqiban, “Manaqiban adalah Wadah”.
000
Adapun
susunan acara Manaqiban adalah
sebagai berikut
:
1. Pembukaan ( diisi dengan majlis
doa ).
2. Pembacaan Ayat Suci Al-
Qur'an diiringi
membaca Sholawat Nabi Muhammad Sholallohu
Alahi Wa Sallam.
3. Pembacaan Tanbih.
Diawali dengan pembacaan AlFatihah dikhususkan kepada (Alm)
Syekh H. Abdulloh
Mubarok Bin Nur Muhammad (Abah Sepuh) Qs. Sesudah pembacaan Tanbih dibacakan Al-Fatihah
untuk Syeikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin (Abah Anom) Qs. Dilanjutkan
dengan pembacaan Untaian Mutiara dan ditutup dengan dibacakan AlFatihah untuk
Syeikh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul Al Qodiri An Naqsyabandi Al Kamil
Mukamil (Abah Aos) Qs.
4. Pembacaan Tawassul ( dipimpin
oleh satu orang dan jama’ah yang lain mengikuti )
5. Pembacaan Manaqib Sulthon Auliya Syekh Abdul Qodir Al Jaelani Qoddasallohu sirruhu, berikut dengan do'anya.
6. Ceramah Agama Islam ( Khidmat Ilmiah ).
7. Ditutup
acara dengan pembacaan
Sholawat Bani Hasyim tiga kali dan Sholawat Badar secara bersama-sama.
Catatan :
Apabila ada acara sisipan,
berupa pengumuman, sambutan dan lain-lain dilaksanakan sebelum acara kedua ( pembacaan
Al Qur’an ) atau sesudah acara kelima
( setelah Pembacaan Manaqib )
000
Telah bersabda Nabi Sholallohu Alahi Wa Sallam :
dzikrush shòlihìn kaffàrotun 'anidz dzunùbi wa 'ingda
dzikrish shòlihìna tangzulur rohmatu wa tahshulul barokatu.
"Mengingat-ingat
orang yang sholih dapat menjadi kifarat untuk
menebus dosa. Dan ketika sedang dalam kondisi mengingat-ingat orang yang sholih tersebut,
maka diturunkan oleh Alloh Swt Rohmat, serta
dapat menghasilkan Barokah". (HR.Ahmad-Thobroni).
Yang dimaksud dengan dzikrush sholihin adalah dapat disebut dengan manaqiban,
Khususnya manaqibnya Syeikh Abdul Qodir Jailani Qoddasallohu sirruhu. Karena Syeikh Abdul Qodir
Jailani Qoddasallohu sirruhu termasuk orang Sholih. Di dalam manaqiban ada kegiatan
mengingat-ingat riwayat, karomat dan wasiatnya orang yang sholih.
Jadi manaqib adalah, alat untuk :
1). Alat untuk menebus dosa.
2). Alat untuk menerima dan mengumpulkan kucuran Rohmat Alloh subhanahu wa ta'ala.
3). Alat untuk menghasilkan nilai-nilai keberkahan.
Telah berpesan Syekh Mursyid Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin Qoddasallohu sirruhu : “Apabila
sedang mengikuti suatu manaqib, maka harus seperti sedang Wukuf di Arofah”.
Arti Wukuf adalah DIAM. Jadi untuk menghasilkan tiga alat di
dalam manaqib tersebut, harus dengan cara wukuf, yaitu diamnya 7( tujuh ) indra
dari anggota badan, yaitu:
(1). Telinga, tidak mendengarkan
suara kecuali suara dari bacaan-bacaan yang dibacakan dalam manaqib.
(2). Mata, menjaga mata tidak larak-lirik
kesana-kemari lebih baik untuk dipejamkan.
(3). Hidung, bernafas
keluar dan masuknya harus diiringi dengan dzikir khofi.
(4). Mulut, tidak
bersuara, kecuali yang sedang bertugas membacakan
bacaan-bacaan dalam manaqib. Artinya
tidak dianjurkan untuk berbicara sendiri-sendiri apalagi sampai mengobrol.
(5). Tangan, tidak banyak memegang-megang kecuali alat-alat yang
dibutuhkan dalam manaqib.
(6). Perut, tidak diisi oleh makanan atau minuman ketika sedang
berjalannya acara
manaqib. Artinya ketika berjalannya acara
manaqib mulai dari pembacaan Al Qur’an sampai manqobah diajurkan untuk diam
menahan untuk tidak makan dan minum.
(7). Kaki, dalam posisi
diam( tidak banyak bergerak-gerak apalagi berjalan-jalan ) baik dalam posisi duduk ataupun berdiri. Apalagi
sampai berjalan-jalan mundar-mandir dengan tiada tujuan.
Dan yang
paling utama adalah HATI harus dalam keadaan bertawajuh ( ber-Dzikir Khofi ).
SYARAT MENGIKUTI ACARA MANAQIB
1). Harus
mempunyai wudlu, kecuali yang sedang haid, asalkan tidak masuk kedalam masjid. Artinya wanita yang sedang haid itu masih boleh mengikuti acara khidmat
manaqiban asal tidak duduk diam didalam masjid.
2). Ber-Robithoh kepada Guru Mursyidnya.
3). Membaca do'a
munajat : “ilàhì anta maqshùdì wa
ridlòka mathlùbì a'thinì mahabbataka wa ma'rifataka”.
4). Membaca Sholawat Bani Hasyim 3( tiga )kali ketika telah selesai Khidmat Amaliyah dan khidmat Ilmiyah Manaqiban. Artinya ketika sebelum Sholawat Bani Hasyim dibacakan sangat tidak dianjurkan untuk beranjak meninggalkan Majlis Manaqib. Ikuti Majlis
Manaqib hingga Sholawat Bani Hasyim dibacakan.
000
AlHijazDepok165
Media Informasi & Da’wah Para Pecinta Kesucian Jiwa
Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah PP Suryalaya
Membangun Peradaban Dunia
Media Informasi & Da’wah Para Pecinta Kesucian Jiwa
Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah PP Suryalaya
Membangun Peradaban Dunia
Komentar
Posting Komentar