Langsung ke konten utama

Ilmu & Amal



Khitmat Ilmiah : KH. Muhammad Sholeh Mukhtar Hujjatul ‘Arifin (Abah Sholeh) ra.
Manaqiban di Pesantren Jagad Arsy, (11/08).
Keseimbangan
Ilmu & Amal


Abah Sholeh menyampaikan :
Thoriiqoh Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah PP. Suryalaya selalu menggaungkan Mottonya yaitu “Ilmu Amaliah Amal Ilmiah”. Yang Artinya ilmu yang diamalkan, amal yang berdasarkan ilmu. Kalau ilmu yang tidak diamalkan itu adalah ilmu yang gagal jika amal yang tidak dengan ilmu itu amal yang batal.
Dan Inilah ciri khas TQN PP Suryalaya dengan Ilmu yang diamalkan serta amal yang di ilmukan. Maka setiap acara manaqib inilah perpaduan antara ilmu dan amal. Didalam acara manaqib dari mulai khotaman, pembacaan al qur’an, tanbih, tawassul, dan pembacaan manqobah sampai doanya itu adalah Khidmat Amaliah dan setelah itu dilengkapi dengan Khidmat Ilmiah. Yang memang didalam manaqib lebih banyak khidmat amaliahnya tetapi antara khidmat amaliah dan khidmat ilmiah itu dua-duanya sangat diperlukan.
Maka didalam setiap sholat selalu dibacakan :
إِهْدِنَاالصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ
Ihdinaash shiroothol mustaqiim” (QS. Al Fatihah : 6)
Maknanya adalah “Tunjuki kami jalan orang yang istiqomah jalan yang lurus )”. Ada “orang nya” yang istiqomah. Kalau Agamanya memang sudah lurus, tetapi siapa orangnya  yang istiqomahnya ? dan apa ciri orang yang istiqomah itu ? inilah “Ilmu Amaliah Amal Ilmiah” Ilmunya diamalkan dan amalnya semuanya berdasarkan ilmu.

HANCURNYA ISLAM DENGAN EMPAT PERKARA
Didalam kitab Hilyatul Auliya diantaranya ucapan Imam Ali bin Muhammad ra, hancurnya islam itu dengan empat perkara, yaitu :
1)   Orang yang beramal tetapi tidak berdasarkan ilmu.
Rusaklah jika beramal dengan tanpa ilmu, maka batallah amalnya. Maka belajar Thoriiqoh harus dengan ilmunya. Jika ingin berdzikir harus dengan proses talqin terlebih dahulu sesuai dengan pernyataan ini jika ingin beramal harus dengan berdasarkan ilmunya.
2)   Mengetahui ( berilmu ) tetapi tidak mau mengamalkan ilmunya.
Inilah rusaknya, inilah ilmu yang gagal. Maka kita ikhwan TQN PP Suryalaya dengan dibimbingkan ilmu yang untuk diamalkan.
3)   Tidak mau belajar apa yang belum diketahuinya.
Rusaklah karena pasrah dengan kebodohannya, seperti keengganan untuk belajar thoriiqoh dengan ‘mengatakan sudahlah kita tidak perlu belajar Thoriiqoh segala, kakek-kakek kita juga dahulu tidak belajar thoriqoh. Jika pemahamannya seperti itu dahulu kakek-kakeknya juga tidak pernah pasang listrik dirumahnya, kalau begitu kita sekarang tidak usah pasang listrik dirumah kita saja, seperti orang dahulu hanya pakai lilin atau pelita, dalam suasana gelap. Kalau listrik itu untuk penerangan jasmani tetapi kalau thoriqoh untuk penerangan ruhani. Maka kita tidak perlu mengikuti sesuatu yang tidak ada ilmunya dan jika tidak tahu atau belum mengetahuinya wajib belajar. Dalam Thoriiqoh itu ada Mursyidnya, ada Muridnya, dan ada Wirid( amaliyah )nya serta ada Talqinnya. Dan dzikir ini bukan suatu hal yang baru tetapi sudah ada dari jaman Rosulnya hingga sambung menyambung sampai kepada sanad(silsilah)nya yang sekarang.
Dahulu dzikir ini berasal dari Mekkah dan Madinah sekarang sudah tidak ada lagi disana dan dahulu dzikir ini ada di Baghdad dan juga sekarang tidak ada lagi. Bahkan Di tempatnya Syeikh Tholha Cerebon dzikir ini pun sudah tidak ada lagi. Padahal dzikir ini berasal dari sana, Maka Abah Aos selalu mempertahankan ini, seperti ucapan Abah Anom yang disampaikan kepadanya :  Kalau bukan kita siapa lagi”. Dan inilah thoriiqoh, hilangnya itu karena sudah tidak ada lagi orang yang belajar hingga tidak ada yang tahu lagi tentang Thoriiqoh.
4)   Mencegah orang lain untuk belajar.
Rusaklah dan Inilah tanda hancurnya islam, didalam sejarah kaum musyrikin mengubur anaknya hidup-hidup,
Firman Alloh Subhanahu wa ta’ala :
وَكَذَلِكَ زَيَّنَ لِكَثِيرٍ مِنَ الْمُشْرِكِينَ قَتْلَ أَوْلادِهِمْ شُرَكَاؤُهُمْ لِيُرْدُوهُمْ وَلِيَلْبِسُوا عَلَيْهِمْ دِينَهُمْ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ
Dan demikianlah berhala-berhala mereka (setan) menjadikan terasa indah bagi banyak orang-orang musyrik membunuh anak-anak mereka, untuk membinasakan mereka dan mengacaukan agama mereka sendiri. Dan kalau Alloh menghendaki, niscaya mereka tidak akan mengerjakannya, Biarkanlah mereka bersama apa (kebohongan) yang mereka ada-adakan. (QS. Al An Am : 137) 

Dalam tafsir ayat ini untuk menerangkan bayi (anak-anak) itu adalah maknanya ‘Bayi ruhani / Bayi ma’rifat’ yang dikubur hidup-hidup. Makna dikubur hidup-hidup itu ruhnya dikubur hidup-hidup dengan melarang orang lain untuk belajar. Karena didalam ruh itu ada Ruh Jasmani, Ruh Ruhani, Ruh Sulthoni, dan Ruh Qudsi tetapi yang aktif hanya Ruh Jasmaninya saja. Maka untuk mengfungsikan Ruh Ruhani, Ruh Sulthoni, Ruh Qudsi harus diaktifkan dengan Syeikh Mursyid dengan Talqin Dzikir. Dengan talqin dzikir Ruh Ruhani, Ruh Sulthoni, Ruh Qudsi yang tadinya terkubur maka akan menjadi hidup. Tetapi banyak orang yang ingin belajar thoriqoh terpenggal oleh algojo, karena dihalang-halangi serta dilarang untuk belajar. Maka inilah makna mengubur hidup-hidup ‘Bayi ruhani/ Bayi ma’rifat’ sehingga Ruh Ruhani, Ruh Sulthoni, Ruh Qudsi tidak dapat difungsikah dengan baik.
Maka dengan menghalangi orang untuk belajar dzikir itu membuat orang menjadi ‘Anak Yatim’ ,
فَذٰ لِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمِ
Makna ‘Anak Yatim’ itu adalah orang yang tidak memiliki mursyid. Maka inilah Kitab Tafsir Al Jailani  yang dibawa oleh Syeikh M Fadhlil ke Suryalaya dan Sirnarasa. Dengan adanya Kitab tafsir ini menjawab tentang kitab-kitab tafsir tentang Tashowwuf.
Seperti hp android yang cangih tetapi tidak bisa digunakan karena aplikasinya tidak dipasang sehingga tidak dapat difungsikan dengan baik, maka untuk mengaktifkan harus dipasangkan aplikasinya terlebih dahulu. Begitu juga hati manusia yang lebih canggih dari hp android, maka untuk dapat difungsikan dengan baik maka harus diaktifkan dengan proses Talqin Dzikir oleh Syeikh Mursyid. Tetapi karena dihalang-halangin untuk belajar maka hati tidak dapat difungsikan dengan baik.
Itulah empat hal yang menghancurkan islam.
Dalam Ilmu Agama ada Iman, Islam dan Ihsan. Iman itu disampaikan dalam ilmu tauhidnya, Islam itu disampaikan dalam ilmu fiqihnya, dan Ihsan itu disampaikan dengan ilmu tashowwuf. Jika belajar tashowwuf tidak dengan Thoriqoh itu hanya ilmu saja tidak ada amaliyahnya. Tetapi jika ilmu tashowwuf itu dengan Thoriqohnya, dengan ada Syeikh Mursyidnya,  dengan ada Muridnya,  dengan ada Wirid(Amaliah)nya, ada Talqin Dzikirnya, maka dapat diamalkan dengan baik. Maka inilah yang menjadi kuatnya islam, Islam tidak akan hancur dengan ini.
Hati kita ini lebih canggih lebih daripada android, karena ini adalah milik dan dari Alloh. Kalau counter android banyak dimana-mana, tetapi kalau counter hati hanya pada Syeikh Mursyid. Dengan Syeikh Mursyid pohon yang ditanamkan manjadi sehat dan ibaratnya tidak akan pernah kehabisan pulsa selamanya artinya tidak akan pernah tersendat untuk menyambungkan hati dengan Alloh.  
000
Depokbersemi165
Media Informasi & Da’wah
Ikhwan
Thoriiqoh Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah PP Suryalaya
Membangun Peradaban Dunia
Agenda Kegiatan dan Jadwal Manaqib Depok Bersemi 165
http://depokbersemi165.blogspot.com/2015/05/agenda-kegiatan-depokbersemi165.html
Sukai halaman di Facebook DepokBersemi165 :
https://www.facebook.com/pages/DepokBersemi165/952350131454919

Komentar

  1. Bagaimana klo sudah talqin dzikir tdk diamalkan, tapi mengalkan amaliyah pada umumnya?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Robithoh

Robithoh Robithoh, dapat diartikan hubungan antara yang menghubungi dari yang dihubungi. Seperti hubungan :  antara anak dengan orang tuanya. Antara guru dengan muridnya. Antara mahasiswa dengan dosennya. Antara menantu dengan mertuanya. Antara pedagang eceran dengan agen besarnya. Antara santri dengan kiayinya. Antara saudara dengan saudaranya. Antara teman dengan temannya. Antara rakyat dengan pemimpinnya. Antara bawahan dengan atasannya. Antara upline dengan downline-nya. Antara kita ummat dengan Nabinya. Antara kita hamba dengan Alloh Subhanahu wa ta’ala . Adapun hubungan itu, ada hubungan langsung juga ada hubungan tidak langsung. Adapun Robithoh wajib itu, seperti ummat Islam melaksanakan sholat dengan menghadap kiblat. Kiblat itu penghubung antara orang yang Sholat dengan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Kalau tidak menghadap Kiblat, maka sholatnya tidak akan syah. Jadi untuk melakukan yang wajib maka wajib dengan Robithoh tersebut ( menghadap kilat ) . Itulah Sya

Tidak Ada Yang Kebetulan

DI DUNIA INI TIDAK ADA YANG KEBETULAN === Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala : “ Dan pada Alloh-lah kunci-kunci semua yang ghoib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata ( Lauh Mahfudz )" ( Surat Al-An'am : 59 ). Tiada sesuatu yang kebetulan. Karena Alloh telah menegaskan bahwa tidak ada satu pun yang terlepas dari kudrot, irodat, dan ilmu Alloh. Segalanya yang terjadi bahkan yang akan terjadi telah tercatat di lauh mahfudz. Ayat tsb diatas menegaskan bahwa segalanya ada dibawah kehendak & ilmu Alloh, Dan semuanya sudah tercatat di lauh mahfudz. Sering kita mendengar percakapan sehari-hari yang mengatakan, “ Kebetulan ketemu disini ”, “ Kebetulan ada yang memberi”, “K ebetulan sekali h

Pentingnya Berwasilah

Pentingnya Berwasilah Oleh : Renandhi Wira Fitra, S.H.I. Ikhwan TQN PPS dari Kota Depok. Setiap diri yang memiliki niat dan cita cita untuk sampai(Wushul) kepada Alloh sudah PASTI akan membutuhkan WASILAH ( perantara). Hal ini sebagaimana firman Alloh Swt : “ Hai orang orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Alloh dan carilah wasilah dalam mencapai ketaqwaan itu ....” ( QS. Al-Maidah : 35 ) Dalam ayat tersebut kalimat wabtaghu menggunakan fi’il amar/kata perintah yang menandakan khitab /seruan bagi orang beriman bahwa mencari wasilah itu adalah kewajiban...kenapa wajib ? karena memang manusia membutuhkannya..! Jadi dengan adanya wasilah bagi setiap hamba itu adalah mutlaq suatu KEBUTUHAN, selain berdasarkan dari dalil ayat tersebut juga berdasarkan kepada tabiat manusia yang selalu membutuhkan bantuan dalam medapatkan sesuatu, sehingga menolak adanya wasilah maka itu bertentangan dengan Hukum Alloh dan fitrah manusia itu sendiri. Wasilah adalah perantara yang