Langsung ke konten utama

menempuh jalur sufi tanpa guru akan sesat

TABARUK KITAB MIFTAHUS SHUDUR
(Karya : Syeikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin (Abah Anom) Qs)
Barangsiapa Yang Menempuh Jalur Sufi Dengan Tanpa Syeikh Mursyid Akan Sesat Pada Awal Langkahnya.

Qola Syeikhuna Almukarom Syeikh Ahmad Shohibulwafa Tajul’Arifin Qs :
Sabda Guru Agung Syeikh Ahmad Shohibulwafa Tajul’Arifin ( didalam kitab Miftahusshudur ) :
وَ مَنْ طَلَبَ طَرِيْقَ الْقَوْمِ بِغَيْرِ إِمَامٍ  عَارِفٍ بِاللهِ تَاهَ فِى أَوَّلِ قَدَمٍ
“Wa man tholaba thoriiqol qoumi bighoyri imamin ‘aarifin billah, taaha fii awwali qodamin.
barangsiapa yang ingin menempuh jalan kaum sufi tanpa imam yang arif billah ia akan sesat pada awal langkah kakinya.
وَكَفَى شَرَفًا لِطَرِيْقِهِمْ النُّوْرَانِىِّ أَنَّ سَيِّدَنَا مُوْسَى عَلَيْهِ السَّلَامِ ، وَهُوَ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ أُوْلِى الْعَزْمِ ،
طَلَبَهُ مِنَ الْخِضْرِ عَلَيْهِ  السَّلَامُ وَقَالَ لَهُ :
هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَى أَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا ؟
(الكهف : ٦٦ )
Wa kafaa syarofan lithoriiqihim annuuro niyyi anna sayyidanaa musa ‘alaihissalaam, Wa huwa minal mursaliin uuliil’azmi, tholabahu minal khidlir ‘alaihissalam, wa qola lahu :
Hal attabi’uka ‘alaa an tu’allimani mimmaa ‘ullimta rusydaa ?”.
Cukuplah untuk menunjukkan kemuliaan jalan nurani kaum sufi bahwa Nabi Musa As padahal ia seorang Rosul yang Ulul’azmi, meminta kepada Khidir As agar diajari ilmu tersebut. Dan Musa As berkata : ‘Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku Rusyd ( ilmu yang benar ) diantara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu ?
وَهَذَا أَقْوَاى دَلِيْلٍ عَلَى وُجُوْبِ طَلَبِ التَّصَوُّفِ وَهُوَ عِلْمُ أَدَابِ الْقُلُوْبِ مِنْ أَهْلِهِ ،
Wa   hadzaa aqwaa daliilin ‘alaa wujuubi tholabit tashuwwuf wa huwa ‘ilmu aadabil qulub min ahlihi.
Inilah dalil yang paling kuat yang menunjukkan kewajiban mencari Tashowwuf, yakni ilmu tentang etika(adab) hati dan Ahlinya.

إِذَ لَمْ يَكُنْ لِلنَّفْسِ شَيْخٌ لَهُ هُدًى # يَؤَ دِّبُهَا بِالرُّوْحِ زَاغَتْ عَنِ السَّيْرِ # وَلَا يَعْبُرُ الْبَحْرَ الْخِضَمَ وَنَوَاهُ # سِوَى مَاهِرٍ يَدْرِي الْمَلَا حَةَ فِى الْبَحْرِ # وَلَوْ لَا اتِّصَالُ الْكَهْرَبَاءِ بِأَ صْلِهَا # عَلَى مَوْ جَةِ التَّيَّارِ مَا نُورُهَا يَسْرِي #
# idza lam yakun linnafsi syaikhun lahu hudaa # yu addi buhaa birruuhi za ghot’anissairi #
wa laa ya’burul bahrol khidlma wanawaahu # siwaa maahirin yad riil malaahata fiil bahri #
wa lau lattishoo lul kahrobaa I bi ash liha # ‘alaa maujatit tayyaa ri maa nuuru haa yas rii #
#  Bila seseorang tidak mempunyai seorang syaikh yang telah memperoleh petunjuk  #  Yang mendidiknya dengan ruh, maka ia akan tersesat dijalan  #
tak aka nada yang dapat menyebrangi dan mengarungi lautan lepas  #  Selain orang yang tahu benar bagaimana berlayar di lautan  #
Andai tak ada hubungan listrik dengan sumbernya  #  melalui gelombang aliran, tentu cahayanya tak akan bersinar  #.

Uraian penjelasannya :
Wa man tholaba thoriiqol qoumi bighoyri imamin ‘aarifin billah, taaha fii awwali qodamin.
Barangsiapa yang mencari menempuh Thoriqoh kaum sufi (menempuh perjalanan kaum sufi) dengan tanpa Imam, (dengan tanpa mursyid, dengan tanpa syaikh, dengan tanpa guru) yang Arif Billah (yang Ahli Ma’rifat kepada Alloh).
(difinisi ma’rifat disini ma’rifat itu bisa dicapai atau hasil ma’rifat itu dengan terbukanya hijab, penghalang, belenggu yang ada dari berbagai hijab nafsu, hijab diri yang ada dicermin hati kita, dengan membersihkan hijab diri itu bisa melihat rahasia keindahan dan kekayaan sir didalam diri ).
Maka dengan tegas Abah Anom menjelaskan akan sesat pada awal langkahnya’.  itulah pentingnya Imam, sebagai penuntun didalam perjalanannya. Dan Alhamdulillah kita masih punya serta masih tersambung dengan Guru Mursyid Pangersa Abah Anom dan sampai ke-Silsilah selanjutnya penerusnya yaitu Pangersa Abah Aos, dan kita harus yakin karena kita duduk bersama-sama dengan Ahli Yaqin.
 Wa kafaa syarofan lithoriiqihim annuuro niyyi anna sayyidanaa musa ‘alaihissalaam, Wa huwa minal mursaliin uuliil’azmi, tholabahu minal khidlir ‘alaihissalam.
Cukup untuk menunjukkan kemuliaan perjalanan Thoriqoh para syeikh-syeikh sufi yang selalu memantulkan cahaya. Sesungguhnya Nabi Musa As yang termasuk Rosul Ulil’azmi.
(yang termasuk Ulil’azmi yaitu : Nabi Mumahmmad Saw, Nabi Ibrohim As, Nabi Musa As, Nabi Isa As, Nabi  Nuh As).
Nabi Musa As meminta ilmu tersebut kepada Nabi Khidir As, diabadikan didalam Al Qur’an surat Kahfi ayat : 66 :
wa qola lahu : ‘Hal attabi’uka ‘alaa an tu’allimani mimmaa ‘ullimta rusydaa’.
Nabi Musa As berkata : Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku Rusyd ( ilmu yang benar ) diantara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu ?.
Ini pelajaran besar didalamnya, Nabi Musa As yang sudah diberi kemuliaan, termasuk Rosul yang termasuk Ulil’azmi masih mau mencari, mengikuti, Guru Pembimbingnya yaitu Nabi Khidir As. Apalagi yang bukan Nabi, yang bukan Rosul, yang hanya orang biasa masih juga tidak mau mencari dan mengikuti Guru Mursyid seorang Imam yang Arif Billah. Nabi Musa As walau pun sudah mendapat predikat tertinggi tidak terhijab oleh pangkat ketinggiannya, tidak merasa ngengsi atau tidak bersikap angkuh untuk ikut kepada Nabi Khidir As.
Wa   hadzaa aqwaa daliilin ‘alaa wujuubi tholabit tashuwwuf wa huwa ‘ilmu aadabil qulub min ahlihi
Ini adalah petunjuk yang paling kuat, akurat, dan yang menunjukkan wajib untuk mencari Tashowwuf.
(Abah Anom mendifinisikan Tashowwuf itu Ilmu Adab (ilmu akhlak, etika, sopan santun) ). Belajar Tashowwuf harus kepada Ahlinya, yang tahu obat yang paling mujarab untuk mengobati segala penyakit-penyakit hati.
# idza lam yakun linnafsi syaikhun lahu hudaa # yu addi buhaa birruuhi za ghot’anissairi #
#  Bila seseorang tidak mempunyai seorang Syaikh yang telah memperoleh petunjuk  #  Yang mendidiknya dengan ruh, maka ia akan tersesat dijalan #
# wa laa ya’burul bahrol khidlma wanawaahu # siwaa maahirin yad riil malaahata fiil bahri #
#  tak akan ada yang dapat menyebrangi dan mengarungi lautan lepas  #  Selain orang yang tahu benar bagaimana berlayar di lautan # 
# wa lau lattishoo lul kahrobaa I bi ash liha # ‘alaa maujatit tayyaa ri maa nuuru haa yas rii #
Andai tak ada hubungan listrik dengan sumbernya  #  melalui gelombang aliran, tentu cahayanya tak akan bersinar  #.
Mudah-mudahan kita terus istiqomah ikut Mursyid Fii Hajal Zaman dan mudah-mudahan kita diaku oleh Beliau, dijadikan murid yang istiqomah, menjadi murid yang tidak sebatas bisa membangga-banggakan Guru tetapi menjadi murid yang bisa dibanggakan oleh Guru…aamiin.
Semoga bermanfaat.
Ditulis oleh : surachman abdur rauf.
000

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Robithoh

Robithoh Robithoh, dapat diartikan hubungan antara yang menghubungi dari yang dihubungi. Seperti hubungan :  antara anak dengan orang tuanya. Antara guru dengan muridnya. Antara mahasiswa dengan dosennya. Antara menantu dengan mertuanya. Antara pedagang eceran dengan agen besarnya. Antara santri dengan kiayinya. Antara saudara dengan saudaranya. Antara teman dengan temannya. Antara rakyat dengan pemimpinnya. Antara bawahan dengan atasannya. Antara upline dengan downline-nya. Antara kita ummat dengan Nabinya. Antara kita hamba dengan Alloh Subhanahu wa ta’ala . Adapun hubungan itu, ada hubungan langsung juga ada hubungan tidak langsung. Adapun Robithoh wajib itu, seperti ummat Islam melaksanakan sholat dengan menghadap kiblat. Kiblat itu penghubung antara orang yang Sholat dengan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Kalau tidak menghadap Kiblat, maka sholatnya tidak akan syah. Jadi untuk melakukan yang wajib maka wajib dengan Robithoh tersebut ( menghadap kilat ) . Itulah Sya

Tidak Ada Yang Kebetulan

DI DUNIA INI TIDAK ADA YANG KEBETULAN === Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala : “ Dan pada Alloh-lah kunci-kunci semua yang ghoib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata ( Lauh Mahfudz )" ( Surat Al-An'am : 59 ). Tiada sesuatu yang kebetulan. Karena Alloh telah menegaskan bahwa tidak ada satu pun yang terlepas dari kudrot, irodat, dan ilmu Alloh. Segalanya yang terjadi bahkan yang akan terjadi telah tercatat di lauh mahfudz. Ayat tsb diatas menegaskan bahwa segalanya ada dibawah kehendak & ilmu Alloh, Dan semuanya sudah tercatat di lauh mahfudz. Sering kita mendengar percakapan sehari-hari yang mengatakan, “ Kebetulan ketemu disini ”, “ Kebetulan ada yang memberi”, “K ebetulan sekali h

Pentingnya Berwasilah

Pentingnya Berwasilah Oleh : Renandhi Wira Fitra, S.H.I. Ikhwan TQN PPS dari Kota Depok. Setiap diri yang memiliki niat dan cita cita untuk sampai(Wushul) kepada Alloh sudah PASTI akan membutuhkan WASILAH ( perantara). Hal ini sebagaimana firman Alloh Swt : “ Hai orang orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Alloh dan carilah wasilah dalam mencapai ketaqwaan itu ....” ( QS. Al-Maidah : 35 ) Dalam ayat tersebut kalimat wabtaghu menggunakan fi’il amar/kata perintah yang menandakan khitab /seruan bagi orang beriman bahwa mencari wasilah itu adalah kewajiban...kenapa wajib ? karena memang manusia membutuhkannya..! Jadi dengan adanya wasilah bagi setiap hamba itu adalah mutlaq suatu KEBUTUHAN, selain berdasarkan dari dalil ayat tersebut juga berdasarkan kepada tabiat manusia yang selalu membutuhkan bantuan dalam medapatkan sesuatu, sehingga menolak adanya wasilah maka itu bertentangan dengan Hukum Alloh dan fitrah manusia itu sendiri. Wasilah adalah perantara yang