TABARUK KITAB MIFTAHUS
SHUDUR
(Karya : Syeikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin (Abah Anom) Qs)
(Karya : Syeikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin (Abah Anom) Qs)
Barangsiapa Yang Menempuh
Jalur Sufi Dengan Tanpa Syeikh Mursyid Akan Sesat Pada Awal Langkahnya.
Disampaikan Oleh : KH. Dadang Muliawan.
http://depokbersemi165.blogspot.co.id/2015/09/menempuh-jalur-sufi-tanpa-guru-akan-sesat.html
http://depokbersemi165.blogspot.co.id/2015/09/menempuh-jalur-sufi-tanpa-guru-akan-sesat.html
Qola Syeikhuna
Almukarom Syeikh Ahmad Shohibulwafa Tajul’Arifin Qs :
Sabda Guru Agung Syeikh Ahmad Shohibulwafa Tajul’Arifin ( didalam kitab Miftahusshudur ) :
Sabda Guru Agung Syeikh Ahmad Shohibulwafa Tajul’Arifin ( didalam kitab Miftahusshudur ) :
وَ
مَنْ طَلَبَ طَرِيْقَ الْقَوْمِ بِغَيْرِ إِمَامٍ
عَارِفٍ بِاللهِ تَاهَ فِى أَوَّلِ قَدَمٍ
“Wa man tholaba thoriiqol qoumi
bighoyri imamin ‘aarifin billah, taaha fii awwali qodamin.
barangsiapa yang ingin menempuh jalan kaum sufi tanpa imam yang arif billah ia akan sesat pada awal langkah kakinya.
barangsiapa yang ingin menempuh jalan kaum sufi tanpa imam yang arif billah ia akan sesat pada awal langkah kakinya.
وَكَفَى شَرَفًا لِطَرِيْقِهِمْ
النُّوْرَانِىِّ أَنَّ سَيِّدَنَا مُوْسَى عَلَيْهِ السَّلَامِ ، وَهُوَ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ
أُوْلِى الْعَزْمِ ،
طَلَبَهُ مِنَ الْخِضْرِ عَلَيْهِ السَّلَامُ وَقَالَ لَهُ :
هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَى أَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا ؟ (الكهف : ٦٦ )
طَلَبَهُ مِنَ الْخِضْرِ عَلَيْهِ السَّلَامُ وَقَالَ لَهُ :
هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَى أَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا ؟ (الكهف : ٦٦ )
Wa
kafaa syarofan lithoriiqihim annuuro niyyi anna sayyidanaa musa ‘alaihissalaam,
Wa huwa minal mursaliin uuliil’azmi, tholabahu minal khidlir ‘alaihissalam, wa
qola lahu :
“Hal attabi’uka ‘alaa an tu’allimani mimmaa ‘ullimta rusydaa ?”.
“Hal attabi’uka ‘alaa an tu’allimani mimmaa ‘ullimta rusydaa ?”.
Cukuplah
untuk menunjukkan kemuliaan jalan nurani kaum sufi bahwa Nabi Musa As padahal
ia seorang Rosul yang Ulul’azmi, meminta kepada Khidir As agar diajari ilmu
tersebut. Dan Musa As berkata : ‘Bolehkah aku mengikutimu supaya
kamu mengajarkan kepadaku Rusyd ( ilmu yang benar ) diantara ilmu-ilmu yang
telah diajarkan kepadamu ?
وَهَذَا
أَقْوَاى دَلِيْلٍ عَلَى وُجُوْبِ طَلَبِ التَّصَوُّفِ وَهُوَ عِلْمُ أَدَابِ الْقُلُوْبِ
مِنْ أَهْلِهِ ،
Wa hadzaa aqwaa daliilin ‘alaa wujuubi tholabit
tashuwwuf wa huwa ‘ilmu aadabil qulub min ahlihi.
Inilah dalil yang paling kuat yang menunjukkan kewajiban mencari Tashowwuf, yakni ilmu tentang etika(adab) hati dan Ahlinya.
Inilah dalil yang paling kuat yang menunjukkan kewajiban mencari Tashowwuf, yakni ilmu tentang etika(adab) hati dan Ahlinya.
إِذَ
لَمْ يَكُنْ لِلنَّفْسِ شَيْخٌ لَهُ هُدًى # يَؤَ دِّبُهَا بِالرُّوْحِ زَاغَتْ عَنِ
السَّيْرِ # وَلَا يَعْبُرُ الْبَحْرَ الْخِضَمَ وَنَوَاهُ # سِوَى مَاهِرٍ يَدْرِي
الْمَلَا حَةَ فِى الْبَحْرِ # وَلَوْ لَا اتِّصَالُ الْكَهْرَبَاءِ بِأَ صْلِهَا
# عَلَى مَوْ جَةِ التَّيَّارِ مَا نُورُهَا يَسْرِي #
# idza lam yakun linnafsi syaikhun lahu
hudaa # yu addi buhaa birruuhi za ghot’anissairi #
wa laa ya’burul
bahrol khidlma wanawaahu # siwaa maahirin yad riil malaahata fiil bahri #
wa lau lattishoo
lul kahrobaa I bi ash liha # ‘alaa maujatit tayyaa ri maa nuuru haa yas rii #
#
Bila seseorang tidak mempunyai seorang syaikh yang telah memperoleh
petunjuk # Yang mendidiknya dengan ruh, maka ia akan
tersesat dijalan #
tak aka nada yang dapat menyebrangi dan
mengarungi lautan lepas # Selain orang yang tahu benar bagaimana
berlayar di lautan #
Andai tak ada hubungan listrik dengan
sumbernya # melalui gelombang aliran, tentu cahayanya tak
akan bersinar #.
Uraian
penjelasannya :
Wa man tholaba
thoriiqol qoumi bighoyri imamin ‘aarifin billah, taaha fii awwali qodamin.
Barangsiapa
yang mencari menempuh Thoriqoh kaum sufi (menempuh perjalanan kaum sufi) dengan
tanpa Imam, (dengan tanpa mursyid, dengan tanpa
syaikh, dengan tanpa guru) yang
Arif Billah (yang Ahli Ma’rifat kepada Alloh).
(difinisi ma’rifat disini ma’rifat itu bisa dicapai atau hasil ma’rifat itu dengan terbukanya hijab, penghalang, belenggu yang ada dari berbagai hijab nafsu, hijab diri yang ada dicermin hati kita, dengan membersihkan hijab diri itu bisa melihat rahasia keindahan dan kekayaan sir didalam diri ).
(difinisi ma’rifat disini ma’rifat itu bisa dicapai atau hasil ma’rifat itu dengan terbukanya hijab, penghalang, belenggu yang ada dari berbagai hijab nafsu, hijab diri yang ada dicermin hati kita, dengan membersihkan hijab diri itu bisa melihat rahasia keindahan dan kekayaan sir didalam diri ).
Maka dengan
tegas Abah Anom menjelaskan akan sesat pada awal langkahnya’. itulah pentingnya Imam, sebagai
penuntun didalam perjalanannya. Dan Alhamdulillah kita masih punya serta masih
tersambung dengan Guru Mursyid Pangersa Abah Anom dan sampai ke-Silsilah
selanjutnya penerusnya yaitu Pangersa Abah Aos, dan kita harus yakin karena kita
duduk bersama-sama dengan Ahli Yaqin.
Wa kafaa syarofan lithoriiqihim annuuro
niyyi anna sayyidanaa musa ‘alaihissalaam, Wa huwa minal mursaliin uuliil’azmi,
tholabahu minal khidlir ‘alaihissalam.
Cukup untuk
menunjukkan kemuliaan perjalanan Thoriqoh para syeikh-syeikh sufi yang selalu
memantulkan cahaya.
Sesungguhnya Nabi Musa As yang termasuk Rosul Ulil’azmi.
(yang termasuk Ulil’azmi yaitu : Nabi Mumahmmad Saw, Nabi Ibrohim As, Nabi Musa As, Nabi Isa As, Nabi Nuh As).
Nabi Musa As meminta ilmu tersebut kepada Nabi Khidir As, diabadikan didalam Al Qur’an surat Kahfi ayat : 66 :
(yang termasuk Ulil’azmi yaitu : Nabi Mumahmmad Saw, Nabi Ibrohim As, Nabi Musa As, Nabi Isa As, Nabi Nuh As).
Nabi Musa As meminta ilmu tersebut kepada Nabi Khidir As, diabadikan didalam Al Qur’an surat Kahfi ayat : 66 :
wa qola lahu : ‘Hal
attabi’uka ‘alaa an tu’allimani mimmaa ‘ullimta
rusydaa’.
Nabi Musa As berkata : “Bolehkah aku
mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku Rusyd ( ilmu yang benar ) diantara
ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu ?.
Ini pelajaran
besar didalamnya, Nabi Musa As yang sudah diberi kemuliaan, termasuk Rosul yang
termasuk Ulil’azmi masih mau mencari, mengikuti, Guru Pembimbingnya
yaitu Nabi Khidir As. Apalagi yang bukan Nabi, yang bukan Rosul, yang hanya
orang biasa masih juga tidak mau mencari dan mengikuti Guru Mursyid seorang
Imam yang Arif
Billah. Nabi Musa As walau
pun
sudah mendapat predikat tertinggi tidak terhijab oleh pangkat ketinggiannya,
tidak merasa ngengsi atau tidak
bersikap angkuh untuk ikut kepada Nabi Khidir As.
Wa hadzaa aqwaa daliilin ‘alaa wujuubi tholabit
tashuwwuf wa huwa ‘ilmu aadabil qulub min ahlihi
Ini adalah
petunjuk yang paling kuat, akurat, dan yang menunjukkan wajib untuk mencari Tashowwuf.
(Abah Anom mendifinisikan Tashowwuf itu Ilmu Adab (ilmu akhlak, etika, sopan santun) ). Belajar Tashowwuf harus kepada Ahlinya, yang tahu obat yang paling mujarab untuk mengobati segala penyakit-penyakit hati.
(Abah Anom mendifinisikan Tashowwuf itu Ilmu Adab (ilmu akhlak, etika, sopan santun) ). Belajar Tashowwuf harus kepada Ahlinya, yang tahu obat yang paling mujarab untuk mengobati segala penyakit-penyakit hati.
# idza lam yakun
linnafsi syaikhun lahu hudaa # yu addi buhaa birruuhi za ghot’anissairi #
# Bila seseorang tidak mempunyai seorang Syaikh yang
telah memperoleh petunjuk # Yang mendidiknya dengan ruh, maka ia akan
tersesat dijalan #
# wa laa ya’burul
bahrol khidlma wanawaahu # siwaa maahirin yad riil malaahata fiil bahri #
# tak akan ada yang dapat menyebrangi dan
mengarungi lautan lepas # Selain orang yang tahu benar bagaimana
berlayar di lautan #
# wa lau lattishoo lul
kahrobaa I bi ash liha # ‘alaa maujatit tayyaa ri maa nuuru haa yas rii #
Andai
tak ada hubungan listrik dengan sumbernya
# melalui gelombang aliran, tentu
cahayanya tak akan bersinar #.
Mudah-mudahan kita terus
istiqomah ikut Mursyid Fii Hajal Zaman dan mudah-mudahan kita diaku oleh
Beliau, dijadikan murid yang istiqomah, menjadi murid yang tidak sebatas bisa
membangga-banggakan Guru tetapi menjadi murid yang bisa dibanggakan oleh Guru…aamiin.
Semoga bermanfaat.
Ditulis oleh : surachman
abdur rauf.
000
Komentar
Posting Komentar