Langsung ke konten utama

Dzikrulloh Adalah Ruhnya Ibadah.


Dzikrulloh Adalah Ruhnya Ibadah
Mengutip didalam Kitab Sirrul Asror Karya Tuan Syeikh Abdul Qodir Jailani Qoddasallohu Sirrohu, dijelaskan bahwa Ruh manusia diciptakan secara serentak secara bersamaan yang berasal dari Ruhnya Nabi Muhammad Sholallohu alaihi wa sallam. Ruh Nabi Muhammad Sholallohu alaihi wa sallam adalah Ruh yang termurni sebagai makhluk pertama dan asal seluruh makhluk.
Didalam sebuah Hadits Qudsi,
Alloh Subhanahu wa ta’ala, Berfirman :
Ù‚َالَ الله تعالى : عَزَّ ÙˆَجَÙ„َّ Ø®َÙ„َÙ‚ْتُ رُÙˆْØ­َ Ù…ُØ­َÙ…َّدٍ صلى الله عليه Ùˆ سلم Ù…ِÙ†ْ Ù†ُÙˆْرِ ÙˆَجْÙ‡ِÙŠ
Artinya : Alloh ta’ala Berfirman : “Aku ciptakan Ruh Muhammad dari cahaya –Ku”.
Dan didalam sebuah hadits, bahwa Nabi Sholallohu alaihi wa sallam bersabda :
Ù‚َالَ النَّبِÙŠِّ صلى الله عليه Ùˆ سلم : Ø£َÙˆَّÙ„ُ Ù…َا Ø®َÙ„َÙ‚َ اللهُ رُÙˆْØ­ِÙŠ ، ÙˆَØ£َÙˆَّÙ„ُ Ù…َا Ø®َÙ„َÙ‚َ اللهُ Ù†ُÙˆْرِÙŠ ، Ùˆَ Ø£َÙˆَّÙ„ُ Ù…َا Ø®َÙ„َÙ‚َ اللهُ الْÙ‚َـلَÙ…ُ ، ÙˆَØ£َÙˆَّÙ„ُ Ù…َا Ø®َÙ„َÙ‚َ اللهُ الْعَÙ‚ْـلُ .
Artinya : Nabi Sholallohu alaihi wa sallam bersabda : ”Yang pertama diciptakan oleh Alloh ialah Ruhku, dan yang pertama diciptakan oleh Alloh adalah cahayaku, dan yang pertama diciptakan oleh Alloh ialah Qolam dan yang pertama diciptakan oleh Alloh ialah Aqal”
Dan dari Ruh Nabi Muhammad Sholallohu alaihi wa sallam itulah Alloh Subhanahu wa ta’ala menciptakan semua Ruh dialam Lahut dalam bentuk yang terbaik yang hakiki.
Sesuai dengan sabda Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam,
bahwa Rosululloh
Sholallohu alaihi wa sallam bersabda :
  Ø£َÙ†َا Ù…ِÙ†َ اللهِ Ùˆَ الْÙ…ُؤْ Ù…ِÙ†ُÙˆْÙ†َ Ù…ْÙ†ِّÙŠْ
Artinya : “aku(Muhammad) dari Alloh dan makhluk lain dari aku”
Dari jumhur ulama pun bersepakat bahwa tidak ada sesuatu ibadah yang dikerjakan Ruh Manusia sebelum ditiupkan kepada jasad tiada lain hanyalah Dzikrulloh, seraya memegang janji bahwa benar-benar tiada Tuhan yang disembah selain Alloh.

Didalam Al Qur’an Surat Al A’Rof Ayat 172, Alloh Subhanahu wa ta’ala Berfirman :
Dan ketika Tuhan mu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam ‘Alaihis sallam dari sulbi mereka dan Alloh mengambil kesaksian terhadap jiwa(Ruh) mereka (seraya berfirman) : “Bukankah AKU ini adalah Tuham MU?”, mereka menjawab : “Benar ENGKAU adalah Tuhan kami, kami menjadi saksi”, (Kami lakukan yang demikian itu) agar dihari kiamat tidak mengatakan : “Sesungguhnya kami(bani Adam) orang-orang yang lupa terhadap ini(Ke-Esaan Alloh)”.
Lalu dalam perjalanan Ruh selanjutnya, Tuan Syeikh Abdul Qodir Al Jailani Qoddasallohu Sirrohu, menjelaskan didalam Kitabnya tersebut :
“Ketika Ruh didalam jasad dan merasa senang tinggal didalamnya, Ruh menjadi lupa dari perjanjian awal(dialam lahut)  yaitu hari perjanjian, ketika ditanya oleh Alloh : “Bukankah AKU ini adalah Tuhanmu? Ruh menjawab : “Benar ENGKAU adalah Tuhan kami”. Karena Ruh lupa pada perjanjian awal maka Ruh tidak bisa kembali ke tempat asalnya(alam lahut sebagai tempat awal)”
Karena kesenangan dunia yang tidak terlepas dari godaan syetan dan pengaruh hawa nafsu, kebiasaan Dzikrulloh yang dilakukan Ruh(hati) menjadi terhenti yang dalam bahasa Al Qur’an nya disebut “Ghofil” atau lupa kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala.

Firman Alloh S
ubhanahu w ta’ala, dalam Al Qur’an Surat Adz Dzuriat ayat  55 :
“Berilah peringatan karena peringatan itu bermanfaat bagi orang yang ber-Iman”.
Sangat sedikit orang yang tersadar dan dapat kembali serta berkeinginan sampai ke alam asalnya. Dikarenakan sedikitnya manusia yang mampu kembali ke alam asalnya, maka Alloh Subhanahu wa ta’ala melimpahkan ke-Nabian kepada Nabi Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa sallam sebagai penunjuk jalan dari kesesatan ke alam terang benerang. Yang mengajak mereka agar dapat kembali dan sampai bertemu dengan  ‘Jamal Alloh’ yang Azali.

Seperti Firman Alloh S
ubhanahu wa ta’ala :
“Katakanlah :”ini adalah jalanku, aku mengajak kejalan Alloh dengan pandangan yang jelas, aku dan para pengikutku
Itulah sang Pembaharu Iman memberi peringatan dan mengajak untuk mengembalikan kembali kepada keadaan semula, dengan memperbaiki Ingatan kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala atau mengembalikan kembali kebiasaan Ruh(hati) agar selalu meng-Ingat Alloh dengan segala kondisi dan situasi. Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam adalah sang Pembaharu Iman yang mampu mengembalikan Dzikrullohnya para Sahabat, dan ketika Beliau wafat,

Sabda Beliau : “Para sahabatku seperti bintang-bintang, mengikuti yang manapun kamu akan mendapat petunjuk”
Sang Pembaharu Iman sampai akhir jaman tidak akan terputus akan terus sambung menyambung, diakhir jaman peran ini dipegang oleh para ulama yang sebagai pewaris Nabi, lebih dikenal oleh ulama Tashowwuf menyebutnya dengan istilah ‘Guru Mursyid’ sosok yang dapat mengembalikan Ruh(hati) untuk senantiasa Istiqomah mengingat Alloh(Dzikrulloh).
Didalam Al Qur’an surat An Nahl Ayat 78 :
“dan Alloh Subhanahu wa ta’ala mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun,  dan Dia memberikan pendengaran dan penglihatan, serta Hati agar kalian bersyukur”.
Dari ayat tersebut dapat diambil kesimpulan tentang keharusan manusia mempelajari ilmu lahir dengan mata dan telinganya, maka muncullah kebutuhan manusia akan ilmu syariat yang mengatur seputar ucapan dan pekerjaan. Sementara ilmu bathin dipelajari oleh Hati, maka muncullah kebutuhan ketenangan dan merasakan selalu di pantau oleh Alloh Subhanahu wa ta’ala, karena Alloh menciptakan Hati dan sebagai alat untuk ma’rifat(mengenal)-Nya, dan sebagai tempat bermuara rahasia-rahasia didalamnya, dan sebagai pusat ketauhidan.
“setiap helaan nafas yang tidak diiringi dzikir kepada Alloh dianggap bangkai(mati) dan akan dimintai pertanggung jawaban (keterangan yang didapat didalam Risalatul Qusyairiyah hal.105).
Jika ada keselarasan antara lahir dan bathin terbina dengan baik, maka syukur sebagaimana diwajibkan kepada setiap manusia akan mudah terlaksana.
Untuk mendapatkan ilmu syariat dan apalagi untuk mendapatkan ilmu thoriqoh, tentunya membutuhkan seorang Guru, dan Guru itu muthlak diperlukan. Syeikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul’Arifin Qs didalam kitabnya yang monumental yaitu Kitab Miftahus Shudur, menjelaskan :
“walaupun telah mampu menghafal seribu kitab, dengan tanpa bantuan Guru (Guru Mursyid) tidak akan dapat merubah akhlak jeleknya menjadi baik”.
Dan juga sejalan dengan penjelasan Syeikh Abu Ali ad Daqoq Ra didalam kitabnya Khozinatul Asror hal.189 :
“seandainya seorang lelaki menerima wahyu, tetapi tidak mempunyai seorang Guru, tidak akan datang dari wahyu itu sesuatu pun tentang rahasia-rahasianya (tidak dapat mengambil manfaat dari wahyu itu)”.
Demikianlah Dzikir yang merupakan amaliah Hati, tidak akan tumbuh dengan sendirinya, harus memerlukan bantuan Guru Mursyid yang menanamkannya kedalam Hati.
dan sebaliknya ‘ghoflah’ lawan kata dari ‘Dzikir’, ghoflah itu bisa tumbuh subur walaupun tidak diinginkannya, karena syetan akan terus mengulirkannya.
Imam Abul Hasanat Muhammad Abdul Hayyi dalam Sibahatul fikri dzahri bidzikir hal.69, menuturkan yang artinya :
“Sesungguhnya dzikir itu lawannya lupa, dan dzikir asalnya merupakan pekerjaan hati bukan lisan. Benar,  dzikir dengan lisan memiliki pengaruh yang istimewa dan hukum yang diketahui yang tidak ada dalam dzikir hati”
Imam Ghozaly Ra menuturkan dalam syair nya :
“Hidupnya Hati adalah Ilmu – maka galilah ia. Matinya Hati adalah Bodoh – maka jauhilah ia, Bekal yang baik adalah Taqwa – maka bekalilah dengan Taqwa, cukup bagimu apa yang ku Nasihatkan, jadikan ia sebagai Nasihat”
Dalam Tafsir Imam Quthbi menjelaskan pentingnya selalu Dzikrulloh, yang artinya :
“Alloh Subhanahu wa ta’ala menjadikan(memerintahkan)  Dzikir itu tanpa batas karena sangat mudahnya untuk dilakukan semua orang dan juga karena besarnya keutamaan yang terdapat didalamnya”.
Ibnu Abbas Ra menjelaskan :
“Bahwa tidak diberi alasan bagi seorang pun untuk meninggalkan Dzikrulloh, kecuali orang yang kehilangan akal”.
Membahas tentang Dzikir, Siti Aisyah Ra menuturkan kebiasaan Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam :
“Adalah Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam, selalu ber-Dzikir kepada Alloh dalam seluruh keadaannya”.
Yang dimaksud adalah Dzikir Khofi (Dzikir yang didalam hati), karena dzikir khofi yang dapat dilakukan dengan segala keadaan, yang tidak dibatasi ruang dan tidak dibatasi waktu, dengan Dzikir Khofi itu dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja berada.
Kesimpulannya bagi yang ingin kembali kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala dengan segala fasilitas kenikmatan surgawi nan Abadi dan Qurbah  (kedekatan) dengan Dzat yang selalu dirindukan setiap insan, Dzikrulloh yang merupakan Ruhnya Ibadah muthlak dijadikan mudal utama.
Hati yang belum bisa dikembalikan, hati yang banyak lupa dari Dzikrulloh maka segeralah meminta kepada Ahlinya(Guru Mursyid) untuk dapat Bimbingan hingga dapat mengembalikan Hati(Ruh) kembali dalam keadaan semula yaitu kebiasaan Hati(Ruh) yang selalu Dzikrulloh.
Tidak semua orang dapat mengembalikan manusia kembali kepada Dzikrulloh,
Hanya Guru Mursyid yang Kamil Mukamil, Guru Mursyid itu pasti masih ada didunia ini, dan Guru Mursyid itu adalah manusia pilihan Alloh(Wali Alloh).   
000
 000
ALHIJAZdepokbersemi165
Media Informasi & Dakwah Para Pecinta Kesucian Jiwa. 
Ikhwan Depok.Thoriiqoh Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah PP Suryalaya Membangun Peradaban DuniaE-mail : depokbersemi165@gmail.com  - Info manaqib kota depok : Tlp /Sms/Wa   (Rauf) 0812 888 166 90Agenda Kegiatan dan Jadwal Manaqib di Kota Depok dan sekitarnya  :https://depokbersemi165.blogspot.co.id/2015/05/agenda-kegiatan-depokbersemi165.html
https://alhijazdepokbersemi165.wordpress.com/info-manaqib-depok/
Sukai halaman di Facebook DepokBersemi165 :https://www.facebook.com/AlHijaz-DepokBersemi165-952350131454919
Ikuti Twiter depokbersemi165 : https://twitter.com/depokbersemi165

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Robithoh

Robithoh Robithoh, dapat diartikan hubungan antara yang menghubungi dari yang dihubungi. Seperti hubungan :  antara anak dengan orang tuanya. Antara guru dengan muridnya. Antara mahasiswa dengan dosennya. Antara menantu dengan mertuanya. Antara pedagang eceran dengan agen besarnya. Antara santri dengan kiayinya. Antara saudara dengan saudaranya. Antara teman dengan temannya. Antara rakyat dengan pemimpinnya. Antara bawahan dengan atasannya. Antara upline dengan downline-nya. Antara kita ummat dengan Nabinya. Antara kita hamba dengan Alloh Subhanahu wa ta’ala . Adapun hubungan itu, ada hubungan langsung juga ada hubungan tidak langsung. Adapun Robithoh wajib itu, seperti ummat Islam melaksanakan sholat dengan menghadap kiblat. Kiblat itu penghubung antara orang yang Sholat dengan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Kalau tidak menghadap Kiblat, maka sholatnya tidak akan syah. Jadi untuk melakukan yang wajib maka wajib dengan Robithoh tersebut ( menghadap kilat ) . Itulah Sya

Tidak Ada Yang Kebetulan

DI DUNIA INI TIDAK ADA YANG KEBETULAN === Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala : “ Dan pada Alloh-lah kunci-kunci semua yang ghoib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata ( Lauh Mahfudz )" ( Surat Al-An'am : 59 ). Tiada sesuatu yang kebetulan. Karena Alloh telah menegaskan bahwa tidak ada satu pun yang terlepas dari kudrot, irodat, dan ilmu Alloh. Segalanya yang terjadi bahkan yang akan terjadi telah tercatat di lauh mahfudz. Ayat tsb diatas menegaskan bahwa segalanya ada dibawah kehendak & ilmu Alloh, Dan semuanya sudah tercatat di lauh mahfudz. Sering kita mendengar percakapan sehari-hari yang mengatakan, “ Kebetulan ketemu disini ”, “ Kebetulan ada yang memberi”, “K ebetulan sekali h

Pentingnya Berwasilah

Pentingnya Berwasilah Oleh : Renandhi Wira Fitra, S.H.I. Ikhwan TQN PPS dari Kota Depok. Setiap diri yang memiliki niat dan cita cita untuk sampai(Wushul) kepada Alloh sudah PASTI akan membutuhkan WASILAH ( perantara). Hal ini sebagaimana firman Alloh Swt : “ Hai orang orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Alloh dan carilah wasilah dalam mencapai ketaqwaan itu ....” ( QS. Al-Maidah : 35 ) Dalam ayat tersebut kalimat wabtaghu menggunakan fi’il amar/kata perintah yang menandakan khitab /seruan bagi orang beriman bahwa mencari wasilah itu adalah kewajiban...kenapa wajib ? karena memang manusia membutuhkannya..! Jadi dengan adanya wasilah bagi setiap hamba itu adalah mutlaq suatu KEBUTUHAN, selain berdasarkan dari dalil ayat tersebut juga berdasarkan kepada tabiat manusia yang selalu membutuhkan bantuan dalam medapatkan sesuatu, sehingga menolak adanya wasilah maka itu bertentangan dengan Hukum Alloh dan fitrah manusia itu sendiri. Wasilah adalah perantara yang