Langsung ke konten utama

Kesempurnaan Iman, Islam dan Ihsan

Kesempurnaan Iman, Islam dan Ihsan
Puji syukur atas limpahan Rohmat Alloh subhanahu wa ta’ala atas berkah karunia-Nya serta sudah disempurnakan nikmat kita terutama nikmat Islam, nikmat Iman dan juga nikmat Ihsan. Sholawat serta salam terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad sholallohu’alaihi wa salam kepada keluarganya kepada sahabatnya, sampai kepada Auliya Alloh.
Didalam thoriiqoh berlaku membahas perkara lahir dan juga perkara bathin. Memang masih ada orang yang memandang sebelah mata tentang thoriiqoh bahkan masih ada yang memandang sesat terhadap thoriiqoh. Itu terjadi karena dari cara penyampaian dan penjabaran tentang pemahaman thoriiqoh yang kurang riil. Tetapi jika disampaikan dengan penyampaian yang riil, yang sederhana dengan penyampaian yang mudah dipahami dan dapat diterima. Orang-orang yang salah memahami tentang Thoriiqoh bisa menjadi tertarik untuk memahami thoriiqoh serta juga akan bersama-sama meminta untuk ditalqin dzikir.
Banyak alasan yang membuat mereka menjadi tertarik terhadap thoriiqoh. Diantaranya dapat dijelaskan, memang sejak jaman Rosululloh Sholallohu’alaihi wa salam dahulu, Rosululloh itu mengajarkan Islam secara lengkap( sempurna ) yaitu Iman, Islam dan Ihsan. Dan memang selama ini dari kebanyakkan penyampai dakwah - dakwah hanya menyampaikan Iman dan Islam saja, sedangkan Ihsannya jarang bahkan tidak disampaikan. Dan Terkadang memang di pesantren-pesantren juga hanya mempelajari ilmu Tauhid dan Ilmu Fiqih saja. Di perguruan-perguruan tinggi islam pun begitu, hanya mendalami Ilmu tauhid dan Ilmu Fiqih saja. Dan ternyata yang lengkap itu hanya disini ( di Pesantren Sirnarasa ) Ilmu tauhidnya dipelajari, Ilmu Fiqihnya dipelajari dan Ilmu tasawwuf nya juga dipelajari.
Ketika Tentang llmu ketauhidan sering diperdebatkan maka muncullah aliran-aliran seperti : Jabariyah, Qodariyyah, Mutazilah, dan banyak lagi aliran-aliran yang lain. Mereka-mereka mencari Alloh melalui logikanya atau melalui pikiran-pikirannya.  Jika mencari Alloh dengan logika( pikiran-pikirannya ) bukannya bertambah dekat dengan Alloh justru bertambah jauh dengan Alloh. Di sekolah-sekolah dan di perguruan-perguruan tinggi pun sering memperdebatkan ketauhidan. Maka seperti ketika mau masuk islam itu harus ber-Syahadat, adapun Syahadat itu terdiri dari Syahadat Syariat dan Syahadat Hakikat. Jika ber-Syahadat secara syariat hanya diucapkan melalui lisannya, jika hanya memakai Syahadat Syariat saja itu dapat menipu orang lain, contohnya jika bersyahadat tujuannya hanya karena ingin bisa menikah dengan kekasihnya saja karena calon(kekasih)nya itu orang muslim, jadi dia hanya bersyahadat didepan KUA saja tetapi setelah selesai dari urusan dengan KUA hilang lagi syahadatnya. Kalau Syahadat dengan syariat baru ciri umat islam. Jika ciri itu bisa asli atau bisa juga palsu. Kalau hanya ciri itu dapat menipu orang lain. Tapi Syahadat bagaimanakah yang disebut dengan Syahadat Hakikat yaitu Syahadat Bathin. Syahadat Bathin adalah menyaksikan, jika bersaksi berarti melihat yaitu melihat yang kita lihat. sudahkah kita melihat Alloh ? jika belum berarti kita belum ber-Syahadat secara hakikat,  hanya baru bisa diucapkan dibibir saja. Yang dapat bertemu dengan Alloh itu bukannya dengan logika. karena bertemu dengan Alloh tidak dapat diucapkan dan tidak dapat digambarkan. “hendaknya kamu bersama Alloh, jika tidak bisa bersamalah dengan orang yang sudah bersama Alloh”.
Islam itu adalah syariat yaitu tata cara beribadah ilmunya fiqih, yang mengatur ibadah lahir supaya syah ibadahnya. Syah saja belum tentu diterima, karena fiqih itu paham( aturan ) dan dalam pemahaman fiqih pun ada beberapa pendapat-pendapat . Jika hanya ibadah lahir saja juga bisa menipu walaupun memang jika si pulan sudah bersyahadat, si pulan sudah sholat, si pulan sudah zakat, si pulan sudah puasa, si pulan sudah berhaji, itu sudah menjadi ummat islam, tetap itu hanya ciri, itu bisa palsu bisa juga asli, contohnya si pulan sholat berjama’ah sholat dimasjid tetapi ternyata niatnya hanya untuk mencuri barang berharga jama’ah yang lain. Ibadah jasadiyyah belum cukup menjamin orang untuk bisa menjadi benar, padahal didalam sebuah keterangan : “sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar”.  Tetapi dihatinya masih ada sifat sombong, iri, dengki. Jadi ibadah jasadiyyah belum cukup menghilangkan sifat-sifat buruknya. Jadi kalau hanya mengandalkan ibadah jasadiyyah untuk dapat bertemu dengan Alloh bukannya bertambah dekat tetapi malah semakin jauh.    
Dan tentang Ihsan ini, kenapa tidak banyak yang menjelaskan tentang Ihsan ?, jawabnya karena tiada yang mempunyai kemampuan untuk menjelaskan tentang Ihsan. Yang mempunyai kemampuan menjelaskan tentang Ihsan adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan ahli riyadloh. Maka ibadah ini tidak bisa diteorikan secara gamblang dan yang bisa menyampaikan adalah Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam dan setelah Rosul tiada yang mampu menyampaikan kecuali Waliya Mursyida,  Mursyid yang sudah sempurna lahir dan bathinnya.  Jika hati ingin bersih maka hati harus dihidupkan, bagaimana cara menghidupkan hati ? Jika hanya ulama biasa yang hanya menjelaskan Iman Islam saja tidak akan mampu menjelaskan Ihsan. Yang bisa menjelaskan hanya orang yang sudah bisa menjelaskan Iman, Islam dan Ihsan. Jika seseorang tidak masuk kedalam Ihsan jangan harap mendapatkan khusyu’ terutama khusyu’ didalam sholat. Jika sholat tidak dapat khusyu’ mulai takbiratul ihrom saja hati sudah terbang melayang-layang ingat dengan yang lain-lain selain Alloh. Jika hanya menjelaskan Iman Islam saja sulit untuk mencapai sholat khusyu’. Dan yang harus di perjuangkan adalah dzikir yang ada didalam hati itulah yang pokok. Dzikir itu adalah ingat, tidak hanya cukup mengucapkan Subhanalloh dilisannya jika hati lupa kepada Alloh, jika hanya mengucap dilisan saja itu bukannya dzikir hanya meyebutkan lafadz dzikir.
Jika hanya baru menacapai Iman dan Islam saja maka belum sempurna cara beragama kita, maka harus ada semuanya didalam diri kita, maka kita harus lengkapi dengan ihsan. Jika sudah ada Iman, Islam dan Ihsan maka sempurnalah cara beragama kita. Dan bagaimana kita harus ber-Ihsan ? Maka jawabnya hatinya harus dihidupkan. Ada cara untuk menghidupkan hati.  Gula juga akan terasa manis jika sudah dimasukkan kedalam mulut, begitu juga hati jika hati ingin hidup harus ada sesuatu alat yang dimasukkan kedalam hati dan alat apa yang dimasukkan ?,  jika alat itu sudah masuk maka itulah yang bisa menghidupkan hati, alat itulah yang akan membersihkan hati. Dengan begitu kita akan berasa( merasa ) dipandang oleh Alloh dengan begitu kita akan menjadi orang yang benar. Jika hati sudah penuh dengan dzikrulloh maka akan merasa malu untuk meminta tetapi bukan melarang untuk meminta, karena didalam hidupnya sudah merasa cukup, jika hidup sudah merasa cukup maka akan mudah bersyukur kepada Alloh. Jika hanya belajar Iman dan Islam saja kita akan selalu meminta dan selalu meminta, jika banyak meminta berarti itu masih banyak kekurangan. Jika hidup sudah merasa kekurangan maka timbullah ketamakkan dan kerakusan.
Jika hanya belajar Iman Islam saja sesungguhnya syeitan itu adalah musuh yang nyata yang selalu mengajak kejalan kesesatan. Seseorang jika sudah hatinya bersih dan masuk dalam wilayah Ihsan maka dihatinya tiada tempat untuk memusuhi Alloh bahkan sudah tidak dapat lagi memusuhi makhluk-makhluk Alloh sekalipun syeitan. Bahkan bersyukur karena dengan adanya syeitan, bisa sempurnanya manusia sampai kepada Alloh, sebagai ujian untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Alloh.
Alhamdulilah dengan kita belajar Thoriiqoh Qodiriyyah Naqsybandiyyah Suryalaya, ini bisa mencerdaskan kita. Baik kecerdasan intelektual maupun kecerdasaan spiritual. Kita masuk sekolah, pesantren, perguruan tinggi, kita belajar kitab dan berbagai bidang-bidang ilmu sehingga membuat kita cerdas secara intelektual, tetapi kalau kecerdasan intelektul saja tidak cukup mampu mengusir syeitan yang ada didalam diri. Kecerdasan intelektual kita tidak mampu menghilangkan segala penyakit yang ada didalam hati. Kecerdasan intelektual kita tidak mampu melawan hawa nafsu.
Menjadi sarjana, seorang Doktor bahkan menjadi Profesor jika tidak mampu menangkal segala penyakit hatinya, tidak mampu melawan segala hawa nafsunya, tidak mampu menahan segala bujuk rayu dan godaan syeitan. Maka akan menjadi sarjana, Doktor, Profesor yang berbahaya.
Tetapi Alhamdulillah kita sudah masuk kedalam Thoriiqoh ini untuk mencedaskan spiritual kita, dengan cara dibersihkan hati kita melalui Guru Mursyid kita. Kita sudah diberikan alat yaitu dzikir, baik itu dzikir jaharnya dan dzikir khofinya gunanya itu semua untuk membersihkan penyakit hati kita. Dan menjadikan kita mempunyai kecerdasan Intelektual serta juga kecerdasan Spiritual.
( dirangkum dari Khidmat Ilmiah : DR.H.Hasan Mud’is )
Ditulis oleh : Surachman Abdurrauf Al Hijaz.
000

000
ALHIJAZdepokbersemi165
Media Informasi & Dakwah Para Pecinta Kesucian Jiwa.
Ikhwan Depok.
Thoriiqoh Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah PP Suryalaya Membangun Peradaban Dunia
E-mail : depokbersemi165@gmail.com  - Info manaqib kota depok : Tlp /Sms/Wa   (Rauf) 0812 888 166 90
Agenda Kegiatan dan Jadwal Manaqib di Kota Depok dan sekitarnya  :

https://depokbersemi165.blogspot.co.id/2015/05/agenda-kegiatan-depokbersemi165.html
https://alhijazdepokbersemi165.wordpress.com/info-manaqib-depok/
Sukai halaman di Facebook DepokBersemi165 :
https://www.facebook.com/AlHijaz-DepokBersemi165-952350131454919
Ikuti Twiter depokbersemi165 : https://twitter.com/depokbersemi165

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Robithoh

Robithoh Robithoh, dapat diartikan hubungan antara yang menghubungi dari yang dihubungi. Seperti hubungan :  antara anak dengan orang tuanya. Antara guru dengan muridnya. Antara mahasiswa dengan dosennya. Antara menantu dengan mertuanya. Antara pedagang eceran dengan agen besarnya. Antara santri dengan kiayinya. Antara saudara dengan saudaranya. Antara teman dengan temannya. Antara rakyat dengan pemimpinnya. Antara bawahan dengan atasannya. Antara upline dengan downline-nya. Antara kita ummat dengan Nabinya. Antara kita hamba dengan Alloh Subhanahu wa ta’ala . Adapun hubungan itu, ada hubungan langsung juga ada hubungan tidak langsung. Adapun Robithoh wajib itu, seperti ummat Islam melaksanakan sholat dengan menghadap kiblat. Kiblat itu penghubung antara orang yang Sholat dengan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Kalau tidak menghadap Kiblat, maka sholatnya tidak akan syah. Jadi untuk melakukan yang wajib maka wajib dengan Robithoh tersebut ( menghadap kilat ) . Itulah Sya

Tidak Ada Yang Kebetulan

DI DUNIA INI TIDAK ADA YANG KEBETULAN === Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala : “ Dan pada Alloh-lah kunci-kunci semua yang ghoib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata ( Lauh Mahfudz )" ( Surat Al-An'am : 59 ). Tiada sesuatu yang kebetulan. Karena Alloh telah menegaskan bahwa tidak ada satu pun yang terlepas dari kudrot, irodat, dan ilmu Alloh. Segalanya yang terjadi bahkan yang akan terjadi telah tercatat di lauh mahfudz. Ayat tsb diatas menegaskan bahwa segalanya ada dibawah kehendak & ilmu Alloh, Dan semuanya sudah tercatat di lauh mahfudz. Sering kita mendengar percakapan sehari-hari yang mengatakan, “ Kebetulan ketemu disini ”, “ Kebetulan ada yang memberi”, “K ebetulan sekali h

Pentingnya Berwasilah

Pentingnya Berwasilah Oleh : Renandhi Wira Fitra, S.H.I. Ikhwan TQN PPS dari Kota Depok. Setiap diri yang memiliki niat dan cita cita untuk sampai(Wushul) kepada Alloh sudah PASTI akan membutuhkan WASILAH ( perantara). Hal ini sebagaimana firman Alloh Swt : “ Hai orang orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Alloh dan carilah wasilah dalam mencapai ketaqwaan itu ....” ( QS. Al-Maidah : 35 ) Dalam ayat tersebut kalimat wabtaghu menggunakan fi’il amar/kata perintah yang menandakan khitab /seruan bagi orang beriman bahwa mencari wasilah itu adalah kewajiban...kenapa wajib ? karena memang manusia membutuhkannya..! Jadi dengan adanya wasilah bagi setiap hamba itu adalah mutlaq suatu KEBUTUHAN, selain berdasarkan dari dalil ayat tersebut juga berdasarkan kepada tabiat manusia yang selalu membutuhkan bantuan dalam medapatkan sesuatu, sehingga menolak adanya wasilah maka itu bertentangan dengan Hukum Alloh dan fitrah manusia itu sendiri. Wasilah adalah perantara yang