Langsung ke konten utama

Empat Ragam Manusia



Empat Ragam Manusia

KH. DR. Akbar Mardani (Wakil Talqin Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah PP Suryalaya Silsilah.38)
yang berasal dari Bogor, kelahiran 1955. Ketika menyampaikan khitmat ilmiahnya pada acara manaqib dikediaman ibu Niken Palupi, Tanjung Mas Jakarta Selatan.
Beliau(baca : KH. DR. Akbar Mardani), menyampaikan :
Untuk menjadi orang yang baik tidaklah harus selalu terlahir dari orang tua yang baik, Seperti kisah Nabi Ibrohim As, Beliau(baca : Nabi Ibrohim As) merupakan Nabi yang selalu mengajak kepada Agama Tauhid dan nyatanya ayah kandung Beliau adalah sebagai seorang pembuat dan penyembah berhala.
Seseorang apabila sudah diberi petunjuk oleh Alloh Subhanahu wa ta’ala untuk ber-Tauhid itu tidak dapat lagi dipengaruhi oleh orang tua walau apapun kepercayaan orang tuanya.
Atau seseorang yang dipandang sebagai orang yang baik belum tentu menjadi jaminan akan melahirkan anak yang baik. Seperti juga kisah Nabi Nuh As, Beliau(baca : Nabi Nuh As ) seorang Nabi dan Rosul, dan ternyata salah seorang anaknya adalah penjadi pembangkang terhadap dirinya, menjadi orang yang menolak ajaran Ke-Nabian dirinya. Itu membuktikan bahwa betapa mahalnya Iman dan Iman tidak dapat dibeli meskipun dengan pangkat ke-Nabiannya.
Jika demikian permasalahnya nampaknya ada beberapa kemungkinan. Kemungkinan anak manusia lahir ke muka bumi itu, ada empat macam kemungkinan :
Yang pertama, manusia dilahirkan kemuka bumi akan menjadi musuh bagi orang tuanya yang beriman.
(surat At taghobun : 14) : “Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu”.
Kalau kita yakini bahwa anak dan istri akan menjadi musuh kita, langkah yang paling tepat seperti yang dianjurkan didalam Al Qur’an (tah jaruhum) yaitu dengan membuangnya. Jadi jangan tanggung-tanggung untuk membuang istri dan jangan tanggung-tanggung membuang anak. Contohnya seperti yang dikisahkan Nabi Nuh As, Beliau(baca : Nabi Nuh As ) merupakan manusia yang paling lama yang hidup dimuka bumi, disebut didalam Al Qur’an (surat al ankabut : 14) : “dan Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, Maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim”.
Jadi Alloh mengutus Nabi Nuh As kepada kaumnya selama 950 tahun. Dan dari kisah Nabi Nuh As itu yang tidak masuk kedalam agamanya Nabi Nuh As yaitu anak Beliau sendiri yang bernama Kan’an. Seperti yang diceritakan didalam Al Quran setelah Alloh Swt mengingatkan akan menghancurkan ummat yang tidak se-Iman dengan Nabi Nuh As. Alloh Swt mengingatkannya dengan banjir besar. Itu adalah tsunami pertama terbesar didunia yang tercatat di Al Qur’an. Ketika Kan’an anak dari Nabi Nuh As timbul tenggelam ditelan oleh ombak sebagai naluri seorang ayah pasti akan mucul rasa kasih sayang terhadap anaknya apalagi jika akan terjadi sesuatu kepada diri anak tersebut. Nabi Nuh As sempat mengatakan kepada anaknya : “Wahai anakku naik keatas perahu bersama-sama dengan aku” dan ternyata di luar dugaan anaknya tersebut membantah perkataannya, dengan mengatakan : “Aku tidak akan ikut bersama mu ayah, aku akan mencari puncak gunung yang tinggi” dan Kan’an tidak memahami jangankan dirinya puncak gunungnya pun akan di tenggelamkan oleh Alloh Swt. Makanya pembelajaran ini untuk kita semua kalau anak kita ingin selamat janganlah disuruh datang kegunung,  disuruh saja naik perahu, yaitu perahu yang di nahkodai oleh Pengersa Abah Aos.  
Yang kedua, anak-anak manusia lahir kemuka bumi kemungkinannya karena menjadi fitnah, akan menjadi cobaan bagi orang tuanya yang beriman.
(surat At Taghobun : 15) : “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Alloh-lah pahala yang besar”.
Banyak diantara masyarakat kita orang tua nya yang begitu ber-wibawa ditengah-tengah masyarakat tetapi kewibawaan orang tua itu sendiri banyak yang dihancurkan oleh prilaku anaknya. Ada juga seorang kiayi anaknya selalu membuat fitnah dengan prilakunya yang buruk. Jika terjadi hal seperti itu siapa yang disalahkan?  dan banyak faktor kesalahannya.
Diantara salah satu faktor kesalahannya,  jika seorang ibu melahirkan seorang anak, susui lah anak itu dengan ASI selama dua tahun, Jika hanya beberapa bulan diberikan ASI(Air Susu Ibu) nya dan kemudian dilanjutkan anak itu di titipkan ke sapi, kalau sudah dititipkan ke sapi nutrisi yang dimasukkannya bukan nutrisi ASI tetapi nutrisi sapi.
KH. DR. Akbar Mardani yang beliau juga seorang peneliti, dan hal ini sudah di teliti di bogor LP3 (Lembaga Pusat Penelitian Pertanian), di IPB ada fakultas tehnologi pertanian ada mata kuliah yaitu trans genetik, KH. DR. Akbar Mardani  menejlaskan : “Jika anak  manusia diberikan asupan nutrisi susu sapi maka sebahagian kecil bahkan sebahagaian besar sifat-sifat sapi akan masuk kedalam diri anak tersebut”.
Jika keadaannya demikian permasalahnya bagaimana kita menyelamatkan anak generasi kita. Tidak usah dari pengaruh luar dulu, tetapi menjaga dari pengaruh dalam itu lebih penting. Sebab imunisasi dari dalam tubuh kita sendiri itu jauh lebih penting daripada kita harus memasukkan sesuatu yang dapat mengusir penyakit.  
Yang ketiga, ada anak manusia turun kemuka bumi itu menjadi penghalang untuk kita berdzikir kepada Alloh Swt. (didalam surat Al Munafiqun : 9) : “Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Alloh. Barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi”.
Se-umpama ada seorang anak senang menonton acara Televisi dengan acara kesenangannya seperti film kartun dan sementara waktu acaranya itu melewati datangnya waktu wajib sholat maghrib, dan siapa yang berani menghentikannya?  Banyak kasus seperti itu dilingkungan kita, terkadang KH. DR. Akbar Mardani didatangi orang ataupun ditelpon untuk mengadukan hal yang demikan dengan mengatakan kepadanya : “pa kiayi tolong usulkan kepada operator Televisi, kalau menayangkan acara yang disukai(yang digemari) anak-anak janganlah pada waktu-waktu maghrib”. Dengan menanggapi pengaduan masyarakat tersebut, beliau menindak lanjutkan pengaduan mereka tersebut kepada stasiun televisi, dan dari fihak televisi pun menjawab : “tayangan itu waktu maghribnya kan dibogor bagaimana jika yang menonton di daerah lain seperti di medan, disana belum datang waktu maghrib, jadi acara yang sedang ditayang itu bukan hanya konsumsi orang bogor saja”.
Jadi jika terjadi hal yang demikian bukan acara Televisi nya yang dapat disalahkan tetapi hati kita saja bisa terpengaruh atau tidak dengan tayangan itu. Dan itu yang perlu kita didikkan kepada anak kita. Dan kita yang dapat mengendalikan itu semua.
Dan tersering kali kita suka membentak-bentak anak, apalagi dalam memasuki masa ujian ketika selesai menerima raport(hasil ujian) ada nilai yang sangat rendah didalam raport(hasil ujian) anaknya, semisal nilai matematika anaknya nilainya : empat, dengan memaki-maki kepada anaknya : “kamu itu bodoh, masa kamu nilai matematika nya bisa nilai empat”, padahal orang tuanya tidak menyadari dahulu ketika sekolah orang tuanya hanya punya nilai :  tiga, Orang tua tersebut lupa dan tidak menyadari bahwa dia itu sebenarnya lebih rendah daripada anaknya.
Jadi ada anak yang menjadi penghalang untuk kita berdzikir kepada Alloh. Dan untuk itu semua tidak terjadi, harus ada filter(penyaring) dari hal-hal yang negatif.
Dan yang ke empat, anak lahir kemuka bumi itu yang menjadi harapan kita, simbol mata belahan hati. Ucapannya dan tingkah lakunya menjadi tauladan teman-teman diusianya.
(didalam surat Al Furqon : 74) : “dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”.
Dan dipenghujung doa tersebut penyenang hati (Kami)”, dan sangat sulit jika itu tercapai jika Imamnya tidak Muttaqin (bertaqwa). Dan bagaimana ciri-ciri Imam dan apa parameternya?, didalam Al Qur’an (surat Az Zuriyat.: 15) : “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata air-mata air”,
dan siapa ciri orang yang bertaqwa yang disebutkan itu (didalam surat Az Zuriyat : 16) : “Sambil menerima segala pemberian Robb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan”.
dan  ayat selanjutnya ciri Muttaqin (didalam surat Az Zuriyat : 17) : “di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam”.
dan selanjutnya ciri muttaqin (surat Az Zuriyat.18) : “dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar”.
dan dilanjutkan ciri muttaqin (surat Az Zuriyat.19) : “dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian(orang miskin yang tidak meminta-minta)”.

Demikian penjelasan KH. DR. Akbar Mardani tentang beberapa macam anak itu dilahirkan di muka bumi ini. Dan Beliau yang berlatar belakang dari peneliti ilmu pertanian ini, melanjutkan khitmat ilmiahnya :
Didalam ilmu pertanian ada istilah yang dinamakan Panca Usaha Tani. Jika kita ingin panen dengan hasil terbaik, kita harus melakukan lima hal :
  1. Memilih bibit unggul.
Jika yang kita tanam itu bibit yang unggul itu akan dipastikan menghasilkan hasil panen yang unggul, dan sebaliknya jika yang ditanam itu bibit yang tidak unggul jangan diharap akan mengasilkan hasil panen yang unggul.
Dan apa yang bisa dimaknai didalam pemahaman tentang bibit unggul? Bibit unggul itu adalah kalimat “Laa ilaha illalloh” dan tidak ada yang melebihi keunggulan kalimat ini.
Dan supaya bibit unggul ini dapat tumbuh kembang harus memilih lahan yang dapat tumbuh subur. Dan dimana ditanamnya bibit unggul dari kalimat “Laa ilaha illalloh” ini ? yaitu didalam “Hati ”.
  1. Harus diolah dan dirawat dengan baik.
Jika seorang petani ingin tanamannya tetap dalam keadaan baik itu harus diolah terlebih dahulu lahan pertaniannya seperti dengan dibajak, dicangkul dan lain sebagainya supaya gembur. Dan ada banyak alat untuk mengolah lahan pertanian.
Setelah bibit itu ditanam setelah beberapa waktu akan terlihat tandanya dengan keluar kecambahnya(bunganya). Jika ikhwan
Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah PP Suryalaya dimana dapat melihat apakah tanamannya itu terlihat kecambahnya, dapat terlihat hadir didalam Majlis Dzikir, hadirnya di tempat-tempat Manaqiban.
  1. Pemupukan.
Jika hasil itu ingin baik perlunya pemupukan yang baik. Apa pupuk nya bagi ikhwan yang sudah ditanam kalimat “Laa ilaha illalloh” itu, yaitu dengan Dzikir Jaharnya, Khotamannya, Manaqibannya, Sholat-Sholat Sunnahnya, dan Ibadah– Ibadah lainnya.
  1. Perlunya irigasi (pengairan yang baik).
Maka jika didalam manaqib ada khitmat ilmiah yang bisa disebut siraman rohani. Jikalau didalam manaqiban setelah selesai pembacaan manqobah ikhwan Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah PP Suryalaya itu terus bubar bahkan adanya penceramah tidak mau didengarkan itu menunjukkan bahwa bahwa hati yang sudah ditanam kalimat “Laa ilaha illalloh”  itu akan merana kekeringan. Itu lah pentingnya Ilmu Amaliah dan Amal Ilmiah.
  1. Berantas hama penyakit.
Ada yang memahami penyakit didalam diri itu adalah : keterbelakangan, kemiskinan, kebodohan.
didalam pemahaman lain, penyakit(musuh) kita itu adalah, sesuai dengan surat Al Baqoroh ayat 120 :  “orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”.
Yahudi dan nasrani itu jelas musuh kita, dan musuh kita selajutnya adalah syeitan. dan musuh selanjutnya adalah adu kepentingan antar kita sendiri.
Dan hanya kalimat “Laailaha illalloh” yang bisa mengendalikan semuanya.
Semoga bermanfa’at.
Penulis : surachman abdur rauf.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Robithoh

Robithoh Robithoh, dapat diartikan hubungan antara yang menghubungi dari yang dihubungi. Seperti hubungan :  antara anak dengan orang tuanya. Antara guru dengan muridnya. Antara mahasiswa dengan dosennya. Antara menantu dengan mertuanya. Antara pedagang eceran dengan agen besarnya. Antara santri dengan kiayinya. Antara saudara dengan saudaranya. Antara teman dengan temannya. Antara rakyat dengan pemimpinnya. Antara bawahan dengan atasannya. Antara upline dengan downline-nya. Antara kita ummat dengan Nabinya. Antara kita hamba dengan Alloh Subhanahu wa ta’ala . Adapun hubungan itu, ada hubungan langsung juga ada hubungan tidak langsung. Adapun Robithoh wajib itu, seperti ummat Islam melaksanakan sholat dengan menghadap kiblat. Kiblat itu penghubung antara orang yang Sholat dengan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Kalau tidak menghadap Kiblat, maka sholatnya tidak akan syah. Jadi untuk melakukan yang wajib maka wajib dengan Robithoh tersebut ( menghadap kilat ) . Itulah Sya

Tidak Ada Yang Kebetulan

DI DUNIA INI TIDAK ADA YANG KEBETULAN === Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala : “ Dan pada Alloh-lah kunci-kunci semua yang ghoib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata ( Lauh Mahfudz )" ( Surat Al-An'am : 59 ). Tiada sesuatu yang kebetulan. Karena Alloh telah menegaskan bahwa tidak ada satu pun yang terlepas dari kudrot, irodat, dan ilmu Alloh. Segalanya yang terjadi bahkan yang akan terjadi telah tercatat di lauh mahfudz. Ayat tsb diatas menegaskan bahwa segalanya ada dibawah kehendak & ilmu Alloh, Dan semuanya sudah tercatat di lauh mahfudz. Sering kita mendengar percakapan sehari-hari yang mengatakan, “ Kebetulan ketemu disini ”, “ Kebetulan ada yang memberi”, “K ebetulan sekali h

Pentingnya Berwasilah

Pentingnya Berwasilah Oleh : Renandhi Wira Fitra, S.H.I. Ikhwan TQN PPS dari Kota Depok. Setiap diri yang memiliki niat dan cita cita untuk sampai(Wushul) kepada Alloh sudah PASTI akan membutuhkan WASILAH ( perantara). Hal ini sebagaimana firman Alloh Swt : “ Hai orang orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Alloh dan carilah wasilah dalam mencapai ketaqwaan itu ....” ( QS. Al-Maidah : 35 ) Dalam ayat tersebut kalimat wabtaghu menggunakan fi’il amar/kata perintah yang menandakan khitab /seruan bagi orang beriman bahwa mencari wasilah itu adalah kewajiban...kenapa wajib ? karena memang manusia membutuhkannya..! Jadi dengan adanya wasilah bagi setiap hamba itu adalah mutlaq suatu KEBUTUHAN, selain berdasarkan dari dalil ayat tersebut juga berdasarkan kepada tabiat manusia yang selalu membutuhkan bantuan dalam medapatkan sesuatu, sehingga menolak adanya wasilah maka itu bertentangan dengan Hukum Alloh dan fitrah manusia itu sendiri. Wasilah adalah perantara yang