Langsung ke konten utama

Sifat - Sifat Ke-Pemudaan.

Sifat - Sifat Ke-Pemudaan Ashabulkahfi.
Semoga kita semua dijadikan orang yang banyak berdzikir kepada Alloh subhanahu wa ta’ala. Inilah yang menjadi doa Abah Anom didalam kitab Agungnya yang munumental yaitu Kitab Miftahus Shudur. Beliau berdoa untuk para murid-muridnya yaitu untuk kita semua :
“Semoga kita semua dijadikan orang yang berdzikir banyak”.
جَعَلَنَا اللهُ وَ إِيا كُمْ مِنَ الذ ا كِرِيْنَ لَهُ كَثِيْرًا
Ja’alanaallohu wa iyyaa kum minadz dzaakiriina lahu katsiroo
“Semoga Alloh menjadikan kita semua termasuk orang-orang yang banyak berdzikir kepada-Nya”
Beliau( Abah Anom) menerangkan didalam kitab Miftahus Shudur yang dimaksud dengan berdzikir banyak itu bukan seribu kali, bukan sejuta kali, bahkan bukan juga semilyar kali. Tetapi yang dimaksud dengan dzikir yang banyak adalah yang dawam dengan terus-menerus  hati ini yang terus berdzikir kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala”.
لِأَن الْمَقْصُوْدَ مِنَ لذ كْرِ دَوَامُ حُضُوْرِ الْقَلْبِ مَعَ اللهَ تَعَالَى
li annal maqshuuda minadz dzkri dawaamu hudluuril qolbi ma’allohi ta’ala
“karena yang dimaksud dzikir banyak itu adalah hati yang selalu hadir bersama Alloh ta’ala”
Kita bersyukur sebagai ikhwan Thoriiqoh Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah PP Suryalaya, dipertemukan oleh Alloh dengan pelanjut dari Abah Anom yaitu Abah Aos. Semoga kita semua selalu bersama Beliau, dengan selalu Istiqomah dengan dijadikan orang yang berdzikir banyak sebagaimana juga Beliau yang telah dijadikan orang yang berdzikir banyak, aamiin ya robbal ‘alamiin.
Orang yang berdzikir banyak itu termasuk yang diabadikan oleh Alloh Subhanahu wa ta’ala didalam Al Qur’an, yaitu Al Qur’an Suroh Al Kahfi. Yang menceritakan tentang para pemuda pilihan yang hidupnya setelah masa Nabi Isa ‘alaihissalam. Yang didalamnya menerangkan para pemuda Ashabulkahfi yang berlindung didalam goa. Kenapa mereka berlindung di goa?
Alloh abadikan didalam Suroh Al Kahfi Ayat 10 :
إِذْ أَوَى الْفِتْيَةُ إِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوا رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا
“Idz awal fityatu ilal kahfi faqooluu – Robbanaa aa tinaa minlladunka rohmatan, wa hayyi’ lanaa min amrina rosyada”
“ (ingatlah) tatkala Para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan Kami, berikanlah rohmat kepada Kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi Kami petunjuk yang Lurus dalam urusan Kami (ini)."
Ketika para pemuda Ashabulkahfi berlindung kedalam goa, untuk apa mereka berlindung  ?,  para pemuda Ashabulkahfi pun memohon kepada Alloh :
رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً
 Robbanaa aa tinaa minlladunka rohmatan - Yaa Alloh berikanlah kami Rohmah.
وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا
 wa hayyi’ lanaa min amrina rosyada - Yaa Alloh siapkanlah kami petunjuk”.
Inilah doa permulaan seorang para pemuda yang ada pada jaman Ashabulkahfi. Datang ke goa tidak lain tujuannya adalah meminta kepada Alloh untuk diberikan Rohmat. Maka dijaman sekarang ini kita yang sedang belajar dzikir ini, ada kesamaan dengan para pemuda Ashabulkahfi, karena sejarah(masa ) dan pelakunya berbeda tetapi perbuatannya yang sama. Kita berlindung dan kita meminta kepada Alloh untuk diberikan Rohmat melalui Wali Mursyid pembimbing kita.
Yaa Alloh siapkanlah kami rosyada pembimbing, yaitu : dengan adanya Mursyid, dengan ada Pembimbing. Inilah awal seorang murid datang kepada seorang Mursyid dengan niat mendapat bimbingan.
Dan diabadikan oleh Alloh didalam Suroh Al Kahfi ayat 17 :
مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ ۖ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا مُرْشِدًا
“Siapa yang Alloh beri petunjuk maka dia akan mendapat pembimbing Wali Mursyid dan maka siapa yang disesatkan oleh Alloh maka menjadi orang yang sesat yang tidak mendapat bimbingan Wali Mursyid”.
Syukur Alhamdulillah kita semua termasuk yang sudah mendapat bimbingan Wali Mursyid.
Maka datang kepada Waliya Mursyida didalam kitab menerangkan :
“Seorang murid datang kepada Syeikhnya tidak boleh ragu bahwa Syeikhnya itu adalah seorang “Waliyan” dan tidak boleh ragu bahwa Syeikhnya itu “Mursyidan”.
Maka tidak boleh ragu tentang dua hal tersebut. Jika hanya sekedar datang-datang saja tidak ada keyakinan didalam hati bahwa Syeikhnya itu seorang Waliya Mursyida maka perkumpulannya tidak banyak membawa manfaat.
Inilah maka Ashabulkahfi datang untuk mempertahankan dan untuk meningkatkan keimanannya “wa hayyi’ lanaa min amrina rosyada” inilah ada kesamaannya para Pemuda Ashhabulkahfi dengan kita yang sedang belajar dengan Syeikh Mursyid .
Siapa dan apa sifat para pemuda itu ?
Al Qur’an Suroh Al Kahfi ayat 13 :
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُمْ بِالْحَقِّ ۚ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى
“nahnu naqush shu ‘alaika naba ahum bil haqqi – annahum Fityatun aamanuu birobbihim wa zid naahum hudaa”
“. Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk”.
Mereka adalah para pemuda yang beriman kepada Alloh. Perkara Iman, inilah yang pokok. Maka kita belajar dzikir adalah belajar untuk beriman serta untuk meningkatkan keimanan kita kepada Alloh. Inilah sifat Ashabulkahfi yang diabadikan oleh Alloh. Mereka para pemuda yang sudah beriman dan ditambah petunjuk serta bertambah-tambahlah ke-Imanan mereka.
Sesuatu yang bertambah dan tumbuh adalah sesuatu yang sudah ditanamkan. kesimpulannya sesuatu yang ditanamlah yang akan tumbuh dan sesuatu yang tidak ditanam tidak akan tumbuh. Begitu juga Iman yang ditalqinkan( yang ditanamkan ) oleh seorang Mursyid kepada seorang murid maka kalimat yang ditanamkan yaitu kalimat “Laa ilaha illalloh” apabila terus mengamalkan maka akan bertambah tumbuh.
Itulah Alloh menerangkan Iman yang selalu bertambah. Sehingga Imannya bertambah-tambah dari yang sudah ada, kenapa demikian ? karena imannya sudah ditanam jika tidak ditanam tidak akan tumbuh. Maka disebut sifat Ashabulkahfi adalah “wa zid naahum hudaa” itulah bukan hanya para pemuda Ashabulkahfi saja, siapapun semua para pemuda dari dahulu sampai sekarang ketika mereka ber-Iman dan mau meningkatkan keimanannya inilah sifatnya yang diabadikan oleh Alloh dan termasuk kita, mudah-mudahan kita termasuk “wa zid naahum hudaa” .
Al Qur’an Suroh Al Kahfi ayat 14 :
وَرَبَطْنَا عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ إِذْ قَامُوا فَقَالُوا رَبُّنَا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَنْ نَدْعُوَ مِنْ دُونِهِ إِلَٰهًا ۖ لَقَدْ قُلْنَا إِذًا شَطَطًا
“Wa robath naa ‘alaa quluu bihim, idz qoomuu faqooluu – Robbuna Robbus samaawaati wal ardli lanad ‘uwa min duunihii ilaa hal laqod qulna idzan sya tho tho.”
“dan Kami meneguhkan hati mereka diwaktu mereka berdiri, lalu mereka pun berkata, "Tuhan Kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; Kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, Sesungguhnya Kami kalau demikian telah mengucapkan Perkataan yang Amat jauh dari kebenaran".
Maka Alloh abadikan dengan ayat berikutnya :
وَرَبَطْنَا عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ
  “Wa robath naa ‘alaa quluu bihim
Menerangkan tentang sifat Ashabulkahfi. Kami tambahkan keimanan dan keyakinan mereka diatas hati mereka.  “Robathika” dengan Robithoh maka mereka dikuatkan bahkan bertambah-tambah kuat lagi. Inilah yang kita dengan robithoh kepada Guru, maka kita ingat kepada Alloh dan kita semakin banyak berdzikir kepada Alloh maka keyakinan kita pun semakin bertambah-tambah.
Inilah ditafsirkan oleh Imam Qusyairi didalam kitabnya tentang “Wa robath naa ‘alaa quluu bihim”.  maka kita semakin hari semakin yakin bahwa Abah Aos adalah Waliya Mursyida. Dan kita semua patut bersyukur.
Maka para murid yang sudah bertambah-tambah ke-Imanannya serta keyakinannya. Maka mereka pun semakin mantap. Mereka begitu bangkit malah semakin bangkit, semakin segar kehidupan ke-Imanannya.
رَبُّنَا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
Robbuna Robbus samaawaati wal ardli
Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi, kami tidak akan menyembah selain Alloh. Maka semakin yakin. Sekecil apapun yang kita yakini daripada selain daripada Alloh itu akan menjadi Tuhan, termasuk hawa nafsu kita sendiri, termasuk harta kita sendiri, termasuk jabatan kita sendiri, termasuk keluarga kita sendiri, apabila kita meng-Agungkan lebih dari meng-Agungkan Alloh.
Apabila kita meng-Agungkan yang lain daripada Guru kita, karena Guru kita yang membimbingkan kita untuk diantarkan selalu bersama Alloh.
Inilah keyakinan yang sudah mantap “Lan” tidak bakal menyembah, tidak bakal kami menduakan Alloh. Begitu juga tidak bakal kita menduakan Syeikh Mursyid. Syeikh Mursyid hanya satu. Inilah Syeikh Mursyid yang akan mengantarkan kita kehadirat Alloh, inilah kita harus bersyukur.
Inilah yang di sebut “futuwah” atau yang disebut juga “fityah”.
Syeikh Abu Abdillah Asy Syajari menerangkan tentang sifat-sifat kepemudaan. Orang yang memikul menyandang kepemudaan adalah orang yang sabar yang menyandang sifat futuwah. yang dimaksud meyandang sifat kepemudaan itu adalah :
-             Melihat( memandang ) kepada orang lain itu tidak ada dosanya tetapi melihat( memandang ) diri sendiri merasa masih lalai. Merasa diri selalu kurang dalam berbuat ibadah dan selalu ingin terus memperbaiki diri didalam ibadahnya, walaupun ibadahnya sudah banyak tetapi tidak merasa diri lebih baik daripada orang lain.
-             Mempunyai sifat kasih sayang kepada makhluk Alloh baik yang patuh maupun yang fajir( orang yang durhaka ). Sifat ini adalah sifatnya Syeikh Mursyid selalu memandang kasih sayang kepada siapa pun. Siapa pun yang datang kepadanya selalu disambut dengan kasih sayang walaupun kepada orang yang sudah banyak berbuat maksiat, dan terhadap orang yang tidak suka apalagi sampai menghina pun ( yang disebut fajir ) tetap saja di kasih sayang.
-             Tidak disibukkan dengan seluruh makhluk Alloh daripada berdzikir kepada Alloh.
Walaupun kesehariannya berintraksi dengan makhluk Alloh. Dari itu semua tidak ada yang dapat menghalangi untuk berdzikir kepada Alloh.
Pemuda yang dimaksud disini adalah pemuda yang tidak dibatasi dengan umurnya. Walaupun umurnya sudah lanjut tetapi jika mempunyai sifat-sifat seperti ini maka itu juga disebut pemuda. Dan tidak sebatas laki-laki saja, jika laki-laki ataupun wanita jika mempunyai sifat-sifat seperti ini maka disebut pemuda.
Inilah orang-orang yang banyak berdzikir kepada Alloh, jika sudah banyak berdzikir kepada Alloh maka akan menuju yang di-Dzikirkannya yaitu menuju Kehadirat Alloh. Inilah yang disebut orang yang berdzikir itu selalu bersama Alloh.
Baik dia laki-laki ataupun wanita yang sudah berdzikir banyak sudah disiapkan Ampunan dan Derajat yang tinggi. Abah Anom menegaskan yang disebut dzikir banyak itu bukan yang dzikir jahar ( yang masih ada hitungannya ) tetapi yang dimaksud dzikir yang banyak inilah “Dzikir Khofi”.    
Khidmat Ilmiah : KH. Muhammad Sholeh Mukhtar Hujjatul ’Arifin Ra.
( manaqib di Pesantren Peradaban Dunia Jagad ‘Arsy )
Ditulis oleh : Surachman Abdurrauf Al Hijaz
000
000
000
ALHIJAZdepokbersemi165
Media Informasi & Dakwah Para Pecinta Kesucian Jiwa.
Ikhwan Depok.
Thoriiqoh Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah PP Suryalaya Membangun Peradaban Dunia

Agenda Kegiatan dan Jadwal Manaqib di Kota Depok dan sekitarnya  :

https://depokbersemi165.blogspot.co.id/2015/05/agenda-kegiatan-depokbersemi165.html
Sukai halaman di Facebook DepokBersemi165 :
https://www.facebook.com/AlHijaz-DepokBersemi165-952350131454919

Ikuti Twiter depokbersemi165 : https://twitter.com/depokbersemi165
Info manaqib kota depok  : Tlp /Sms/Wa  (Rauf) 0812 888 166 90

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Robithoh

Robithoh Robithoh, dapat diartikan hubungan antara yang menghubungi dari yang dihubungi. Seperti hubungan :  antara anak dengan orang tuanya. Antara guru dengan muridnya. Antara mahasiswa dengan dosennya. Antara menantu dengan mertuanya. Antara pedagang eceran dengan agen besarnya. Antara santri dengan kiayinya. Antara saudara dengan saudaranya. Antara teman dengan temannya. Antara rakyat dengan pemimpinnya. Antara bawahan dengan atasannya. Antara upline dengan downline-nya. Antara kita ummat dengan Nabinya. Antara kita hamba dengan Alloh Subhanahu wa ta’ala . Adapun hubungan itu, ada hubungan langsung juga ada hubungan tidak langsung. Adapun Robithoh wajib itu, seperti ummat Islam melaksanakan sholat dengan menghadap kiblat. Kiblat itu penghubung antara orang yang Sholat dengan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Kalau tidak menghadap Kiblat, maka sholatnya tidak akan syah. Jadi untuk melakukan yang wajib maka wajib dengan Robithoh tersebut ( menghadap kilat ) . Itulah Sya

Tidak Ada Yang Kebetulan

DI DUNIA INI TIDAK ADA YANG KEBETULAN === Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala : “ Dan pada Alloh-lah kunci-kunci semua yang ghoib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata ( Lauh Mahfudz )" ( Surat Al-An'am : 59 ). Tiada sesuatu yang kebetulan. Karena Alloh telah menegaskan bahwa tidak ada satu pun yang terlepas dari kudrot, irodat, dan ilmu Alloh. Segalanya yang terjadi bahkan yang akan terjadi telah tercatat di lauh mahfudz. Ayat tsb diatas menegaskan bahwa segalanya ada dibawah kehendak & ilmu Alloh, Dan semuanya sudah tercatat di lauh mahfudz. Sering kita mendengar percakapan sehari-hari yang mengatakan, “ Kebetulan ketemu disini ”, “ Kebetulan ada yang memberi”, “K ebetulan sekali h

Pentingnya Berwasilah

Pentingnya Berwasilah Oleh : Renandhi Wira Fitra, S.H.I. Ikhwan TQN PPS dari Kota Depok. Setiap diri yang memiliki niat dan cita cita untuk sampai(Wushul) kepada Alloh sudah PASTI akan membutuhkan WASILAH ( perantara). Hal ini sebagaimana firman Alloh Swt : “ Hai orang orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Alloh dan carilah wasilah dalam mencapai ketaqwaan itu ....” ( QS. Al-Maidah : 35 ) Dalam ayat tersebut kalimat wabtaghu menggunakan fi’il amar/kata perintah yang menandakan khitab /seruan bagi orang beriman bahwa mencari wasilah itu adalah kewajiban...kenapa wajib ? karena memang manusia membutuhkannya..! Jadi dengan adanya wasilah bagi setiap hamba itu adalah mutlaq suatu KEBUTUHAN, selain berdasarkan dari dalil ayat tersebut juga berdasarkan kepada tabiat manusia yang selalu membutuhkan bantuan dalam medapatkan sesuatu, sehingga menolak adanya wasilah maka itu bertentangan dengan Hukum Alloh dan fitrah manusia itu sendiri. Wasilah adalah perantara yang