Langsung ke konten utama

Silsilah



TABARUK KITAB MIFTAHUS SHUDUR
Karya : Syeikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin (Abah Anom) Qs.

Silsilah
قال الشيخ أحمد صاحب الوفى تاج العارفين :
وَالسِّلْسِلَةِ مَنَافِذَ هِمَمِ الْمَشَايْخِ الرَّبَّانِيَّةِ وَمِيْزَانِ الْفُيُوْضِ وَمَجْرَى الْحِكْمَةِ مِنَ اْلأَبْحُرِ الْمُحَمَّدِيَّةِ وَمَنْظَرَ اَسْرَارِ الْمَلَأِ كَةِ اْلقُدْسِيّةِ وَمَظْهَرَ التَّجَلِّيَّاتِ اْلاءِلَهِيَّةِ , وَسُلَّمِ الْمُرِيْدِيْنَ , وَمَعَارِجَ السَّالِكِيْنَ اِلىٰ الْعَوَالِمِ الْمَلَكُوْتِيَّةِ وَالْجَبَرُوْتِيَّةِ وَالْلَا هُوْتِيَّةِ , وَتُجَاوِبُهُ أَرْوَاحُ الْمَشَايْخِ مِنَ الشَّيْخِ الْحَيِّ اِلٰى رَسُوْلِ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَمِ اِلٰى حَضْرَةِ اللهِ عَزَوَجَلَّى ,  وَيَفِيْضُوْنَ أَنْوَاعَ الْأَسْرَارِ عَلَيْهِ وَ التَّجَلِّيَّاةِ وَ الْبَرَكَاةِ , وَ يَتَوَ جَّهُوْنَ اِلَيْهِ بِمُقْتَضَى نِيَّتِهِ وَ حُصُوْلِ مُرَادِهِ .
 فَالْمَشَايْخِ هُمُ الطَّرِيْقَةِ اِلىٰ اللهِ تَعَلىٰ , وَ الأَ دِلَّاءُ عَلَيْهِ , وَ الْبَابُ الَّذِي يَدْخُلُ مِنْهُ اْلَيْهِ
.

Silsilah merupakan tempat jendela keinginan luhur para Syeikh untuk dekat dengan Robb, tempat mengalirnya berbagai limpahan Karunia Alloh, tempat mengalirnya hikmah dan lautan Muhammadiyyah, tempat melihat ( berbagai rahasia suci ) malaikat, tempat penampakan kekuasaan Ilahiyah, tangga para murid, dan lift para salik, menuju alam Malaikat, Jabarut, dan Lahut, dan sambung menyambung yang harmoni antara ruh para Syeikh yang sudah meninggal dengan Syeikh yang masih hidup untuk sampai kepada Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa salam kemudian kepada kehadirat Alloh Subhanahu wa ta’ala. Para Syeikh yang sudah meninggal ini turut ‘mengucurkan’ berbagai rahasia kepada Syeikh yang masih hidup, juga tajali dan keberkahan. Para Syeikh ini menghadap kepada Alloh dengan niat yang bulat dan keyakinan yang kokoh bahwa maksud mereka akan mencapai.
Jadi para Syeikh ini sesungguhnya Thoriqoh ( jalan ) menuju Alloh Subhanahu wa ta’ala, sekaligus petunjuk jalan menuju Alloh, serta pintu tempat masuk menuju Alloh”.


Alhamdulillah, sujud syukur sepenuh langit bumi, setinggi Suryalaya, sedalam Sirnarasa, dan seluas Jagad ‘Arsy, kita telah dipilih oleh Alloh Subhanahu wa ta’ala dan telah dikehendaki oleh Alloh Subhanahu wa ta’ala bisa mencium wewangian Alloh Subhanahu wa ta’ala yang telah Alloh tebarkan dimuka bumi ini. Karena tidak setiap orang dapat mencium wewangian Alloh. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang tidak dapat mencium wewangian Alloh. Diantaranya karena tidak mau menciumnya atau bisa jadi sudah tercium tetapi berpura-pura tidak mencium di karenakan iri hatinya atau karena membencinya, atau memang benar-benar tidak dapat mencium dikarenakan penciumannya tersumbat. Dan Alhamdulilah kita telah dipilih oleh Alloh Subhanahu wa ta’ala dijadikan orang yang dapat mencium wewangian Alloh, yang telah Alloh tebarkan dimuka bumi ini.
Apa yang dimaksud dengan wewangian Alloh yang ditebarkan dimuka bumi ini ? siapa wewangian Alloh yang di tebarkan dimuka bumi ini ? didalam kitab Sirojut Tholibin jilid awal halaman 17,  menjelaskan,
Yahya bin Mu’adz mengatakan :
اَلْوَلِيُّ رَيْحَانُ اللهِ تَعَالىٰ فِي اْلاَرْضِ يَشُمُّهُ الصَّدِيْقُوْنَ فَتَصِلُ رَاءِحَتَهُ اِلٰى قُلُوْبِهِمْ فَيَشْتَا قُوْنَ بِهٖ اِلىٰ مَوْلَا هُمْ وَ يَزْدَادُوْنَ عِبَادَةٌ تَفَاوُتِ اَحْوَالِهِمْ
“Seorang wali adalah wangi-wawangian Alloh yang masyur di muka bumi ini, yang menciumnya wanginya hanyalah orang-orang yang kebenarannya mendominasi dirinya, sehingga wanginya(kesemerbakannya) itu menyentuh ke dalam qolbunya, maka dengan itu terpesonalah mereka kepada Tuhannya, serta senantiasa bertambah-tambah dalam ibadahnya dalam keadaan sikap serta sifat yang berbeda”
Wali ( kekasih Alloh ) itu lah wewangian Alloh yang Alloh tebarkan dibuka bumi ini, dan tidak sembarang orang dapat mencium wewangian Alloh dan yang dapat mencium wewangian Alloh adalah orang yang benar-benar benarnya sehingga masuklah wewangian Alloh sampai lubuk hatinya dan tumbuh kecintaan kepada Alloh dan semoga kita termasuk orang yang dapat mencium wewangian Alloh, aamiin ya robbal’alamin, dan yang sudah dapat mencium wewangian Alloh kita bersyukur dengan mengucap Alhamdulillah, jauh-jauh kita semua datang kesini(ke Pesantren Sirnarasa) untuk dapat mencium wewangian Alloh dan jarak sudah tidak lagi menjadi penghalang kalau hati sudah digerakkan oleh Alloh dan diundang oleh Alloh untuk datang dan bersimpung dihadapan hamba pilihan Alloh.
Didalam sebuah kitab diterangkan bahwa  : “Ketahuilah, seharusnya bagi setiap muslim untuk mencari anugrah kebaikkan-kebaikkan, yaitu mencari keberkahan-keberkahan, Mencari pancaran cahaya Alloh, mencari untuk di ijabahnya doa, mencari turunnya Rohmat, itu di hadirat para wali di majlis –majlis mereka, dari cucuran mereka baik yang masih hidup sampai kepada yang sudah wafat”.
Maka pentingnya kita untuk mempunyai Mursyid yang hidup yang dapat kita lihat wajahnya, yang dapat kita cium tangannya, kita dapat dengar suaranya, yang kita dapat lihat amal ibadahnya, supaya tidak terputus.
“Barang siapa yang tidak menyambung silsilahnya maka akan terputus limpahannya”,
Pentingnya kita bergabung di majlis-majlis Wali apalagi Majlisnya Mursyid. karena setiap Mursyid itu Wali, tetapi tidak semua Wali itu Mursyid. Kita hadir di Majlis Mursyid, kita hadir(di Majlis Mursyid) dikumpulan Mursyid. Yang Mursyid itu menjadi wasilah memperoleh keberkahan-keberkahan, memperoleh pancaran cahaya Alloh, memperoleh ter-ijabahnya doa, memperoleh turunnya Rohmat Alloh.
Sabda Abah Anom : “Kita bergaul dengan kita bersilaturahim ke pengamal-pengamal tashowwuf itu menjadikan kita memperoleh mahabbah kepada Alloh dengan mahabbah yang khusus”. Apalagi kita bersimpuh kepada Mursyid datang kepada Mursyid.
Menurut Almukarom KH.Muhammad Sholeh Mukhtar Hujjatul ‘Arifin Ra, menjelaskan : “Nabi saja bertemu dengan Malak jibril As sampai 124 ribu kali, itulah pentingnya kita bertatap muka( bertemu langsung ) dengan pembimbing ruhani kita dan janganlah sampai kita pernah bosan, sebab kita sangat membutuhkan Barokah dari Beliau(Guru Mursyid kita), walaupun jauh kita tetap berusaha untuk datang dalam rangka bersimpuh dihadapan Beliau.
Alhamdulillah, kita telah dibukakan hidung hati kita mencium wewangian Alloh ditengah-tengah banyak orang mengatakan tidak ada penerus, padahal didalam sebuah keterangan :  “Seandainya Wali Alloh satu saja berkurang maka langit tidak akan menurunkan hujan dan tanah tidak akan menumbuhkan tanaman”.
Dan sekarang nyatanya sampai sekarang langit masih menurunkan hujan dan tanah masih menumbuhkan tanaman, dan ini terbukti Wali berpulang kehadirat Alloh masih ada penerusnya, kepada Guru  kita “Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin Qs” silsilah yang ke 37 yang telah berpulang kehadirat Alloh dan kita seyakin-yakinya ada penerus Beliau silsilah yang ke 38 yaitu “Syeikh Muhammad Abdul Gaos Seifulloh Maslul Al Qodiri An Naqsyabandi Al Kamil Mukamil Qs”.
Silsilah itu tidak terputus apabila terputus maka akan terputus limpahan barokahnya.
sebagaimana yang sudah dijelaskan oleh Abah Anom di dalam kitabnya Miftahus shudur :
وَالسِّلْسِلَةِ مَنَافِذَ هِمَمِ الْمَشَايْخِ الرَّبَّانِيَّةِ
 Silsilah itu mata rantai yang tak terputus dari Syeikh yang masih hidup sampai menyambung dengan kepada Syeikh yang sudah wafat. Menyambung dari Abah Aos ke Abah Anom ke Abah Sepuh ke Abah Tholha dan terus sambung menyambung sampai kepada Nabi Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa salam.
Dan silsilah merupakan tempat jendela keinginan luhur para Syeikh untuk dekat dengan Robb, yaitu jalan-jalan yang dilalui, cita-cita yang tinggi, semangat yang kuat para Syeikh untuk bisa wushul kepada Alloh.
وَمِيْزَانِ الْفُيُوْضِ
Dan silsilah itu adalah tempat mengalirnya berbagai limpahan Karunia Alloh,
وَمَجْرَى الْحِكْمَةِ مِنَ اْلأَبْحُرِ الْمُحَمَّدِيَّةِ
Silsilah itu Tempat lautan hikmah lautan Muhammadiyyah,
وَمَنْظَرَ اَسْرَارِ الْمَلَأِ كَةِ اْلقُدْسِيّةِ
Tepat melihat segala rahasia Malaikat yang suci(Qudsi).
وَمَظْهَرَ التَّجَلِّيَّاتِ اْلاءِلَهِيَّةِ ,
Silsilah itu Tempat menampakkan kekuasaan Alloh,
وَسُلَّمِ الْمُرِيْدِيْنَ ,
Silsilah itu Tangga yang ditapaki oleh murid untuk bisa sampai ke martabat yang tinggi untuk bisa sampai kepada Alloh.
وَمَعَارِجَ السَّالِكِيْنَ اِلىٰ الْعَوَالِمِ الْمَلَكُوْتِيَّةِ وَالْجَبَرُوْتِيَّةِ وَالْلَا هُوْتِيَّةِ ,
Silsilah itu ( lift ) para salik untuk sampai kepada Alloh, menuju alam Malakut, Jabarut, dan Lahut, sampai kehadirat Alloh.
Seperti kita sudah di berikan oleh Guru Mursyid kita, Ruh jasmani kita sudah kembali kepada “Laa ilaha illalloh”, dan sudah terbawa oleh “Laa ilaha illalloh”, pulang bersama “Laa ilaha illalloh”, bersama dengan “Laa ilaha illalloh”, Ruh Ruhani kita sudah masuk ke Kalimah Alloh, dan Ruh Sulthoni kita masuk kepada “HU” Nya Alloh, itu karena kita sudah di Talqin Dzikir .
وَتُجَاوِبُهُ أَرْوَاحُ الْمَشَايْخِ مِنَ الشَّيْخِ الْحَيِّ اِلٰى رَسُوْلِ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَمِ اِلٰى حَضْرَةِ اللهِ عَزَوَجَلَّى , 
dan ada sambung menyambung yang harmoni antara ruh para Syeikh yang sudah meninggal dengan Syekh yang masih hidup untuk sampai kepada Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa salam kemudian kepada kehadirat Alloh Subhanahu wa ta’ala.
Seperti Sabda Nabi Sholallohu ‘alaihi wa salam didalam kitab Mukhtar Al Hadid : “Hamba pilihan Alloh itu manakala melihat wajahnya menjadikan ingat kepada Alloh karena orang yang kita lihat orang senantiasa berdikir kepada Alloh, dan mendengar suaranya menambah ilmu karena ilmunya yang luar biasa melaut (lautan tanpa tepi) , melihatnya amalnya membuat kita semangat dengan amal karena amalnya yang luar biasa”.
  وَيَفِيْضُوْنَ أَنْوَاعَ الْأَسْرَارِ عَلَيْهِ وَ التَّجَلِّيَّاةِ وَ الْبَرَكَاةِ , وَ يَتَوَ جَّهُوْنَ اِلَيْهِ بِمُقْتَضَى نِيَّتِهِ وَ حُصُوْلِ مُرَادِهِ .
Para Syeikh yang sudah meninggal ini turut ‘mengucurkan’ berbagai rahasia kepada Syeikh yang masih hidup, juga tajali dan keberkahan. Para Syeikh ini menghadap kepada Alloh dengan niat yang bulat dan keyakinan yang kokoh bahwa maksud mereka akan mencapai.
فَالْمَشَايْخِ هُمُ الطَّرِيْقَةِ اِلىٰ اللهِ تَعَلىٰ , وَ الأَ دِلَّاءُ عَلَيْهِ , وَ الْبَابُ الَّذِي يَدْخُلُ مِنْهُ اْلَيْهِ .     
Jadi para Syeikh ini sesungguhnya Thoriqoh(jalan) menuju Alloh Subhanahu wa ta’ala, sekaligus petunjuk jalan menuju Alloh, serta pintu tempat masuk menuju Alloh.
Disampaikan oleh : KH. Dadang Muliawan, didalam acara manaqib di Pesantren Sirnarasa 10/04 2014 


Ditulis oleh : Surachman abdur rauf

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Robithoh

Robithoh Robithoh, dapat diartikan hubungan antara yang menghubungi dari yang dihubungi. Seperti hubungan :  antara anak dengan orang tuanya. Antara guru dengan muridnya. Antara mahasiswa dengan dosennya. Antara menantu dengan mertuanya. Antara pedagang eceran dengan agen besarnya. Antara santri dengan kiayinya. Antara saudara dengan saudaranya. Antara teman dengan temannya. Antara rakyat dengan pemimpinnya. Antara bawahan dengan atasannya. Antara upline dengan downline-nya. Antara kita ummat dengan Nabinya. Antara kita hamba dengan Alloh Subhanahu wa ta’ala . Adapun hubungan itu, ada hubungan langsung juga ada hubungan tidak langsung. Adapun Robithoh wajib itu, seperti ummat Islam melaksanakan sholat dengan menghadap kiblat. Kiblat itu penghubung antara orang yang Sholat dengan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Kalau tidak menghadap Kiblat, maka sholatnya tidak akan syah. Jadi untuk melakukan yang wajib maka wajib dengan Robithoh tersebut ( menghadap kilat ) . Itulah Sya

Tidak Ada Yang Kebetulan

DI DUNIA INI TIDAK ADA YANG KEBETULAN === Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala : “ Dan pada Alloh-lah kunci-kunci semua yang ghoib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata ( Lauh Mahfudz )" ( Surat Al-An'am : 59 ). Tiada sesuatu yang kebetulan. Karena Alloh telah menegaskan bahwa tidak ada satu pun yang terlepas dari kudrot, irodat, dan ilmu Alloh. Segalanya yang terjadi bahkan yang akan terjadi telah tercatat di lauh mahfudz. Ayat tsb diatas menegaskan bahwa segalanya ada dibawah kehendak & ilmu Alloh, Dan semuanya sudah tercatat di lauh mahfudz. Sering kita mendengar percakapan sehari-hari yang mengatakan, “ Kebetulan ketemu disini ”, “ Kebetulan ada yang memberi”, “K ebetulan sekali h

Pentingnya Berwasilah

Pentingnya Berwasilah Oleh : Renandhi Wira Fitra, S.H.I. Ikhwan TQN PPS dari Kota Depok. Setiap diri yang memiliki niat dan cita cita untuk sampai(Wushul) kepada Alloh sudah PASTI akan membutuhkan WASILAH ( perantara). Hal ini sebagaimana firman Alloh Swt : “ Hai orang orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Alloh dan carilah wasilah dalam mencapai ketaqwaan itu ....” ( QS. Al-Maidah : 35 ) Dalam ayat tersebut kalimat wabtaghu menggunakan fi’il amar/kata perintah yang menandakan khitab /seruan bagi orang beriman bahwa mencari wasilah itu adalah kewajiban...kenapa wajib ? karena memang manusia membutuhkannya..! Jadi dengan adanya wasilah bagi setiap hamba itu adalah mutlaq suatu KEBUTUHAN, selain berdasarkan dari dalil ayat tersebut juga berdasarkan kepada tabiat manusia yang selalu membutuhkan bantuan dalam medapatkan sesuatu, sehingga menolak adanya wasilah maka itu bertentangan dengan Hukum Alloh dan fitrah manusia itu sendiri. Wasilah adalah perantara yang