Keaneka Ragaman Ikhwan
Beraneka ragamnya cara murid
untuk berkhidmat kepada Syekh Mursyidnya. Diantara kita sesama ikhwan pun
bermacam-macam, serta beraneka ragam cara berkhidmatnya.
Ini sesuai dengan firman Alloh Subhanahu wa ta’ala Surat Al Lail ayat 4 – 10 :
Ini sesuai dengan firman Alloh Subhanahu wa ta’ala Surat Al Lail ayat 4 – 10 :
إِنَّ
سَعْيَكُمْ لَشَتَّىٰ فَأَمَّا مَنْ أَعْطَىٰ وَاتَّقَىٰ وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَىٰ
فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَىٰ
وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَىٰ وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَىٰ فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَىٰ
وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَىٰ وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَىٰ فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَىٰ
Dalam
penjelasannya tentang Firman Alloh Subhanahu wa ta’ala Surat Al
Lail
ayat 4 sampai dengan ayat 10. KH. Muhammad Sholeh Mukhtar
Hujjatul’Arifin Ra, menerangkan didalam khidmat ilmiahnya :
Firman Alloh Subhanahu wa ta’ala
Surat Al Lail ayat 4 :
إِنَّ
سَعْيَكُمْ لَشَتَّىٰ
Inna sa’yakum lasyat ta
“Sesungguhnya usaha ( cara berkhidmat ) kamu memang berbeda-beda ( beraneka ragam ).
Inna sa’yakum lasyat ta
“Sesungguhnya usaha ( cara berkhidmat ) kamu memang berbeda-beda ( beraneka ragam ).
Memang Sungguh khidmatnya bagi setiap
ikhwan ( murid-murid ) itu berbeda-beda dan bermacam-macam ragamnya, serta
punya caranya tersendiri untuk bisa mengkhidmatkan dirinya kepada Guru
Mursyidnya. Mulai dari para wakil talqinnya saja, mereka dari beraneka ragam
dan latar belakang yang berbeda-beda, diantara mereka punya cara berkhidmatnya
tersendiri untuk mengkhidmatkan dirinya kepada Guru Mursyidnya. Begitu juga
para mubaligh-mubalighnya yang dari beraneka ragam dari setiap mubaligh
juga mempunyai cara khidmat tersendiri dari kalangan mereka masing-masing. Begitu
juga dari Para Ikhwan yang dari beraneka ragam, mereka semua para murid mempunyai
caranya sendiri-sendiri untuk mengkhidmatkan
dirinya kepada Guru Mursyidnya.
Seperti juga dikaitkan dengan
surat Az Zalzalah ayat 6:
يَوْمَئِذٍ
يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتًا لِيُرَوْا أَعْمَالَهُمْ
yauma idziy yash durun naasu asytatan, liyuu rou a’maalahum.
“pada hari itu manusia ke luar dari dalam Keadaan bermacam-macam( beraneka ragam ), supaya diperlihatkan kepada mereka ( balasan ) pekerjaan mereka”.
yauma idziy yash durun naasu asytatan, liyuu rou a’maalahum.
“pada hari itu manusia ke luar dari dalam Keadaan bermacam-macam( beraneka ragam ), supaya diperlihatkan kepada mereka ( balasan ) pekerjaan mereka”.
Apa saja macam ragamnya ? Yaitu
yang diterangkan didalam ayat selanjutnya :
Firman Alloh Subhanahu wa ta’ala
Surat Al Lail ayat 5 :
فَأَمَّا مَنْ
أَعْطَىٰ وَاتَّقَىٰ
fa amma man a’tho wattaqoo,
“Ada orang yang memberikan ( hartanya di jalan Allah ) dan Bertakwa”,
fa amma man a’tho wattaqoo,
“Ada orang yang memberikan ( hartanya di jalan Allah ) dan Bertakwa”,
Dalam makna
sesungguhnya orang yang memberi itu dapat dipahami banyak hal. Ada yang memberi
dengan hartanya. Memberi harta juga nilainya berbeda-beda dari orang yang kaya,
orang yang sederhana, orang yang miskin, semuanya juga ingin memberi. Begitu
juga memberi dapat dipahami dengan berkhidmat dengan perbuatannya ( amaliah/pekerjaannya
). Dapat juga memberi itu dengan ilmu. Yang paling pokok pada diri kita
memberikan pada diri kita dengan meyakini Beliau( Abah Aos ) itu sebagai “Wali
Mursyid”, dengan memberikan seperti ini maka akan mendatangkan manfaat pada
diri kita.
Jika kita
hanya meyakini Abah Aos hanya sebagai kiayi biasa atau bahkan meyakini Abah Aos
hanya sebagai ( tempat konsultan/para normal ) dengan hanya mendatangi Abah Aos
jika ada keperluan saja, jika sudah tidak ada perlunya lagi tidak mau
mendatanginya sama sekali, jika keadaannya seperti itu yaaa.....hanya sebatas itu
saja yang didapat.
Apalagi kepada
orang yang tidak suka( benci ) dengan Abah Aos, bahkan Beliau dijadikan
musuhnya maka jika demikian sangat berbahaya untuknya, Karena dengan Firman
Alloh didalam Hadits Qudsi :
“Siapa yang memusuhi wali-Ku
maka Aku siap berperang dengan nya”.
Itulah
yang mereka dapat dan sangat berat resikonya.
Dan Itu semua disebut “Memberikan’’ juga namanya, dengan
perpendapat kepada Syeikh Mursyid.
Kalimat
selanjutnya ( wattaqoo yaitu
ketaqwaan ) dalam ayat ini ketaqwaan yang dimaksud adalah ketaqwaan Sayyidina
Abu Bakar As Sidiq yaitu Sahabat Rosul. Dan ketaqwaan dari sahabat Abah Aos
juga ada yang seperti ketaqwaan Sayyidina Abu Bakar As Sidiq, ada juga yang
ketaqwaannya seperti Sayyidina Umar, ada juga yang ketaqwaannya seperti
Sayyidina Utsman dan ada juga yang ketaqwaannya seperti Sayyidina Ali, bahkan
ada yang ketaqwaannya seperti para Sahabat-Sahabat yang lainnya. Semua
ketaqwaan Para Sahabat-Sahabat Rosul sholallohu’alaihi wa salam, ada juga
pada Para Sahabat-Sahabat Syeikh Mursyid.
Jadi
ketaqwaannya juga beraneka ragam. Malah ada yang hanya bisa mengamalkan dzikir jaharnya saja,
amaliyyah yang lainnya tidak mau mengamalkan. Juga ada yang hanya mengamalkan
dzikir khofinya saja. Ada yang semangat bahkan rajin dzikirnya hanya pada saat
beramai-ramai saja. Bahkan ada yang hanya mengamalkan dzikir sendirian saja
tidak mau berjama’ah. Ada juga yang sudah ditalqin dzikir tetapi hanya mau untuk
mengamalkan dzikir jahar dan dzikir khofinya saja, tidak mau mengamalkan
khotaman, sholat-sholat sunnah serta amaliyyah yang lainnya. Bahkan ada juga ada yang
sudah di talqin dzikir tidak tidak mau mengamalkan apa-apa, dengan
alasan sudah yakin dengan hati sudah diangggap cukup.
Ikhwan yang
baik itu agar bisa mengamalkan semua amaliyyah yang sudah diberikan Guru
Mursyidnya. Baik itu dzikir jaharnya, dzikir khofinya, khotamannya,
manaqibannya, dan sholat-sholat sunnahnya diamalkan, serta menerapkan Tanbih dalam
kehidupan keseharinnya, inilah yang paling bagus .
Penjelasan ayat selanjutnya,
Firman Alloh Subhanahu wa ta’ala
Surat Al Lail ayat 6 :
وَصَدَّقَ
بِالْحُسْنَى
wa shoddaqo bil husna,
“Dan membenarkan adanya yang baik”,
wa shoddaqo bil husna,
“Dan membenarkan adanya yang baik”,
Membenarkan dengan kebaikkan
itu khususnya membenarkan kalimat “Laa ilaha illalloh”.
Sungguh yang membenarkan ini pun bermacam-macam( beraneka ragam ). Ada yang hanya sekedar hanya mengucapkannya saja, tetapi kalau hanya bisa mengucapkan dibibir saja orang kafir juga bisa, jika tidak ditalqin kalimat ini hanya sampai dibibir saja tidak sampai ke qolbu. Dan orang yang dengan Syeikh Mursyid juga ada yang seperti ini( tidak mau di talqin ). Jika seperti ini keadaannya bahayanya lebih banyak daripada manfaatnya. Diibaratkan tidak mengambil sesuatu kepada sumbernya, Jika pesawat tidak mendarat pada tempatnya itu akan membahayakannya, bahkan akhirnya menyusahkan. Makanya Abah Anom tidak ada pendaratan darurat karena sebelum Abah Anom pergi ke Alam Baqo Beliau( Abah Anom ) sudah mempersiapkan penggantinya.
Sungguh yang membenarkan ini pun bermacam-macam( beraneka ragam ). Ada yang hanya sekedar hanya mengucapkannya saja, tetapi kalau hanya bisa mengucapkan dibibir saja orang kafir juga bisa, jika tidak ditalqin kalimat ini hanya sampai dibibir saja tidak sampai ke qolbu. Dan orang yang dengan Syeikh Mursyid juga ada yang seperti ini( tidak mau di talqin ). Jika seperti ini keadaannya bahayanya lebih banyak daripada manfaatnya. Diibaratkan tidak mengambil sesuatu kepada sumbernya, Jika pesawat tidak mendarat pada tempatnya itu akan membahayakannya, bahkan akhirnya menyusahkan. Makanya Abah Anom tidak ada pendaratan darurat karena sebelum Abah Anom pergi ke Alam Baqo Beliau( Abah Anom ) sudah mempersiapkan penggantinya.
Inilah orang menerima kalimat ini
bermacam-macam. Makanya kita harus yakin karena kalau sudah yakin tidak akan
bergeser.
Dalam penjelasan ayat
selanjutnya, Firman Alloh Subhanahu wa ta’ala Surat Al Lail ayat 7 :
فَسَنُيَسِّرُهُ
لِلْيُسْرَىٰ
fa sanu yassiru hu lil yusro,
“Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah”
fa sanu yassiru hu lil yusro,
“Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah”
Maknanya dengan meyakini
kalimat “Laa ilaa ha illalloh” akan mendapat kemudahan.
Dan ayat selanjutnya, Firman
Alloh Subhanahu wa ta’ala Surat Al Lail ayat 8 :
وَأَمَّا مَنْ
بَخِلَ وَاسْتَغْنَىٰ
wa amma man bakhila was tagh na,
“Dan Adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup”
wa amma man bakhila was tagh na,
“Dan Adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup”
Dan
sebaliknya yang tidak percaya akan kalimat “Laa ilaa ha illalloh”
yang mempunyai sifat kikir yang tidak mau memberi dengan berbagai alasan, dan
merasa cukup ( tidak butuh lagi dengan bimbingan Syeikh Mursyid, tidak butuh
lagi dengan dzikir, tidak butuh lagi dengan khotaman, tidak butuh lagi
manaqiban ) merasa dirinya sudah benar, sampai berpendapat tidak butuh lagi
untuk belajar thoriiqoh. Padahal walaupun dia sudah pintar dan kaya raya tetap
saja butuh bimbingan Syeikh Mursyid, butuh dekat kepada Alloh, apalagi yang
lemah ( lemah taqwanya , bodoh pengetahuannya dan lagi miskin ). Yang ibadahnya
lemah, apalagi sudah lemah dan ketika diajak berperang takut untuk berperang. Jika
sudah seperti itu maka dzikirlah yang banyak saja untuk nya, seperti yang
dijelaskan didalam hadits Rosul Sholallohu ‘alaihi wa sallam.
Jadi kita
tidak boleh merasa cukup karena kita masih banyak kekurangannya , seperti
sebuah pepetah : “Diatas yang pintar ada yang lebih pintar”. Atau “diatas
langit masih ada langit”.
Seorang yang
‘alim itu seperti tanah yang tidak pernah puas dengan air, semakin tersiram
dengan ilmu malah akan semakin haus dengan ilmu. Walaupun sudah ‘alim tetapi
masih terus belajar ilmu, karena ilmu Alloh itu sangatlah banyak, tidak menolak
mendengarkan ilmu walaupun ilmu tersebut sudah dia kuasai. Seperti Guru kita
Abah Aos ketika ada khidmah ilmiah didalam acara manaqib, Beliau selalu
memperhatikan dan mendengarkan dengan khidmat, kajian ilmiah yang sedang
disampaikan. Itulah tanda-tanda orang yang baik tidak terhijab karena ilmunya
walaupun kita tahu Abah Aos sudah menguasai banyak ilmu, dan walaupun Beliaupun
sudah mengetahui ilmu yang sedang disampaikan.
Dan penjelasan ayat
selanjutnya, Firman Alloh Subhanahu wa ta’ala Surat Al Lail ayat 9 :
وَكَذَّبَ
بِالْحُسْنَىٰ
wa kazza ba bil husna,
“Serta mendustakan pahala yang baik”
wa kazza ba bil husna,
“Serta mendustakan pahala yang baik”
Ini orang yang mendustakan “Laa ilaa ha illalloh”, orang yang mendustakan ahli “Laa ilaa ha illalloh”, ini disebut dengan Mujrimun( munafiq ).
Mujrim itu kalau kata orang betawi
mengatakan dengan
istilah lampendos – laki-laki penuh dosa.
Dikaitkan
dengan surat Yasin
ayat 58 dan 59 :
سَلَامٌ قَوْلًا مِنْ رَبٍّ رَحِيمٍ
Salaamun – Qoulan Min Robbin Rohiim
“( Kepada mereka dikatakan ): "Salam", sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang”
Salaamun – Qoulan Min Robbin Rohiim
“( Kepada mereka dikatakan ): "Salam", sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang”
وَامْتَازُوا الْيَوْمَ أَيُّهَا الْمُجْرِمُونَ
Wam tazul yauma ajruhal mujrimun.
“Dan ( dikatakan kepada orang-orang ingkar ) : "Berpisahlah kamu ( dari orang-orang mukmin ) pada hari ini, hai orang-orang yang berbuat mujrim.
Wam tazul yauma ajruhal mujrimun.
“Dan ( dikatakan kepada orang-orang ingkar ) : "Berpisahlah kamu ( dari orang-orang mukmin ) pada hari ini, hai orang-orang yang berbuat mujrim.
Damai –damai dari
Alloh yang Maha Penyayang untuk orang yang menerima “Laa
ilaa ha illalloh” baik secara
lisan dan secara qolbu dan berpisahlah wahai orang-orang pendosa. Maksudnya
orang ahli “Laa ilaa ha illalloh” akan berbeda dengan mereka mujrim ( orang-orang
pendosa ).
Maka pantaslah orang yang menerima Mursyid dengan
orang
tidak menerima itu jelas berbeda, walaupun tadinya bersama.
Dan dalam ayat
58-59 dari surat yasin itu biasa dibaca oleh ikhwan pada sholat ashar pada
roka’at yang kedua. Itu lah pemberian dari Abah Anom dan Abah Aos, itu tidak
sekedar memberi tetapi itu semua ada maknanya. Jadi seorang ahli “Laa ilaa ha
illalloh” pasti ada
pembeda dengan orang mujrim.
Sudah bakhil,
ibadahnya lemah, dzikirnya malas, apalagi dengan ahli dzikirnya malah dibenci,
makanya inilah yang disebut,
Firman Alloh
Subhanahu wa ta’ala Surat Al Lail ayat 10 :
فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَىٰ
fa sa nu yassiru hu lil ‘usro
fa sa nu yassiru hu lil ‘usro
“Maka kelak Kami akan menyiapkan( mudahkan ) baginya ( jalan ) yang sukar( kesulitan ).
Itulah mereka yang mendapatkan mudah
untuk mendapat kesulitan,( mudah mendapat kesulitan) itulah mendapat kesulitan
yang berlipat-lipat.
Alhamdulillah, syukur dengan
sepenuh langit dan bumi, dari kelompok manusia yang dipilih Alloh kita
sudah dipilihkan, dan menjadi pilihan Alloh, menjadi pilihan Rosul, pilihan
Guru untuk ikut mendampingi Guru kita inilah yang disebutkan didalam surat Az Zalzalah
ayat 7 :
فَمَنْ
يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan
seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya”.
Sekecil apapun Semua yang kita
amalkan pasti akan diperlihatkan, diduniapun sudah dapat, inilah khoir. “Laa
ilaha illalloh” itu khoir, satu
dzikir itu satu khoir, satu dzikir dari yang sudah di talqinkan oleh syeikh
mursyid perbandingannya bukan lagi 1:10, bukan juga 1:100, bukan juga 1:10.000,
tapi disebutkan didalam kitab bahkan sampai 1:1000000000000(nol nya sampai 24),
itulah yang diterangkan didalam kitab. Juga diterangkan orang yang sudah
dibimbing dzikir akan diberi cahaya bahkan murid yang paling buruk sekalipun
akan diberi cahaya yang cahayanya itu jika diberikan cahaya langit dan bumi
masih terlalu terang untuknya. Itulah dzikir yang sudah ditanamkam oleh syeikh
mursyid tentunya akan berbeda dengan dzikir yang belum ditanamkan. Walapun kita
tidak didapat didunia itu akan kita dapat diakhirat, karena yang diturunkan
didunia hanya 1% sedangkan yang 99% akan diturunkan di akhirat kelak.
didalam surat Az Zalzalah ayat
8 :
وَمَنْ
يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
“dan Barangsiapa
yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat
(balasan)nya pula”.
Dan begitu juga sebaliknya
orang yang memperlihatkan keburukan akan diperlihatkan juga, orang yang tidak
suka dengan “Laa ilaha illalloh” dan orang yang tidak suka dengan
Ahli “Laa ilaha illalloh” akan diperlihatkan juga keburukannya.
Inlah yang dimaksud ASYTAATAA (
beraneka- ragam ).
000
Khidmat Ilmiah : KH. Muhammad Sholeh Mukhtar Hujjatul’Arifin Ra,
( manaqib di Madrosah TQN PPS Bahjatul Asror, Tanjung Mas Raya Estate Jakarta Selatan. pada maret 2014 )
( manaqib di Madrosah TQN PPS Bahjatul Asror, Tanjung Mas Raya Estate Jakarta Selatan. pada maret 2014 )
Ditulis oleh : surachman abdur
rauf al hijaz
000
000
Media Informasi & Dakwah Para Penyambut Pecinta Kesucian Jiwa.
Media Informasi & Dakwah Para Penyambut Pecinta Kesucian Jiwa.
Thoriiqoh Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah PP Suryalaya Membangun Peradaban Dunia
Komentar
Posting Komentar