MAKNA SUNNAH dan MAKNA FARDLU
Khidmat Ilmiah : KH.
Muhammad Sholeh Mukhtar Hujjatul ’Arifin Ra ( Abah Sholeh )
( Manaqiban di jalan Tanjung Jakarta, Juni 2014 )
( Manaqiban di jalan Tanjung Jakarta, Juni 2014 )
Ketika salah seorang dari murid Syekh Abu Yazid Busthomi ra yang menanyakan
Makna Sunnah dan makna Fardlu kepada Abi Yazid. Lalu Abi Yazid pun menjelaskan
:
“Sunnah itu adalah meninggalkan dunia ( dengan hati
)”
Apa yang dimaksud “meninggalkan dunia itu dengan hatinya” ?, yaitu hatinya
tidak condong mencintai dunia. Walaupun tanggannya didunia, dengan mempunyai
harta banyak berlimpah ruah, tetapi semuanya itu tidak sampai membuat kecintaan
kepada dunia ke dalam hatinya. Dunia itu hanya sampai ditangannya saja tidak
sampai kedalam hati. Semua itu dapat diartikan : “Jika dunia hanya sampai
ditangan saja, akan mudah untuk bersedekah, akan tetapi jika dunia sampai masuk
ke hati akan sulit untuk bersedekah karena hatinya sudah mencintai dunia”.
Inilah maknanya Zuhud dan inilah Makna Sunnah. Abu Yazid menjelaskan semua
Sunnah Rosul sholallohu ‘alaihi wa sallam itu semua menerangkan tentang
ini. Abu Yazid menerangkan inipun semua keterangannya
didapat dari Hadits Rosul. Dan Makna Sunnah Rosul ( Zuhud ) itu juga bukan
berarti harus tidak punya harta.
Seperti didalam kuliah shubuhnya Abah Anom menyampaikan dan menerangkan ayat
tentang zuhud :
(Surat Al Munafiqun ayat 9) : “Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Alloh. Barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi.
( Waktu Abah Anom membacakan ayat tersebut didalam kuliah shubuhnya di Masjid Nurur Asror, semua jama’ah yang hadir pada waktu itu menangis mendengarkan ayat tersebut yang dibacakan oleh Abah Anom, peristiwa itu sekitar tahun 1995 ).
(Surat Al Munafiqun ayat 9) : “Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Alloh. Barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi.
( Waktu Abah Anom membacakan ayat tersebut didalam kuliah shubuhnya di Masjid Nurur Asror, semua jama’ah yang hadir pada waktu itu menangis mendengarkan ayat tersebut yang dibacakan oleh Abah Anom, peristiwa itu sekitar tahun 1995 ).
Maksud dari Abah Anom menjelaskan ayat tersebut adalah : “kita
dipersilahkan untuk mempunyai harta yang banyak dan anak-anak tetapi jangan
lupa untuk dzikir yang banyak ( ingat selalu kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala )“
inilah makna zuhud. Jadi kesimpulannya
zuhud itu bukan tidak punya apa-apa.
Jadi untuk kita yang sedang berthoriiqoh ( mengamalkan thoriqoh ). Bagi yang sedang berkerja tetap bekerja dengan
pekerjaannya, yang sedang berbisnis tetap berbisnis dengan bisnisnya, yang
sedang berdagang tetap berdagang dengan
dagangannya. Karena dunianya itu tidak menghalangi untuk berbuat amal akhiratnya.
Ini juga yang diungkapkan oleh Syeikh Syaqiq Al Balkhi : “Orang yang
terbaik diantara kamu adalah yang dunianya tidak menyibukkan dia untuk berbuat
akhirat”. Maksudnya dunia kamu tidak menghalangi untuk berbuat ibadah,
seperti kita sedang bekerja tetapi hatinya tetap berdzikir kepada Alloh ( dzikir
khofi ) jadi sedang apapun aktifitasnya hatinya tidak lupa kepada Alloh ( karena
sudah ada dzikir khofinya ).
Orang yang sudah menjadi Khiar( yang pilihan ) dimana saja akan
tetap berdzikir kepada Alloh.
Memang ketika hadir ditempat-tampat manaqib kita akan lebih mudah untuk berdzikir karena banyak yang mengingatkan kita untuk berdzikir tetapi walau begitu diluar tempat-tempat manaqib pun, walaupun ditempat yang banyak ujiannya, seperti sedang di pasar, sedang terminal atau ditempat hiburan bahkan ditempat yang penuh dengan maksiat, hati harus tetap berdzikir. Inilah yang disebut Kholwat Bil Jalwat ( kholwat ditempat yang ramai ) hati tidak disibukkan dengan urusan dunia.
Memang ketika hadir ditempat-tampat manaqib kita akan lebih mudah untuk berdzikir karena banyak yang mengingatkan kita untuk berdzikir tetapi walau begitu diluar tempat-tempat manaqib pun, walaupun ditempat yang banyak ujiannya, seperti sedang di pasar, sedang terminal atau ditempat hiburan bahkan ditempat yang penuh dengan maksiat, hati harus tetap berdzikir. Inilah yang disebut Kholwat Bil Jalwat ( kholwat ditempat yang ramai ) hati tidak disibukkan dengan urusan dunia.
Inilah kita belajar kepada Syeikh Mursyid karena hanya Syeikh Mursyid yang
dapat melakukan itu semua dan kita ikut dengan Syeikh Mursyid. Dengan kita yang
ikut Syeikh Mursyid kita akan dapat melakukan itu walaupun dari tahapannya yang
berbeda tetapi pada suatu saat kita akan dapat sempurna. Jadi dimana saja berada
karena sudah ada ininya ( maksudnya: sudah ada Dzikir Khofinya ). Jadi kapanpun
dan dimanapun akan tetap sama akan selalu ingat kepada Alloh.
Jadi Syeikh Syaqiq Al Balkhi
mengungkapkan : “Manusia yang paling khiar ( yang pilihan ) dimana saja
berada tidak menghalangi dia untuk beribadah kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala”.
Sesuai dengan Sabda Nabi Sholallohu ‘alaihi wa
sallam :
خِيَا رُكُمْ مَنْ ذَكَرَكُمْ بِا للهِ رُؤْ يَتُهُ وَزَا دَ فِي عِلْمِكُمْ مَنْطِقُهُ وَرَ غَبَكُمْ فِي اْلاَخِرَةِ عَمَلهُ
{ رواه الهاكم عن ابن عمر, صحح }
خِيَا رُكُمْ مَنْ ذَكَرَكُمْ بِا للهِ رُؤْ يَتُهُ وَزَا دَ فِي عِلْمِكُمْ مَنْطِقُهُ وَرَ غَبَكُمْ فِي اْلاَخِرَةِ عَمَلهُ
{ رواه الهاكم عن ابن عمر, صحح }
“Manusia yang terbaik adalah
yang apabila kamu melihatnya semakin bertambah dzikir kamu, jika berbicara
pembicaraannya bertambah ilmu. Amalnya membuat kita senang berbuat amal akhirat”.
Inilah ciri orang Khiar( yang pilihan ). Yang dapat melakukan semua
itu hanya Syeikh Mursyid.
Apabila seseorang bertakarub ( mendekatkan diri kepada Ku ) dengan Sunnah (
meninggalkan dunia dengan hati ), maka dia menjadi orang yang Aku cintai, dan
Aku menjadi pendengarannya, Aku menjadi penglihatannya, Aku menjadi tangannya,
dan Aku menjadi kakinya yang dengannya berjalan, dan inilah orang yang bersama Alloh.
Yang dimaksud dengan bersama Alloh, jika kita ilustrasikan jika kita sedang
bersama bapak Camat maka yang sebut dan dilihat oleh semuanya itu hanya bapak
Camatnya. Ketika kita bersama bapak Bupati maka yang disebut dan dilihat hanya bapak
Bupatinya. Ketika kita besama bapak Presiden maka yang disebut dan lihat hanya
bapak Presidennya, Maka jika Jika kita sedang bersama Alloh maka yang ada hanya
Alloh.
Makanya program Shuhbah yang diikuti para wakil talqin dan para
ikhwan itu, supaya kita terbawa oleh Syeikh Mursyid. Jika para ikhwan sedang
bersama Abah Aos maka akan terbawa oleh Beliau bersama Alloh.
Inilah yang disebut Faridlo ( makna Faridlo adalah bersahabat
dengan Alloh ) kita tidak bisa langsung bersama Alloh makanya kita dekat dengan
orang yang bersama Alloh.
“Jadilah kamu selalu bersama Alloh, jika kamu belum bisa makalah kamu
bersama orang yang bersama Alloh, maka Beliau akan mengantarkan kamu kepada
Alloh”
Seperti doa Nabi ketika akan pergi haji : “Yaa Alloh, Engkaulah yang
menjadi Sahabat di dalam perjalanan”.
Dalam maknanya oleh para ahli dzikir memaknai bahwa hadits ini adalah orang
yang bersama Alloh, dia lah orang yang selalu berdzikir kepada Alloh dia lah
orang yang bersama Alloh.
“Aku akan selalu bersama hamba Ku, jika hamba Ku selalu ingat kepada KU”
Untuk selalu ingat kepada Alloh itu tidak bisa dengan tersendirinya maka harus
dilatih dengan orang yang ingat kepada Alloh ( yang selalu bersama Alloh ).
Maka kita niatkan untuk selalu bersama Syeikh Mursyid dan bersabar
dengannya karena tidaklah sampai kepada Alloh kecuali orang yang bersabar
kebersamaannya dengan beserta orang yang telah sampai kepada Nya, dan tidaklah
bahagia orang telah mendapat kebahagiaan kecuali sabar bersama dengan orang
yang telah bahagia.
Seperti didalam surat Al Kahfi ayat 28 :
Seperti didalam surat Al Kahfi ayat 28 :
“dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru
Tuhannya( dengan orang yang selalu beribadah kepada Alloh ) di pagi dan petang(
senja ) hari dengan mengharap keridloan-Nya; dan janganlah kedua matamu
berpaling dari mereka ( karena ) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan
janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat
Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”.
Makna beribadah kepada Alloh dipagi dan petang hari dengan ikhlas yaitu yang
setiap waktu akan selalu bersama Alloh. kita akan menjadi ikhlas jika kita
selalu bersama dengan orang yang ikhlas dan salah satu ciri ikhlas adalah tidak
berubah baik dia itu dipuji ataupun dicela.
Inilah makna Faridlo maka hukumnya bersama Syeikh Mursyid itu wajib.
didalam kitab Tanwirul qulub : “Belajar dzikir bersama Syekh Mursyid itu hukumnya wajib ( fardlu’ain )”.
didalam kitab Tanwirul qulub : “Belajar dzikir bersama Syekh Mursyid itu hukumnya wajib ( fardlu’ain )”.
Didalam kitab iqodul imam : “Belajar dzikir hukumnya fardlu ‘ain karena
setiap orang tidak ada yang sunyi dari penyakit hati kecuali para Nabi Sholallhu
‘alaihi wa sallam”.
Karena yang dimaksud belajar tashowwuf itu membersihkan hati. Jika
kita hanya membaca buku-buku ilmu tasawwuf itu hanya tahu teori ilmu tasawwuf
belum mengamalkan tashowwuf. Begitu kita belajar kepada Syeikh Mursyid dibimbingkan
dzikir maka hati yang berdzikir itulah makna tashowwuf yang sebenarnya.
Maka belajar dzikir kepada Syeikh Mursyid itu hukumnya fardlu ‘Ain. Arti fardlu
‘ain wajib bagi setiap individu baik dia itu laki-laki perempuan walaupun budak
sahaya itu wajib hukumnya.
Didalam kitab miftahus shudur : “orang yang tidak menjadikan pada
dirinya ada seorang pembimbing adalah orang yang maksiat kepada Alloh dan
Rosulnya, karena tidak tahu bagaimana cara mengobati sifat-sifat tercela
didalam dirinya”
Ingin menghilangkan penyakit hati maka dzikirnya dzikir hati ( dzikir khofi
), tidak atau belum cukup dengan dzikir jahar saja.
Shuhbah Tul Maula adalah hukumnya wajib. Kita tidak bisa Shuhbah Tul Maula
dengan baik kecuali dengan Syekh Mursyid, kita ber-Shuhbah kepada Syeikh
Mursyid adalah menjadi pendahulu ( pengantar ) untuk kita bisa bershuhbah( bersahabat
) dengan Alloh.
Inilah Abi Yazid mengatakan kalau yang dua ini yaitu Sunnah dan Fardlu jika
sudah dilakukan inilah yang disebut Kamil ( Insan Kamil).
000
000
000
Komentar
Posting Komentar