Langsung ke konten utama

Dicintai guru


Agar Dicintai Guru

Berbagai cara diantara kita para murid untuk berebut perhatian guru dan agar dapat dicintai guru.
Kita telah diajarkan, didalam mengamalkan aktifitas ibadah apapun bentuk ibadahnya itu, kita sebagai ikhwan TQN Suryalaya Sirnarasa agar disertai Adab Lahir dan Adab Bathin. Harus benar-benar ikhlas dalam niat beribadah kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala dengan tanpa pamrih. Tidak mengharap sesuatu apapun, baik mengharap pamrih urusan akhirat apalagi mengharap pamrih dalam urusan dunia.
Itulah kita sudah diajarkan oleh Guru kita dalam sebuah doa yang selalu diikrarkan oleh kita sebelum melaksanakan berbagai aktifitas ibadah, yaitu :
إِلٰهِيْ أَنْتَ مَقْصُوْدِىْ وَرِضَاكَ مَطْلُوْبِيْ أَعْطِنِيْ وَ مَحَبَّتَكَ وَ مَعْرِفَتَكَ
“Tuhanku, hanya Engkaulah tujuanku dan hanya Ridlo-Mu yang kami cari, berilah kami kemampuan untuk mencintai(mahabbah) serta mengenal(ma’rifat) kepada-Mu, Yaa Alloh”
Selain doa yang selalu diikrarkan tersebut, masalah yang paling terpenting bagi kita adalah mengikuti sunnah-sunnah Syeikh Mursyidnya. Sunnah Guru adalah berbagai amaliyah anjuran yang sebaiknya dikerjakan atau yang sebaiknya untuk ditinggalkan olehnya. Intinya ikut perintah guru dan menjauhi yang dilarang olehnya.
Dengan menjalankan amaliyah sunnah-sunnah guru inilah, para murid secara otomatis telah mengaitkan hatinya kepada Gurunya, dan merasa seolah-olah berada dihadapan Gurunya.
Inilah merupakan salah satu sarana kedekatan murid kepada Guru yang sangat penting. Dengan menjalankan sunnah-sunnahnya kapan dan dimana ada kesempatan, akan meningkatkan kedekatan kita sebagai murid dengan Guru kita. Kebaikkan dari kepatuhan kita mencontoh hal-hal yang dikerjakan oleh Syeikh Mursyid, selain merupakan bentuk peng-Khidmat-an kita terhadap Guru kita juga merupakan media untuk meng-Ingat Alloh Subhanahu Wa Ta’ala.
Ingat utusan-Nya tentu ingat kepada Yang Mengutus-Nya.
Dengan kata lain menjalankan sunnah-sunnahnya sudah mengandung Dzikrulloh.
Dengan diamalkan sunnah-sunnah Syeikh Mursyid merupakan jembatan emas yang menyebrangkan murid kepada pantai perbaikkan, peningkatan, dan penyempurnaan ibadah kita kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala.
Bisa diibaratkan sebagai kendaraan yang menerbangkan serta membawa para murid kepada tingkatan Iman dan Taqwa yang lebih tinggi serta memperbaiki dan menyempurnakan akhlaq ul karimah.
Kepatuhan murid menjalankan semua amaliyah Gurunya termasuk sarana bathiniah yang sangat penting dalam mewujudkan pribadi yang tentram, makmur, bahagia lahir dan bathin didunia dan akhiratnya yang di Ridloi Alloh Subhanahu Wa Ta’ala.
Dengan ini akan datang berbagai berkah yang memberi manfaat luas kepada dirinya juga kepada segenap lingkungan masyarakat sekitarnya.
Dengan melaksanakan sunnah-sunnah Syeikh Mursyid telah dipastikan murid akan senantiasa dengannya. Hubungan tersebut yakni merasa seperti seolah-olah berada dihadapan Gurunya didalam berbagai keadaan yang memberi pengaruh terhadap berbaikkan akhlak.
Murid yang seperti ini tidak akan berani berbuat yang macam-macam karena merasa diperhatikan oleh Guruny. Murid yang selalu patuh terhadap Gurunya tidak akan berani melakukan perbuatan yang dilarang oleh Agama dan Negara. Tidak akan berani melanggar larangan-larangan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala dan Rosul-Nya.
Murid yang selalu patuh terhadap Gurunya, dia tidak akan berani melakukan perbuatan yang merugikan, baik merugikan dirinya sendiri lebih-lebih merugikan orang lain. Murid yang seperti ini senantiasa berhati-hati dalam segala hal menjaga tingkah lakunya, takut kalau-kalau prilakunya tidak diridloi Alloh Subhanahu Wa Ta’ala dan Rosul-Nya.
Kondisi bathiniyah seperti inilah yang akan mendapat pancaran Nur dari Syeikh Mursyid.
Semakin kuat dan semakin dalam tingkat amaliyahnya akan semakin bertambah pula Nur Syeikh Mursyidnya yang menyinari hati dan menembus budi pekerti sehingga melahirkan akhlaq ul karimah.
Dengan secara otomatis sang murid ber-budi pekerti seperti yang telah Rosululloh Sholallohu Alaihi Wa sallam ajarkan.
Dengan senantiasa patuh kepada Syeikh Mursyid, murid dapat menempati haqiqot ul mutaba’ah yaitu hakikatnya mengikuti dengan sempurna-sempurnanya.
Mengikuti dalam arti seluas-luasnya dan selengkap-lengkapnya.
Mengikuti tingkah laku orang yang diikuti kemudian meniru akhlaknya, meniru perangainya, meniru cara-cara berbuat dan bertindak, melakukan apa-apa yang disukainya, manjauhi apa-apa yang tidak disukainya lebih-lebih yang dilarang oleh Gurunya.
Keadaan seperti ini tidak berbeda dengan keadaan orang yang sedang dimabuk cinta(mahabbah) yang mendalam. Kemanapun dimanapun ia berada selalu ingat orang yang dicintainya. Sampai-sampai ucapannya, tingkah lakunya dan gerak-geriknya, selalu meniru ucapan, tingkah laku dan gerak gerik orang yang dicintainya.  Selau terbayang atau teringat kapada orang yang dicintainya.
Seorang ulama berkata :
حَقِيْقَةُ الْمَحَبَّةِ اَنْ تُحِبَّ كُلَّكَ لِمَنْ اَحْبَبْتَهُ حَتّٰى لَا يَبْقٰى لَكَ مِنْكَ شَيْءٌ
“Hakikat cinta adalah sekiranya engkau meleburkan seluruh dirimu demi untuk orang yang engkau cintai sehingga tidak ada sesuatu pun dari engkau yang tertinggal untuk dirimu sendiri”
Maka jika benar-benar haqqu ul yaqin mengikuti Syeikh Mursyid lakukan apapun yang menjadi sunnah-sunnah Gurunya sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Dengan mengikuti yang sebenar-benarnya maka pengaruhnya akan membuat murid menjadi orang yang dapat dibanggakan oleh Gurunya. Walaupun secara zhohir berjauhan. Karena mata hati(bashiroh) Guru melihat siapapun dan di manapun murid-muridnya berada. Seorang murid yang tidak mengikuti jejak langkah Gurunya kemungkinan mengalami kebingungan bahkan bisa tersesat dan yang lebih fatal lagi akan terpisah dari Gurunya. Mari kita koreksi diri masing-masing yang selama ini mengaku mengikuti jejak langkah Gurunya. Jangan-jangan telah terpisah tetapi tidak terasa, Na udzubillahi min dzalik.
Seperti didalam sholat berjama’ah, kita semua sebagai murid adalah makmum dan Guru adalah imamnya.
Apabila makmum tidak mengikuti gerakan imam maka menjadi batal makmumnya.
Batalnya murid kepada Gurunya bisa membawa akibat fatal.
Oleh karena itu kita senantiasa kareksi diri bagaimana hubungan kita dengan Guru kita.
Sesungguhnya Nur Syeikh Mursyidnya itu tiada putus-putusnya senantiasa menyinari qolbu para murid-muridnya.
Akan tetapi hanya hati yang bersih dan bening yang dilingkari oleh Iman yang membaja saja yang bisa melihat dan menyadari terhadap pancaran itu yang menyinari kedalam dirinya.
Sedangkan hati yang masih kotor yakni hati yang masih tertutup tebal karena tidak mengikuti apa-apa yang telah dicontohkan oleh Gurunya maka ia tidak dikaruniai penglihatan dan kemampuan yang tajam.
Untuk itu ia seharusnya sadar dan ingat kepada Gurunya setiap saat dengan cara melaksanakan apa-apa yang dicontohkannya.
Dalam hal ini hati murid juga seperti kaca, jika kaca itu kotor maka secara otomatis kaca itu tidak dapat digunakan untuk bercermin, hal ini terjadi karena kaca tersebut tidak dapat memantulkan cahaya yang menyinarinya.
Sebuah kaca baru dapat digunakan untuk bercermin jika senantiasa dibersihkan dari berbagai kotoran dan debu yang menempel.
Untuk membersihkan kotoran dan debu didalam hati maka hendaklah kita melakukan dzikrulloh secara istiqomah, terutama dengan menggunakan kalimat :
لَا اِلَهَ اِلَّا الله
(Laa illaaha illalloh).
Kendati demikian, yang dimaksud dzikir disini adalah dzikir yang dilakukan sesuai dengan yang diajarkan oleh Syeikh Mursyid. Hal ini penting karena dengan adanya bimbingan dan pengarahan dari Syeikh Mursyid pemahaman kita mengenai Dzikir yang dilakukan akan lebih mendalam dan lebih khusyu’. Akibatnya derajat ma’rifat diharapkan akan dapat tercapai dengan lebih cepat. Sebagaimana kita ketahui bahwasanya berbagai lafadz yang digunakan sebagai media Dzikrulloh merupakan manifestasi upaya kita untuk selalu ingat kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala, yang merupakan perwujudan dari kecintaan kita kepada Nya.
Rosululloh Sholallohu Alaihi Wa sallam bersabda :
عَلَامَةُ حُبُّ اللهِ حُبُّ ذِكْرِاللهِ وَعَلَامَةُ بُغْضُ اللهِ بُغْضُ ذِكْرِاللهِ
 “Ciri-ciri cinta kepada Alloh senang dzikrulloh, dan ciri-ciri benci kepada Alloh benci dzikrulloh”
Dalam hadits lain dinyatakan bahwa :
مَنْ اَحَبَّ شَيْـأً اَكْثَرَ مِنْ ذِكْرِهِ
 “Barangsiapa mencintai sesuatu, dia banyak menyebut –nyebutnya”
Hal lain yang juga sering kita jumpai mengenai Dzikir adalah kerap kali ada orang yang menyatakan kalau dirinya telah banyak dzikir tetapi hatinya tetap saja tidak tenang, tidak tentram, tidak muthmainnah, padahal menurut keterangan ber-dzikir itu dapat menjadikan hati menjadi tenang.
Mengenai hal ini tentu kita tidak bisa mengatakan bahwa kalimat dzikirnya lah yang salah, melainkan lebih pada koreksi akan pemahaman kita menganai kosep dan tujuan dzikir itu sendiri, yaitu :
اِلٰهِىْ اَنْتَ مَقْصُوْدِىْ وَرِضَاكَ مَطْلُوْبِى اَعْطِنِى وَمَحَبَّتَكَ وَمَعْرِفَتَكَ
 “Tuhanku, hanya Engkaulah tujuanku dan hanya Ridlo-Mu yang kami cari, berilah kami kemampuan untuk mencintai(mahabbah) serta mengenal(ma’rifat) kepada-Mu, yaa Alloh”
Selain itu kita juga mesti mengingat kembali ajaran yang telah disampaikan oleh Syeikh Mursyid untuk mendapatkan kemudahan dalam menggapai derajat ma’rifat.
Buang dan singkirkan berbagai pikiran kotor yang dibisikkan kedalam hati kita oleh hawa nafsu setan yang terkadang keberadaannya tidak kita sadari. Salah satu contohnya adalah ketika kita hendak mendirikan sholat, terkadang dalam hati kita terbesit keinginan-keinginan lain selain keinginan untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada Sang Pencipta.
Umumnya kita mendirikan sholat karena berharap pahala, mengharapkan surga, takut karena neraka, dan lain sebagainya.
Padahal pengharapan-pengharapan itu terkadang menjadikan niat kita untuk mencapai Ridlo-Nya menjadi terkontaminasi, niat kita menjadi tidak ikhlas lagi.
Oleh karena itu perlu terus usaha untuk senantiasa memurnikan ke-ikhlas-an kita dalam beribadah dengan jalan membersihkan hati dari berbagai kotoran dan debu yang mungkin menempel dalam kehidupan kita sehari-hari.
Salah satu upaya nyata yang dilakukan dalam rangka membersihkan hati dan memurnikan tujuan kita dalam beribadah adalah dengan jalan mengikuti amaliyyah yang diajarkan oleh Syeikh Mursyid.
Hal yang esensial yang terkandung dalam kepatuhan seorang murid yang menjalankan amaliah Mursyid adalah :
a.       Memperbanyak upaya mendekatkan diri, taubat serta memohon ampunan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala.
b.      Sebagai upaya mengikuti jejak langkah Rosululloh Sholallohu Alaihi Wa sallam sebagai panutan yang diikuti oleh Guru.
Memohon Syafa’at Rosululloh Sholallohu Alaihi Wa sallam serta memohon barokah karomah Guru, agar beliau berkenan membantu memohon permohonan kita kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala.

000
Para Penyambut Pecinta Kesucian Jiwa.
Thoriqoh Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah Suryalaya Sirnarasa
Membangun Peradaban Dunia


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Robithoh

Robithoh Robithoh, dapat diartikan hubungan antara yang menghubungi dari yang dihubungi. Seperti hubungan :  antara anak dengan orang tuanya. Antara guru dengan muridnya. Antara mahasiswa dengan dosennya. Antara menantu dengan mertuanya. Antara pedagang eceran dengan agen besarnya. Antara santri dengan kiayinya. Antara saudara dengan saudaranya. Antara teman dengan temannya. Antara rakyat dengan pemimpinnya. Antara bawahan dengan atasannya. Antara upline dengan downline-nya. Antara kita ummat dengan Nabinya. Antara kita hamba dengan Alloh Subhanahu wa ta’ala . Adapun hubungan itu, ada hubungan langsung juga ada hubungan tidak langsung. Adapun Robithoh wajib itu, seperti ummat Islam melaksanakan sholat dengan menghadap kiblat. Kiblat itu penghubung antara orang yang Sholat dengan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Kalau tidak menghadap Kiblat, maka sholatnya tidak akan syah. Jadi untuk melakukan yang wajib maka wajib dengan Robithoh tersebut ( menghadap kilat ) . Itulah Sya

Tidak Ada Yang Kebetulan

DI DUNIA INI TIDAK ADA YANG KEBETULAN === Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala : “ Dan pada Alloh-lah kunci-kunci semua yang ghoib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata ( Lauh Mahfudz )" ( Surat Al-An'am : 59 ). Tiada sesuatu yang kebetulan. Karena Alloh telah menegaskan bahwa tidak ada satu pun yang terlepas dari kudrot, irodat, dan ilmu Alloh. Segalanya yang terjadi bahkan yang akan terjadi telah tercatat di lauh mahfudz. Ayat tsb diatas menegaskan bahwa segalanya ada dibawah kehendak & ilmu Alloh, Dan semuanya sudah tercatat di lauh mahfudz. Sering kita mendengar percakapan sehari-hari yang mengatakan, “ Kebetulan ketemu disini ”, “ Kebetulan ada yang memberi”, “K ebetulan sekali h

Pentingnya Berwasilah

Pentingnya Berwasilah Oleh : Renandhi Wira Fitra, S.H.I. Ikhwan TQN PPS dari Kota Depok. Setiap diri yang memiliki niat dan cita cita untuk sampai(Wushul) kepada Alloh sudah PASTI akan membutuhkan WASILAH ( perantara). Hal ini sebagaimana firman Alloh Swt : “ Hai orang orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Alloh dan carilah wasilah dalam mencapai ketaqwaan itu ....” ( QS. Al-Maidah : 35 ) Dalam ayat tersebut kalimat wabtaghu menggunakan fi’il amar/kata perintah yang menandakan khitab /seruan bagi orang beriman bahwa mencari wasilah itu adalah kewajiban...kenapa wajib ? karena memang manusia membutuhkannya..! Jadi dengan adanya wasilah bagi setiap hamba itu adalah mutlaq suatu KEBUTUHAN, selain berdasarkan dari dalil ayat tersebut juga berdasarkan kepada tabiat manusia yang selalu membutuhkan bantuan dalam medapatkan sesuatu, sehingga menolak adanya wasilah maka itu bertentangan dengan Hukum Alloh dan fitrah manusia itu sendiri. Wasilah adalah perantara yang