Langsung ke konten utama

Menjaga kesucian Hati

Menjaga Kesucian & Kebersihan Hati
Pentingnya selalu menjaga kesucian & kebersihan hati ini dari segala sesuatu selain Alloh
Setiap manusia mempunyai hati, pentingnya kita untuk selalu menjaga kesucian & kebersihan hati. Karena hati adalah sentral ( pusat ), hati adalah raja ( penguasa ), hati adalah komandan ( pemimpin ), dari seluruh tubuh ini. Hati mempunyai fungsi yang sangat penting. Sangat luar biasa peranan hati itu. Maka ada istilah “ hati – hati ”.
Didalam Al Qur’an, dijelaskan  :
وَالْبَلَدُ الطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهُ بِإِذْنِ رَبِّهِ ۖ وَالَّذِي خَبُثَ لَا يَخْرُجُ إِلَّا نَكِدًا ۚ كَذَٰلِكَ نُصَرِّفُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَشْكُرُونَ
“Dan ‘tanah’ yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Alloh; dan “tanah’ yang buruk  ( tandus, kering krontang ), tanaman-tanamannya hanya tumbuh buruk ( merana ). Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran ( Kami ) bagi orang-orang yang bersyukur.( QS. Al ‘Arof : 58 )
Apa yang dimaksud tanah ? yaitu yang dimaksud tanah adalah hati, jika hati baik semua akan baik dan apabila hati buruk maka semua akan buruk, seperti diterangkan didalam sebuah hadits,
Bahwa Rosululloh Sholallohu 'alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ فِى جَسَدِ إِبْنِ أَدَمَ مُضْغَةً إِذَا صَلُحَتْ صَلُحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَ إِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ 
Artinya : “Bahwa didalam badan anak Adam itu ada segumpal darah, Apabila segumpal darah itu baik, maka baiklah seluruh tubuhnya, dan Apabila segumpal darah itu buruk maka buruklah seluruh badan anak Adam itu, bahwa yang semaksud segumpal darah itu adalah “Hati(Qolbu)”.
Untuk selalu menjaga kesucian hati. Syeikh Junaid Ra, menerangkan :
“Kesucian hati merupakan sifat suatu kaum yang terhindar dari kekeruhan Ghoflah dari mengingat Alloh, karena ghoflah (lalai) dari mengingat Alloh lebih besar bahayanya daripada masuk neraka”.
Oleh karena itu lalai ( ghoflah ) dari mengingat Alloh itu akan melahirkan kekerasan hati. lalai ( ghoflah ) dari mengingat Alloh itu akan mengotori hati ini.
Sebagaimana  Alloh berfirman dalam Al Qur’an :
أَفَمَنْ شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٍ مِنْ رَبِّهِ ۚ فَوَيْلٌ لِلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
Maka Apakah orang-orang yang dibukakan Alloh hatinya untuk ( menerima ) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya ?)Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Alloh ( Ghoflah dari berdzikir kepada Alloh). mereka itu dalam kesesatan yang nyata.(QS Az Zumar :22)
Firman-Nya didalam Al Qur’an surat Al-A’rof ayat 179 :
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk ( isi neraka Jahannam ) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami ( ayat-ayat Alloh ) dan mereka mempunyai mata ( tetapi ) tidak dipergunakannya untuk melihat ( tanda-tanda kekuasaan Alloh), dan mereka mempunyai telinga ( tetapi ) tidak dipergunakannya untuk mendengar ( ayat-ayat Alloh). Mereka itu bagaikan binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai ( lupa hati kepada Alloh ).
Bersemayamnya penyakit ghoflah ( lupa diri kepada Alloh ) pada diri seseorang dikarenakan dia mengikuti kecendrungan hawa nafsunya, dan juga selalu mengikuti langkah-langkah syeitan. Karena syeitan berjalan dalam jasad manusia melalui peredaran darah.
Sebagaimana yang disabdakan Baginda Nabi Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa sallam :
Artinya ; “Yang aku khawatirkan kepada kamu berdua adalah apabila adanya sesuatu yang dilemparkan kedalam hatimu, sesuatu yang didalamnya hatimu itu adalah ghoflah dari mengingat Alloh”  (HR Bukhori, Muslim, Abu Daud dari Anas, Shohih)
(adapun kata ganti dalam hadits tersebut menunjukkan kepada dua orang sahabat, yaitu Abu Bakar Ra dan Umar Ra)
Imam Al Ahdlori Ra menerangkan ;
“Mungkin aku berjalan seperti orang bodoh, menceramahi orang sementara aku bukanlah seseorang yang mengamalkan, seperti ceramahnya kita kepada seorang yang ghoflah bahwa dzikir itu pintu pembuka Hadlroh”
Karena itu Imam al Ghozali Ra, menyatakan :
“Seseorang tidak akan pernah lepas dari aib atau penyakit hati kecuali mereka para Nabi”
Tiada obat dan cara untuk menghilangkan penyakit hati itu kecuali hanya dengan men-dawam-kan dzikir kepada Alloh Subhanahu wta’ala, baik itu dzikir khofi ataupun dzikir jahar.
Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Dzikir merupakan nikmat dari Alloh tiada hari kecuali untuk Alloh didalamnya, yaitu dengan dzikir yang merupakan nikmat yang Alloh berikan kepada hamba-hamba Nya, tiada nikmat yang lebih utama diberikan Alloh kepada hamba Nya selain meng-ilham-kan dzikrulloh kepada hamba Nya”
Anugrah ter-Tinggi dan ter-Agung adalah Anugrah Dzikir. Orientasi anugrah ini dibagi kepada tiga kategori, yaitu :
Anugrah pertama : Dia menjadikan mu orang yang selalu berdzikir kepada Nya, tidaklah patut seorang yang hina menyebut Tuannya Yang Mulia, padahal andaikan tidak ada karunia Nya niscaya tidak patut (layak) engkau berdzikir kepada Nya dengan lisanmu.  
Anugrah kedua :  Menjadikan engkau diingat oleh Nya, sebagaimana engkau menyebut Nya ketika kamu br-Dzikir. Alloh Subhanahu wta’ala berfirman :
Artinya  : “Ingatlah kepada KU, niscaya Aku ingat kepada mu”  (QS Al Baqoroh :152)
Oleh karena itu , jika kamu di-Ingat disisi Nya disebabkan Dzikir kepada Nya, maka telah tetaplah ciri khasmu disisi Nya. Maka anugrah apalagi yang lebih agung dari ini.
Anugrah ketiga : “Dia menjadikan mu selalu disebut disisi Nya dihadapan para malaikat muqorobin , sebagaimana dalam sebuah hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Abu Huroiroh bahwa Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :

Artinya : “Alloh berfirman : “keadaan Ku tergantung sangka hamba Ku kepada Ku, Aku ada bersemayam jika ia ingat kepada Ku, jika ia ingat kepada Ku dalam diri nya maka Aku mengingat dalam diri Ku,  jika ia ingat kepada Ku dalam kelompok manusia yang banyak , Aku pun akan mengingatnya dalam kelompok yang lebih baik dari nya”
( HR Bukhori, Muslim, Turmudzi, Nasa’I dan Ibnu Madjah )


000

Medianya Informasi & Kajian Ilmu dan Dakwah 
Thoriqoh Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah PP Suryalaya Sirnarasa Membangun Peradaban Dunia




Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Robithoh

Robithoh Robithoh, dapat diartikan hubungan antara yang menghubungi dari yang dihubungi. Seperti hubungan :  antara anak dengan orang tuanya. Antara guru dengan muridnya. Antara mahasiswa dengan dosennya. Antara menantu dengan mertuanya. Antara pedagang eceran dengan agen besarnya. Antara santri dengan kiayinya. Antara saudara dengan saudaranya. Antara teman dengan temannya. Antara rakyat dengan pemimpinnya. Antara bawahan dengan atasannya. Antara upline dengan downline-nya. Antara kita ummat dengan Nabinya. Antara kita hamba dengan Alloh Subhanahu wa ta’ala . Adapun hubungan itu, ada hubungan langsung juga ada hubungan tidak langsung. Adapun Robithoh wajib itu, seperti ummat Islam melaksanakan sholat dengan menghadap kiblat. Kiblat itu penghubung antara orang yang Sholat dengan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Kalau tidak menghadap Kiblat, maka sholatnya tidak akan syah. Jadi untuk melakukan yang wajib maka wajib dengan Robithoh tersebut ( menghadap kilat ) . Itulah Sya

Tidak Ada Yang Kebetulan

DI DUNIA INI TIDAK ADA YANG KEBETULAN === Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala : “ Dan pada Alloh-lah kunci-kunci semua yang ghoib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata ( Lauh Mahfudz )" ( Surat Al-An'am : 59 ). Tiada sesuatu yang kebetulan. Karena Alloh telah menegaskan bahwa tidak ada satu pun yang terlepas dari kudrot, irodat, dan ilmu Alloh. Segalanya yang terjadi bahkan yang akan terjadi telah tercatat di lauh mahfudz. Ayat tsb diatas menegaskan bahwa segalanya ada dibawah kehendak & ilmu Alloh, Dan semuanya sudah tercatat di lauh mahfudz. Sering kita mendengar percakapan sehari-hari yang mengatakan, “ Kebetulan ketemu disini ”, “ Kebetulan ada yang memberi”, “K ebetulan sekali h

Pentingnya Berwasilah

Pentingnya Berwasilah Oleh : Renandhi Wira Fitra, S.H.I. Ikhwan TQN PPS dari Kota Depok. Setiap diri yang memiliki niat dan cita cita untuk sampai(Wushul) kepada Alloh sudah PASTI akan membutuhkan WASILAH ( perantara). Hal ini sebagaimana firman Alloh Swt : “ Hai orang orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Alloh dan carilah wasilah dalam mencapai ketaqwaan itu ....” ( QS. Al-Maidah : 35 ) Dalam ayat tersebut kalimat wabtaghu menggunakan fi’il amar/kata perintah yang menandakan khitab /seruan bagi orang beriman bahwa mencari wasilah itu adalah kewajiban...kenapa wajib ? karena memang manusia membutuhkannya..! Jadi dengan adanya wasilah bagi setiap hamba itu adalah mutlaq suatu KEBUTUHAN, selain berdasarkan dari dalil ayat tersebut juga berdasarkan kepada tabiat manusia yang selalu membutuhkan bantuan dalam medapatkan sesuatu, sehingga menolak adanya wasilah maka itu bertentangan dengan Hukum Alloh dan fitrah manusia itu sendiri. Wasilah adalah perantara yang