Langsung ke konten utama

Memandang Orang Sholih


Memandang Orang Sholih Termasuk Perkara Ibadah.
Iman itu adakalanya naik adakalanya Iman itu turun. Maka dengan memandang Orang Sholih akan lebih meningkatkan Iman kita.
Karena dengan bersama dengannya( bersama dengan orang Sholih ) akan dapat mempertahankan Iman agar terus naik. Karena cirinya diterangkan didalam sebuah hadits,
Hadits Nabi Sholallohu ‘alaihi wa sallam :
خِيَا رُكُمْ مَنْ ذَكَّرَكُمْ بِا اللهِ رُؤْ يَتُهُ وَزَادَ فِيْ عِلْمِكُمْ مَنْطِقُهُ وَرَ غَّبَكُمْ فِيْ الْاٰ خِرَةِ عَمَلُهُ
{ رواه الهاكم عن ابن عمر, صحح }
 “Manusia yang terbaik( pilihan )adalah yang apabila kamu melihat( memandang )nya semakin bertambah dzikir kamu( mengingatkan kamu kepada Alloh )”, jika berbicara pembicaraannya bertambah ilmu, Amalnya( melihat perbuatannya ) membuat kita senang berbuat amal akhirat”.
( HR. Al Hakim dari Ibni Umar, hadits shohih ).
Ketika melihat dan memandang, serta bersama dengan Orang Sholih akan mengingatkan kita kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala. Dengan memandang orang sholih membuat hati kita selalu berdzikir kepada Alloh. Dengan mendengar ucapan-ucapannya menambahkan ilmu. Serta melihat perbuatannya membuat kita senang dengan amal akhirat.
Abu Bakar Al Muthawi’i selama 12 Tahun selalu aktif mengikuti majelis Imam Ahmad. Di majelis tersebut, hadits tersebut Imam Ahmad membacakan Al Musnad kepada putra-putra beliau. Namun, selama mengikuti majlis tersebut, Al Muthawi’i tidak memiliki catatan, walau hanya satu hadits. Lalu, apa yang dilakukan Al Muthawi’i dimajelis itu ? Beliau ternyata hanya ingin memandang Imam Ahmad.
Ternyata, tidak hanya Al Muthawi’i saja yang datang ke majelis hadits hanya untuk memandang Imam Ahmad. Mayoritas mereka yang hadir dalam majelis tersebut memiliki tujuan yang sama dengan Al Mathawi’i. Padahal jumlah mereka yang hadir dalam majelis Imam Ahmad saat itu lebih dari 5000 orang, namun yang mencatat hadits kurang dari 500 orang. Demikian Ibnu Al Jauzi mengisahkan ( Manaqib Imam Ahmad, 210 ).
Apa yang dilakukan Al Muthawi’i, bukanlah hal yang sia-sia. Karena, memandang orang sholih bisa memberikan banyak hal yang positif bagi pelakunya. Memandang orang sholih, bisa membangkitkan semangat, untuk meningkatkan amalan kebaikkan, tatkala keimanan seseorang sedang turun.
Sebagaimana dilakukan oleh Abu Ja’far bin Sulaiman, salah satu murid Hasan Al Bashri. Beliau pernah mengatakan :”Jika aku merasakan hatiku sedang dalam keadaan qoswah( keras ), maka aku segera pergi untuk memandang wajah Muhammad bin Wasi’ Al Bishri. Maka hal itu mengingatkanku kepada kematian.” (Tarikh Al Islam, 5/109).
Imam Malik sendiri juga melakukan hal yang sama tatkala merasakan qoswah dalam hati. Beliau berkisah :”Setiap aku merasakan adanya qoswah dalam hati, maka aku mendatangi Muhammad bin Al Munkadar dan memandangnya. Hal itu bisa memberikan peringatan kapadaku selama beberapa hari.” ( Tartib Al Madarik, 2/51-52 ).
Imam Al Hasan Al Bashri sendiri dikenal sebagai ulama yang memandangnya, membuat pelakunya ingat kepada Alloh, sebagaimana disebut oleh ulama semasa beliau, yakni Ibnu Sirin. Ulama lainnya, yang hidup semasa dengan beliau, Ats’ats bin Abdullah juga mengatakan : ”Jika kami bergabung dengan majelis Al Hasan, maka setelah keluar, kami tidak ingat lagi terhadap dunia.” ( Al Hilyah, 2/158 ).
Jika demikian besar dampak positif yang diperoleh saat seorang memandang wajah orang sholih. Maka melakukannya dihitung sebagai ibadah. Karena telah melaksanakan saran Rosululloh. Dimana, suatu saat beberapa sahabat bertanya : “Karib seperti apa yang baik untuk kami ?” Rosululloh menjawab :”Yakni apabila kalian memandang wajahnya, maka hal itu mengingatkan kalian kepada Alloh.” ( Riwayat Abu Ya’la, dihasankan Al Bushiri ).
Sebagaimana beliau juga bersabda : “Sesungguhnya sebagian manusia merupakan kunci untuk mengingatkan kepada Alloh.” ( Riwayat Ibnu Hibban, dishohihkan oleh beliau ).
Tak mengherankan jika Waqi’ bin Jarah menilai bahwa memandang wajah Abdullah bin Dawud adalah Ibadah. Abdullah sendiri adalah seorang ahli ibadah di Kufah saat itu. ( Tahdzib At Tahdzi, 7/296 ).
Apa yang telah dilakukan oleh para salaf di atas, mengingatkan kembali pada kita pada sebuah lantunan Syair nasehat, yang sudah cukup akrab di telinga kita. Yakni nasehat  Tombo Atiatau obat hati” :
Tombo ati iku limo perkorone :
- Kaping pisan moco Qur’an lan maknane.
- Kaping pindho sholat wengi lakonono.
- Kaping telu wong kang sholeh kumpulono.
- Kaping papat weteng iro ingkang luwe.
- Kaping limo dzikir wengi ingkang suwe.
- Salah sawijine sopo biso ngelakoni.
- Mugi-mugi Gusti Alloh nyembadani.
Nasihat yang ketiga yaitu :“Kaping telu wong kang sholeh kumpulono”, mengobati hati yang qoswah, adalah dengan mendekati orang-orang sholih.
Kalau para ulama salaf saja masih merasa perlu mendekat kepada para sholihin hanya untuk memandang wajah mereka, guna melunakkan qoswah dalam hati ( kekerasan didalam hati ) dan memperbaiki diri. Lantas bagaimana dengan kita ? Apakah kita sudah memilih, siapa sahabat-sahabat yang bisa mengingatkan kita kepada Alloh, di saat kita memandangnya ? Padahal kita sama-sama sadar bahwa kwalitas keimanan mereka ( para ulama salaf ) itu amat jauh berada di atas yang kita miliki.
Dengan selalu dekat dengan orang Sholih serta mendatangi majlis-majlisnya, akan mendatangkan keberkahan-keberkahan serta berbagai mendatangkan barokah, mendapatkan pancaran cahaya Alloh, serta Rohmat dan Karunia-Nya, serta ter-ijabahnya doa.
Dari beberapa kitab disebutkan, diantaranya Kitab Sairul Salikin, dan Kitab Kifayatul Ghulam, dijelaskan bahwa :
“Ketahuilah, seharusnya bagi setiap muslim untuk mencari anugrah kebaikkan-kebaikkan, yaitu mencari keberkahan-keberkahan, Mencari pancaran cahaya Alloh, mencari untuk di ijabahnya doa, mencari turunnya Rohmat, itu di hadirat para wali di majlis –majlis mereka, dari cucuran mereka baik yang masih hidup sampai kepada yang sudah wafat”.
Maka kita sebagai Ikhwan Thoriiqoh Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah PP Suryalaya Sirnarasa, meyakini bahwa Guru Mursyidnya : “Abah Aos”  adalah termasuk Orang Sholih. Maka ketika ada kesempatan para ikhwan berbondong-bondong untuk menemui Beliau baik secara zhohir dan Bathin, serta selalu menghadiri majlisnya. Majlis kesukaan Beliau adalah : “Majlis Manaqib”.
Dikala dibacakan Manaqib ku ini, maka aku hadir padanya”
Maka ketika ada Majlis Manaqib dimana pun berada, maka hadirilah, ketika hadir di Majlis Manaqiban hakikatnya kita sedang bersamanya.Karena sedemikian besar manfaat mamandang, serta bersama hadir dalam majlis-majlisnya Orang Sholih.
Al Faqiir Abd Rauf Al Hijaz
000
Pentingnya Memilih  Sahabat  Sejati Yang Mengingatkan Kita Kepada Alloh.
Kondisi teman( Sahabat ), bisa berpengaruh banyak hal kepada diri kita. Sehingga perlu bagi kita berhati-hati memilih teman( Sahabat ). Setidaknya, itulah inti dari nasihat yang disebutkan oleh Imam Abu Laits, dimana beliau mengatakan : Seorang tidak akan melakukan 8( delapan ) hal, kecuali Alloh akan memberinya 8( delapan ) hal pula.
Kalau ia banyak bergaul dengan orang kaya, maka timbul dalam hatinya kesenangan terhadap harta.
Kalau ia akrab dengan orang miskin, maka timbul dalam hatinya rasa syukur dan qona’ah.
Kalau ia berteman dengan penguasa, maka timbul rasa sombong.
Kalau ia berdekatan dengan anak-anak maka ia banyak bermain.
Kalau ia dekat dengan para wanita, maka syahwatnya akan timbul.
Kalau ia berkarib dengan orang-orang fasiq, maka datang keingin
an untuk menunda-nunda taubat.
Kalau ia dekat dengan ahli ilmu, maka ilmunya akan bertambah.
Kalau ia dekat dengan ahli ibadah, maka akan termotivasi melakukan ibadah yang lebih banyak.”
( Bughyah Al Mustarsyidin, 9 ).
Lantas, bagaimana bisa, hanya dengan memandang orang sholih, maka pelakunya bisa ingat kepada Alloh ?
Sebenarnya penalaran terhadap masalah ini tidak cukup susah. Kadang dalam kehidupan sehari-hari kita memiliki teman yang amat suka( hobby ) terhadap permainan sepak bola, maka pembicaraannya tidak pernah keluar dari kompetisi sepak bola dan para pemainnya, baju yang dipakai serupa dengan kostum klub-klub sepak bola, kamarnya dipenuhi dengan poster-poster para pemain bola, kendaraannya dihiasi dengan atribut-atribut olah- raga bola yang kini digemari banyak orang ini. Otomatis, ketika kita melihat tampilan fisik teman yang demikian, maka ingatan kita langsung tertuju kepada sepak bola. Ketika ada kawan yang penggila kuliner. Yang selalu berbicara mengenai rumah makan dan masakan-masakan di berbagai tempat, dan banyak mencurahkan waktu untuk hobby-nya tersebut, maka melihat wajah orang yang demikian, akan mengingatkan kita pada makanan dan kuliner.
Demikian pula, berkawan dengan pencinta batu-batu permata yang diingatkan tentang batu-batu permata. Berkawan dengan pecinta hewan-hewan, dengan para pecinta burung, selalu yang diingatkan tentang apa saja yang mereka cintai.
Tidak jauh berbeda ketika kita memiliki sahabat yang amat menjaga perkataan, tidak menyeru kecuali menyeru kepada jalan Alloh. Kita pun mengetahui bahwa ia selalu menjaga puasa dan sholat, baik yang fardlu maupun yang sunnah. Ia pun waro’( hati-hati ) dalam bermuamalah, maka bertemu dengannya, bisa membuat kita termotivasi untuk melakukan amalan yang labih baik dari sebelumnya.
“kesimpulannya : Maka ketika kita dekat, Ingat serta selalu bersama dengan seseorang yang sedang Dzikir( Ingat ) kepada Alloh maka kita akan terbawa bersama-Nya”.
000
000
Para Penyambut Pecinta Kesucian Jiwa.
Thoriiqoh Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah PP Suryalaya Sirnarasa Membangun Peradaban Dunia
Info manaqib kota depok : Tlp /Sms/Wa (Rauf) 0812 888 166 90


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Robithoh

Robithoh Robithoh, dapat diartikan hubungan antara yang menghubungi dari yang dihubungi. Seperti hubungan :  antara anak dengan orang tuanya. Antara guru dengan muridnya. Antara mahasiswa dengan dosennya. Antara menantu dengan mertuanya. Antara pedagang eceran dengan agen besarnya. Antara santri dengan kiayinya. Antara saudara dengan saudaranya. Antara teman dengan temannya. Antara rakyat dengan pemimpinnya. Antara bawahan dengan atasannya. Antara upline dengan downline-nya. Antara kita ummat dengan Nabinya. Antara kita hamba dengan Alloh Subhanahu wa ta’ala . Adapun hubungan itu, ada hubungan langsung juga ada hubungan tidak langsung. Adapun Robithoh wajib itu, seperti ummat Islam melaksanakan sholat dengan menghadap kiblat. Kiblat itu penghubung antara orang yang Sholat dengan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Kalau tidak menghadap Kiblat, maka sholatnya tidak akan syah. Jadi untuk melakukan yang wajib maka wajib dengan Robithoh tersebut ( menghadap kilat ) . Itulah Sya

Tidak Ada Yang Kebetulan

DI DUNIA INI TIDAK ADA YANG KEBETULAN === Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala : “ Dan pada Alloh-lah kunci-kunci semua yang ghoib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata ( Lauh Mahfudz )" ( Surat Al-An'am : 59 ). Tiada sesuatu yang kebetulan. Karena Alloh telah menegaskan bahwa tidak ada satu pun yang terlepas dari kudrot, irodat, dan ilmu Alloh. Segalanya yang terjadi bahkan yang akan terjadi telah tercatat di lauh mahfudz. Ayat tsb diatas menegaskan bahwa segalanya ada dibawah kehendak & ilmu Alloh, Dan semuanya sudah tercatat di lauh mahfudz. Sering kita mendengar percakapan sehari-hari yang mengatakan, “ Kebetulan ketemu disini ”, “ Kebetulan ada yang memberi”, “K ebetulan sekali h

Pentingnya Berwasilah

Pentingnya Berwasilah Oleh : Renandhi Wira Fitra, S.H.I. Ikhwan TQN PPS dari Kota Depok. Setiap diri yang memiliki niat dan cita cita untuk sampai(Wushul) kepada Alloh sudah PASTI akan membutuhkan WASILAH ( perantara). Hal ini sebagaimana firman Alloh Swt : “ Hai orang orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Alloh dan carilah wasilah dalam mencapai ketaqwaan itu ....” ( QS. Al-Maidah : 35 ) Dalam ayat tersebut kalimat wabtaghu menggunakan fi’il amar/kata perintah yang menandakan khitab /seruan bagi orang beriman bahwa mencari wasilah itu adalah kewajiban...kenapa wajib ? karena memang manusia membutuhkannya..! Jadi dengan adanya wasilah bagi setiap hamba itu adalah mutlaq suatu KEBUTUHAN, selain berdasarkan dari dalil ayat tersebut juga berdasarkan kepada tabiat manusia yang selalu membutuhkan bantuan dalam medapatkan sesuatu, sehingga menolak adanya wasilah maka itu bertentangan dengan Hukum Alloh dan fitrah manusia itu sendiri. Wasilah adalah perantara yang