Langsung ke konten utama

Dzikir Pekerjaan Besar


Dzikir Adalah Pekerjaan Besar
Didalam Kitab Miftahus Shudur,  Bersabda Syeikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin ( Abah Anom) Qoddasallohu sirrohu :
أَنَّ الذِّكْرَ مِنْ أَفْضَلِ اْلأُمُوْرِ الْفَضَاءِـلِ ، وَأَفْضَلِ الْقُرُبَاتِ ، وَأَوْ صَلِ الْوَسَاءِـلِ .
قَالَ اللهُ تعالى :
وَلَذِكْرُاللهِ أَكْبَرُ (العنكبوت :
٤٥ )
“Bahwa sesungguhnya dzikir kepada Alloh, termasuk  perkara yang paling utama diantara hal-hal yang paling utama, mendekatkan diri kepada Alloh yang paling utama dan media yang paling cepat dapat menghantarkan (dekat kepada Alloh)”
Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala : “Sesungguhnya Dzikir merupakan suatu pekerjaan yang besar”. ( QS. Al ‘Ankabut : 45 ).
Banyak cara untuk mendekatkan diri kepada Alloh. Dari sekian banyak ragamnya perbuatan-perbuatan ( Ibadah-ibadah ) yang disenangi oleh Alloh, semua itu adalah cara untuk sampai kepada Alloh.
Seperti juga dikatakan :
Masuklah kamu dari berbagai pintu yang paling kamu senangi”.
Inilah yang diajarkan oleh Abah Sepuh :
“Jangan menyalahkan pengajaran orang lain”.
Dari sekian banyaknya cara untuk sampai kepada Alloh. Tetapi sebaik-baiknya cara, seutama-utama cara, secepat-cepatnya cara, adalah : “Dzikir kepada Alloh”.  Dzikir merupakan perkara yang paling mulia. Dzikir adalah se-utama keutamaan. Sebaik-baik cara untuk mendekatkan diri kepada Alloh.  Dzikir adalah sebaik-baik cara untuk cepat sampai kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala.
Sebagaimana yang di Firmankan Alloh dalam surat Al Ankabut ayat 45 :
وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ
Sesungguhnya menyebut Nama Alloh itu adalah pekerjaan Akbar”.
Bahkan dikatakan Dzikir itu lebih berat, lebih mulia daripada sholat itu sendiri. Lebih mulia daripada Puasa, daripada zakat dan daripada ibadah-ibadah yang lain. Yang dimaksud dzikir disini bukan dzikir lisan tetapi dzikir yang ditanamkan didalam hati. Berdzikir didalam hati hingga merasakan seluruh tubuhnya pun berdzikir, semuanya berdzikir, hingga sampai kepada hakikat dzikir. Ketika hatinya berdzikir maka pandangannya pun berdzikir, langkahnya pun berdzikir. Hingga sampai dalam setiap sendi-sendinya pun berdzikir, bahkan setiap pori-pori nya pun ikut berdzikir. Inilah yang dimaksud dengan ayat tersebut “Dzikir adalah pekerjaan besar”. Kalau hanya berdzikir dilisan saja itu mudah, burung Beo saja bisa kalau hanya mengucapkan “Laa ilaha illalloh”. Maka dengan menyebut Nama Alloh didalam hati itu adalah suatu pekerjaan yang Besar.  Inilah selanjutnya yang dikaitan Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْراً كَثِيراً -  وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلاً .
Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah kepada Alloh dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang”  (QS. Al Ahzab : 41-42)
Kalau sudah mencapai hakikat dzikir, semuanya dan segala sesuatunya dengan dzikir.  Di setiap waktunya dengan dzikir. Mereka sedang merasakan kenikmatan berdzikir.
Diantara Tanda kecintaannya kepada Alloh itu dengan sering menyebut-nyebut Nya. Dalam hadits lain dinyatakan bahwa :
مَنْ اَحَبَّ شَيْـأً اَكْثَرَ مِنْ ذِكْرِهِ
“Barangsiapa mencintai sesuatu, dia banyak menyebut –nyebutnya”
Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :
عَلَامَةُ حُبِّ اللهِ حُبُّ ذِكْرِاللهِ وَعَلَامَةُ بُغْضِ اللهِ بُغْضُ ذِكْرِاللهِ
“Ciri-ciri cinta kepada Alloh senang dzikrulloh, dan ciri-ciri benci kepada Alloh benci dzikrulloh”
Tidak cukup dengan banyaknya berdzikir, Lebih lanjut dijelaskan dalam Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala :
وَاذْكُر رَّبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعاً وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ وَلاَ تَكُن مِّنَ الْغَافِلِينَ
“Berdzikirlah kepada Tuhanmu  didalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dengan tidak mengeraskan suara di waktu pagi dan petang janganlah kamu termasuk dalam orang-orang yang lalai” (QS. Al Arof : 205)
Berdzikir dengan kekhusyu’an dan dengan rasa takut. Oleh IBNU KATSIR menjelaskan tentang ayat tersebut, makna “dengan merendahkan diri dan rasa takut” yaitu dengan penuh pengharapan dan dengan penuh takut. Dan makna “ tidak dengan mengeraskan suara” yaitu dzikir khofi ( Dzikir didalam hati dengan tidak bersuara ). Walaupun banyaknya sholat tidak akan sampai kecuali dengan dzikir khofi ( Dzikir didalam hati ). Seperti juga ketika berdoa jika tidak iringi dengan dzikir maka tidak akan sampai kepada Alloh. Takut kepada Alloh tidak sama dengan takut kepada makhluk. Takut kepada makhluk kita hindari dan jauhi dengan sejauh-jauhnya. Tetapi ketika takut kepada Alloh maka harus mendekati, semakin timbul rasa takut kepada Alloh malah semakin banyak berdzikir kepada Alloh.  Sebagaimana selanjutnya dikaitkan dengan Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala :
الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Orang-orang yang beriman, dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Alloh, ingatlah dengan mengingat Alloh lah hati menjadi tentram” (Qs. Ar Rod : 28)
Semakin banyak berdzikir kepada Alloh maka hati akan semakin tenang, menimbulkan kebahagiaan didalam hati. Bagi orang yang sedang belajar berdzikir pasti banyak tantangan rintangan dan hambatan yang membawa kepada kelalaian. Seperti harta kekayaan dan anak-anak jangan sampai menghalangi untuk berdzikir kepada Alloh. Sedangkan Tuan Syeikh adalah orang yang kaya raya tetapi itu semua tidak menjadi pengalang untuk berdzikir kepada Alloh. Seperti dikisahkan didalam manqobah ke-25, Tuan Syeikh sedang menguji muridnya, diriwayatkan, ada seorang datang menghadap Tuan Syeikh untuk mengantarkan anaknya untuk berguru kepada Tuan Syeikh. Tuan Syeikh lalu memerintahkan muridnya tersebut untuk belajar dengan tekun mengikuti cara-cara orang salaf dan ditempatkan di ruang Kholwat. Beberapa hari kemudian ibu dari murid tersebut dan dilihat badan anaknya itu terlihat kurus, makannya hanya roti kering dan bubur gandum. Ibu tersebut masuk kedalam ruang Tuan Syeikh dan menyaksikan dihadapannya tulang-tulang sisa makanan daging ayam, dan ibu itu berkata : “menurut penglihatanku Tuan Syeikh makan dengan makanan yang serba enak, sedangkan anak saya badannya kurus karena hanya makan bubur gandum dan roti kering saja, untuk itu apa maknanya hingga ada perbedaan ?”, mendengar pertanyaan itu lalu Tuang Syeikh meletakkan tangannya di atas tulang belulang ayam seraya berkata : “berdirilah dengan ijin Alloh yang menghidupkan tulang belulang yang sudah hancur” . Lalu tulang belulang itu menjadi ayam kembali. Tuan Syeikh berkata kepada ibu tersebut “kalau anakmu sudah dapat berbuat demikian maka ia boleh makan seenaknya asal yang halal”. Ibu tersebut merasa malu oleh Tuan Syeikh lalu memohon maaf karena sudah berprasangka buruk. Serta dengan penuh keyakinan menyerahkan sepenuhnya anaknya tersebut kepada Tuan Syeikh untuk dididik.
Maka sebagaimana Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَن ذِكْرِ اللَّهِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah hartamu, anak-anakmu, melalaikan kamu dari berdzikir kepada Alloh, barang siapa yang berbuat demikian, mereka adalah orang-orang yang berugi” (Al Munafiqun : 9)
Silahkan untuk memiliki harta yang banyak. Silahkan juga memiliki anak-anak tetapi jangan sampai itu semua melalaikan kamu dari berdzikir kepada Alloh. Maka yang lupa karena hartanya atau karena anak-anaknya lupa dari berdzikir kepada Alloh maka itu adalah orang-orang yang merugi. Siapa orang yang merugi itu ?, dijelaskan dalam ayat selanjutnya, Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala :
اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ فَأَنسَاهُمْ ذِكْرَ اللَّهِ أُوْلَئِكَ حِزْبُ الشَّيْطَانِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ الشَّيْطَانِ هُمُ الْخَاسِرُونَ
“Syeitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa berdzikir kepada Alloh, mereka itulah golongan Syeitan, ketahuilah golongan syetan itulah orang yang merugi” (Al Mujadilah : 19)
Mereka orang yang telah dikuasai oleh syeitan. Mereka orang yang telah didalam kekuasaan syeitan. Maka mereka orang yang dilupakan berdzikir kepada Alloh, golongan inilah yang dinamakan orang yang merugi.
Demikian untuk menguatkan pendapat nya itu Abah Anom menjelaskan ayat-ayat yang saling berkaitan, dan semua ayat-ayat yang dijelaskan satu dengan yang lainnya saling menguatkan.
Sesungguhnya dzikir itu perkara yang paling mulia, yang paling cepat menyampaikan kita kepada Alloh
Inilah yang diajarkan oleh Syeikh Mursyid kita. Dzikir yang diterima adalah dzikir yang ada Nasd dan ada Sanadnya.
Semoga bermanfaat.
 
( Disarikan dari tabaruk miftahus shudur DR. KH. Ahmad Rusydi Al Wahabiy, MA. Jagat Arsy 11/2015 )
ditulis oleh : Abdur Rauf Al Hijaz
000

Media Informasi & Dakwah Para Penyambut Pecinta Kesucian Jiwa.  
Thoriiqoh Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah PP Suryalaya Sirnarasa Membangun Peradaban Dunia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Robithoh

Robithoh Robithoh, dapat diartikan hubungan antara yang menghubungi dari yang dihubungi. Seperti hubungan :  antara anak dengan orang tuanya. Antara guru dengan muridnya. Antara mahasiswa dengan dosennya. Antara menantu dengan mertuanya. Antara pedagang eceran dengan agen besarnya. Antara santri dengan kiayinya. Antara saudara dengan saudaranya. Antara teman dengan temannya. Antara rakyat dengan pemimpinnya. Antara bawahan dengan atasannya. Antara upline dengan downline-nya. Antara kita ummat dengan Nabinya. Antara kita hamba dengan Alloh Subhanahu wa ta’ala . Adapun hubungan itu, ada hubungan langsung juga ada hubungan tidak langsung. Adapun Robithoh wajib itu, seperti ummat Islam melaksanakan sholat dengan menghadap kiblat. Kiblat itu penghubung antara orang yang Sholat dengan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Kalau tidak menghadap Kiblat, maka sholatnya tidak akan syah. Jadi untuk melakukan yang wajib maka wajib dengan Robithoh tersebut ( menghadap kilat ) . Itulah Sya

Tidak Ada Yang Kebetulan

DI DUNIA INI TIDAK ADA YANG KEBETULAN === Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala : “ Dan pada Alloh-lah kunci-kunci semua yang ghoib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata ( Lauh Mahfudz )" ( Surat Al-An'am : 59 ). Tiada sesuatu yang kebetulan. Karena Alloh telah menegaskan bahwa tidak ada satu pun yang terlepas dari kudrot, irodat, dan ilmu Alloh. Segalanya yang terjadi bahkan yang akan terjadi telah tercatat di lauh mahfudz. Ayat tsb diatas menegaskan bahwa segalanya ada dibawah kehendak & ilmu Alloh, Dan semuanya sudah tercatat di lauh mahfudz. Sering kita mendengar percakapan sehari-hari yang mengatakan, “ Kebetulan ketemu disini ”, “ Kebetulan ada yang memberi”, “K ebetulan sekali h

Pentingnya Berwasilah

Pentingnya Berwasilah Oleh : Renandhi Wira Fitra, S.H.I. Ikhwan TQN PPS dari Kota Depok. Setiap diri yang memiliki niat dan cita cita untuk sampai(Wushul) kepada Alloh sudah PASTI akan membutuhkan WASILAH ( perantara). Hal ini sebagaimana firman Alloh Swt : “ Hai orang orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Alloh dan carilah wasilah dalam mencapai ketaqwaan itu ....” ( QS. Al-Maidah : 35 ) Dalam ayat tersebut kalimat wabtaghu menggunakan fi’il amar/kata perintah yang menandakan khitab /seruan bagi orang beriman bahwa mencari wasilah itu adalah kewajiban...kenapa wajib ? karena memang manusia membutuhkannya..! Jadi dengan adanya wasilah bagi setiap hamba itu adalah mutlaq suatu KEBUTUHAN, selain berdasarkan dari dalil ayat tersebut juga berdasarkan kepada tabiat manusia yang selalu membutuhkan bantuan dalam medapatkan sesuatu, sehingga menolak adanya wasilah maka itu bertentangan dengan Hukum Alloh dan fitrah manusia itu sendiri. Wasilah adalah perantara yang