Langsung ke konten utama

Makna Tashowwuf


Makna Tashowwuf
Tashowwuf terdiri dari lima huruf, yaitu : Taa, Shod, Waw, Waw, Fa’.

      I.     Huruf “Taa”, diambil dari kata Taubat.
 
Yang artinya berhenti dari berbuat dosa. Orang ber-tashowwuf ditekankan untuk ber-taubat. Ber-taubat bukan sekedar ber-istighfar, bukan tidak boleh ber-Istighfar. Tetapi yang paling terpenting berhenti dari berbuat dosa.
Para Guru tashowwuf memberikan kepada murid-muridnya kalimat yang mampu :
1.         Membersihkan dosa-dosa, baik yang besar maupun yang kecil.
2.         Menghentikan berbuat dosa-dosa serta kesalahan-kesalahan.
3.         Membentengi diri dari berbuat dosa.
Untuk mencapai ketiga-tiganya itu. Maka ditanamkan kalimat Taubat, kalimat Iman, kalimat Islam, kalimat Tauhid, kalimat Ikhlas, kalimat Taqwa, kalimat Istiqomah, kalimat ahsanu qoulan, kalimat tsamanul jannah, kalimat ‘Urwatul Wustho, kalimat Talqin, kalimat penegak langit dan bumi, kalimat da’watul haq, kalimat Tahlil, kalimat Showab.
    II.     Huruf “Shod”, diambil dari kata Shobar.
Ber-tashowwuf syarat utamanya adalah Shobar. Baik itu ber-Shobar meninggalkan larangan Alloh dan juga ber-Shobar melaksanakan perintah Alloh. Terutama ber-shobar dalam mengikuti perjalanan ini ( perjalanan dalam menempuh & mempelajari ilmu tashowwuf), seperti Nabi Khidir mensyaratkan Shobar kepada calon muridnya, sebagaimana diajarkan di Al Qur’anul Karim ( QS. Al Kahfi : 60-62 ). Tidak mampu ber-Shobar berarti berarti gagal dalam hal ini.
  III.     Huruf “Waw”, diambil dari kata Wasilah.
Alloh subhanahu wa ta’ala memerintahkan kepada orang yang beriman agar bertaqwa kepada Alloh dan mencari jalan ( wasilah ) untuk mencapai itu. Bahkan Alloh memerintahkan berusaha keras ( Mujahadah ) untuk meraih itu. Alloh pastikan berjaya dan beruntung. Sebagaimana firman-Nya :
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Alloh dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapatkan keberuntungan” (QS. Al Maidah : 35)
Arti Wasilah ialah segala hal yang digunakan untuk mendekatkan yang lain atau perantaraan yang satu dengan yang lain.
Hal ini sangat berlaku dan sangat digunakan didalam segala gerakan yang merupakan ibadah Ghoir Mahdloh (yang tidak langsung kepada Alloh), tiada cara lain kecuali melalui wasilah tersebut.
seperti, Sholat ( sholat secara syari’at, yang dilaksanakan dengan anggota badah lahir ) itu di isyaratkan menghadap Ka’bah yang berada ditengah-tengah Masjidil Harom di Makkah. Yang disembah Alloh subhanahu wa ta’ala, tetapi di isyaratkan menghadap benda itu ( Ka’bah ). Kalau tidak demikian maka tidak syahlah sholatnya. Sebagaimana firman-Nya :
“Sungguh kami sering melihat muka mu menengadahkan ke langit, maka sungguh kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkan lah mukamu ke arah Masjidil Harom. Dan dimana kamu berada, palingkan lah muka mu kearahnya. Dan sesungguhnya orang-orang ( yahudi dan nasrani ) yang diberi Al Kitab ( Taurat dan Injil ) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Harom itu adalah benar dari Tuhannya, dan Alloh sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan” ( QS. Al Baqoroh : 144 )
Bukan menyembah rumah ini ( Ka’bah ). Jadi rumah ini arah atau titik antara yang menyembah dan yang di sembah. Bilamana menyembah dua-duanya jelas syirik. Karena ber-Tuhan selain Alloh. Tetapi kalau hanya badan lahir saja menghadap kemana saja, tidak maksud menyembahnya, itu tidak syirik. Apalagi atas perintah Alloh subhanahu wa ta’ala.
Dilain ayat Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman :
“Dan kepunyaan Allohlah Timur dan Barat, maka kemanapun kamu mengadap disitulah Wajah Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha Luas ( Rohmat-Nya ) lagi Maha Mengetahui” ( QS. Al Baqoroh : 115 )
Sebagai contoh :  seorang penembak mengarahkan senapannya kesasaran, mata membidik ujung senapan, itu yang disebut perantara. dan banyak lagi contoh perantara :
Qurban dengan hewan, dipotong lalu dicincang dagingnya dibagikan, darahnya mengalir ketanah, yang sampai kepada Alloh bukan daging dan darahnya, tetapi taqwanya.
Firman Alloh :
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai ( keridloan ) Alloh, tetapi ke-Taqwaan kamulah yang dapat mencapainya” ( QS. Al Hajj : 37 )
Sholat juga Qurban, mendekatkan diri orang yang sholat. Badannya tetap disajadah, yang sampai kepada Alloh adalah Taqwanya.
Zakat juga Qurban, orang yang mampu mengeluarkan zakat untuk mendekatkan diri kepada Alloh, barang zakatnya ( hartanya ) tidak sampai kepada Alloh tetapi hanya sampai kepada Mustahiq ( penerima zakat ). Tetapi yang sampai kepada Alloh hanya taqwanya.
Shoum juga Qurban, mendekatkan diri kepada Alloh dengan menahan lapar dan haus dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Shoum nya hanya sampai kepada lapar dan haus saja, yang sampai kepada Alloh taqwanya.
Hijjul Baiti juga Qurban, mendekatkan diri kepada Alloh bagi yang mampu dalam perjalanannya. Badannya hanya sampai kepada Makkah dan Madinah, tidak sampai kepada Alloh, yang sampai kepada Alloh Taqwanya.
Taqwa, adalah bekal yang paling baik diantara semua bekal yang baik-baik.
Apa taqwa dan bagaimana taqwa, apa materi taqwa dan bagaimana caranya ?
Taqwa disini, taqwa disini, taqwa disini”
Maksud “Disini”, Nabi Muhammad sholallohu ‘alaihi wa sallam isyaroh kearah hatinya yang ada didalam dada, bukan diluar dada. Hadits ini diriwayatkan oleh Baihaqi dari Abi Huroiroh. Dilain keterangan bukan taqwa yang disini disini, disini, tetapi Ad Diien disini.
 IV.     Huruf “Waw”, diambil dari kata Wutsqo.
Para shufi memilih bentuk kalimat paling tinggi diantara cabang Iman yang 70 ( Tujuh puluh ) lebih, yaitu Laa ilaha Illalloh. Didalam surat Al Baqoroh ayat 256. Alloh subhanahu wa ta’ala menyatakan bahwa kalimat itu, bagaikan buhul yang amat kuat yang tidak akan putus.
Dengan selalu mengamalkan kalimat itu serta memilikinya tidak mengandalkan ucapan semata-mata, tetapi ditanamkan atau ditetapkan melalui Ahlinya.
Sebagaimana Rosululloh pun dan semua orang mukmin berhak memiliki kalimat itu.
Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan yaitu kesombongan jahiliyyah, lalu Alloh menurunkan ketenangan kepada Rosul-Nya dan kepada orang-orang mukmin dan Alloh mewajibkan kepada mereka kalimat Taqwa dan adalah mereka berhaq dengan kalimat taqwa itu dan patut memilikinya. Dan Alloh Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS. Al Fath : 26)
Yang dimaksud firman Alloh “wa alzamahum” artinya Alloh telah menetapkan kepada mereka kalimat Taqwa ( kalimat Laa ilaha illalloh ).
Menurut penelitian secara amaliyyah, para ulama ahli tashowwuf memilih kalimat tauhid sebagai alat yang paling tepat untuk mengembalikan fitrah manusia dan paling cepat mencapai tujuan, ketimbang kalimat yang lain. Sebagaimana yang telah diminta oleh baginda sayyidina Ali kw kepada Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam.
Bagaimana cara mendekatkan diri kepada Alloh :
1.    Yang paling dekat kepada-Nya
2.    Yang paling mudah dilaksanakan
3.    Yang paling utama menurut ketetapan Alloh dan Rosul-Nya
Jawaban Rosul mengenai tiga hal itu, ialah kalimat Laa ilaha illalloh. Dengan kalimat itu, dapat :
1.    Menghentikan dosa
2.    Membentengi diri dari berbuat dosa
3.    Membersihkan dosa
Dengan ketentuan melalui seseorang yang hatinya selalu taqwa dan suci serta selalu bersama Alloh, diambil daripadanya, dimintanya, disengajakan, seperti para sahabat, baik secara perorangan ataupun rombongan seperti sahabat Hudaibiyah.
sehingga Rosul menyatakan :
“Tidak akan masuk neraka seorangpun dari mereka yang telah berjanji setia dibawah pohon” ( HR. Ahmad )
Dalam hadits tersebut, kita semua menyakini Haqqul Yaqin, akan kehebatan kalimat Laa ilaha illalloh yang ditalqinkan oleh Ahlinya, sehingga Ahli kalimat itu total masuk surga. karena seorang pun tidak akan ada yang masuk neraka.
Bukankah itu yang kita dambakan bersama ? bukankah surga sangat merindukan ahli kalimat itu ?
   V.     Huruf “FA” diambil dari kata Fana.
Karena orang yang sedang mengamalkan ajaran itu berusaha keras menggugurkan semua sifat yang tercela dan mengekalkan semua sifat yang terpuji. Sebagaimana dijelaskan oleh ulama ahli tashowwuf :
“Fana yang sebenarnya ialah : gugurnya sifat-sifat yang tercela digantikan dengan sifat-sifat yang terpuji”
Adapun menggugurkan sifat-sifat tersebut melalui pengamalan Dzikir Jahar dengan kalimat Tauhid sesuai dengan petunjuk dari Guru Mursyid yang cerdas dan mengamalkan semua ilmunya yang sempurna, yang faham makna Al Qur’an dan syariat serta mahir didalam hadits serta sunnah-sunnah Rosul, tafis dalam ilmu ‘Aqoid dan ilmu kalam, telah talqin dari guru yang lain ( yang terdahulu ) dan gurunya pun menerima talqin dari gurunya yang lain ( yang terdahulu ), yang kaitannya sampai kepada Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam. Tidak hanya mengucapkan kalimat itu yang didengar dari setiap mulut, walaupun bentuk kalimatnya sama bedanya sangat luar biasa.
Al Faqiir Abd Rauf Al Hijaz
000
000

Media Informasi & Dakwah Para Penyambut Pecinta Kesucian Jiwa.
Thoriqoh Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah Suryalaya
Sirnarasa
Membangun Peradaban Dunia
 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Robithoh

Robithoh Robithoh, dapat diartikan hubungan antara yang menghubungi dari yang dihubungi. Seperti hubungan :  antara anak dengan orang tuanya. Antara guru dengan muridnya. Antara mahasiswa dengan dosennya. Antara menantu dengan mertuanya. Antara pedagang eceran dengan agen besarnya. Antara santri dengan kiayinya. Antara saudara dengan saudaranya. Antara teman dengan temannya. Antara rakyat dengan pemimpinnya. Antara bawahan dengan atasannya. Antara upline dengan downline-nya. Antara kita ummat dengan Nabinya. Antara kita hamba dengan Alloh Subhanahu wa ta’ala . Adapun hubungan itu, ada hubungan langsung juga ada hubungan tidak langsung. Adapun Robithoh wajib itu, seperti ummat Islam melaksanakan sholat dengan menghadap kiblat. Kiblat itu penghubung antara orang yang Sholat dengan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Kalau tidak menghadap Kiblat, maka sholatnya tidak akan syah. Jadi untuk melakukan yang wajib maka wajib dengan Robithoh tersebut ( menghadap kilat ) . Itulah Sya

Tidak Ada Yang Kebetulan

DI DUNIA INI TIDAK ADA YANG KEBETULAN === Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala : “ Dan pada Alloh-lah kunci-kunci semua yang ghoib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata ( Lauh Mahfudz )" ( Surat Al-An'am : 59 ). Tiada sesuatu yang kebetulan. Karena Alloh telah menegaskan bahwa tidak ada satu pun yang terlepas dari kudrot, irodat, dan ilmu Alloh. Segalanya yang terjadi bahkan yang akan terjadi telah tercatat di lauh mahfudz. Ayat tsb diatas menegaskan bahwa segalanya ada dibawah kehendak & ilmu Alloh, Dan semuanya sudah tercatat di lauh mahfudz. Sering kita mendengar percakapan sehari-hari yang mengatakan, “ Kebetulan ketemu disini ”, “ Kebetulan ada yang memberi”, “K ebetulan sekali h

Pentingnya Berwasilah

Pentingnya Berwasilah Oleh : Renandhi Wira Fitra, S.H.I. Ikhwan TQN PPS dari Kota Depok. Setiap diri yang memiliki niat dan cita cita untuk sampai(Wushul) kepada Alloh sudah PASTI akan membutuhkan WASILAH ( perantara). Hal ini sebagaimana firman Alloh Swt : “ Hai orang orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Alloh dan carilah wasilah dalam mencapai ketaqwaan itu ....” ( QS. Al-Maidah : 35 ) Dalam ayat tersebut kalimat wabtaghu menggunakan fi’il amar/kata perintah yang menandakan khitab /seruan bagi orang beriman bahwa mencari wasilah itu adalah kewajiban...kenapa wajib ? karena memang manusia membutuhkannya..! Jadi dengan adanya wasilah bagi setiap hamba itu adalah mutlaq suatu KEBUTUHAN, selain berdasarkan dari dalil ayat tersebut juga berdasarkan kepada tabiat manusia yang selalu membutuhkan bantuan dalam medapatkan sesuatu, sehingga menolak adanya wasilah maka itu bertentangan dengan Hukum Alloh dan fitrah manusia itu sendiri. Wasilah adalah perantara yang