Langsung ke konten utama

Bilangan Dzikir 165 kali.

Bilangan Dzikir 165 kali

Mengenai bilangan dzikir 165 kali, dalam amaliyyah Dzikir Jahar ikhwan Thoriiqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah PP Suryalaya. Bilangan 165 itu relatif sedikit menurut pengertian yang lebih banyak dari itu, tetapi bagi yang malas berdzikir bilangan dzikir tersebut sudah termasuk bilangan yang sangat banyak bahkan sangat kebanyakan dan berbagai banyak alasan lagi bagi seorang yang malas untuk berdzikir.

Firman Alloh Subhanahu wa ta’ala didalam surat An Nisa ayat 142 :
“Sesungguhnya orang-orang munafiq itu menipu Alloh, dan Alloh akan membalasnya tipuan mereka, Dan apabila mereka berdiri untuk sholat meraka berdiri dengan malas, Mereka bermaksud menyebut Alloh kecuali sedikit sekali”.
Dilanjutkan Sabda Nabi Sholallohu ‘alaihi wa sallam dalam hadits riwayat At Thobroni dari Abu Huroiroh :
من أكثر ذكرالله فقدبريء من النفاق
(ﺮﻭﺍﻩﺍﻠﻄﺒﺮﺍﻨﻰﻋﻥﺃﺒﻰﻫﺮﻴﺮﺓ)
Artinya : “Barang siapa memperbanyak dzikir kepada Alloh, maka yakin bebas orang itu dari sifat Munafiq”.

Sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam didalam hadits tersebut, jelaslah dengan tegas disebutkan bahwa ciri-ciri orang munafiq yaitu yang sedikit Dzikirnya kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Dan barangsiapa yang banyak dzikirnya akan terbebas dari sifat munafiq akan tetapi kecaman sebaliknya bagi siapa-siapa yang sedikit Dzikirnya ( kurang dzikirnya/menyedikitkan dzikirnya ) kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala maka yakin akan terbebas (terlepas) dari Iman( terlepas Iman didalam dirinya dengan tidak terasa, terlepasnya Iman dengan tidak diketahui oleh dirinya ),  Naudzu Billaahi Min dzalik.
Adapun ketentuan bilangan 165Seratus Enam Puluh Lima ) itu bukan langsung dari Nabi Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa sallam, tetapi dari Kholifahnya yang Mursyid.
Tidaklah harus sebatas sebanyak itu 165seratus Enam Puluh Lima ) saja bahkan lebih banyak dari jumlah tersebut akan lebih baik. Jika merasa banyak dosanya kuranglah dzikir jika hanya sampai bilangan 165Seratus Enam Puluh Lima ) saja. Merasa banyak godaannya, merasa banyak keperluan hidupnya baik itu urusan dunia maupun urusan akhirat tidaklah cukupkan hanya Dzikir hanya sampai bilangan 165Seratus Enam Puluh Lima ) saja. Dan jika dalam keadaan sibuk hanya 3( tiga ) kali diperbolehkan tetapi diwaktu yang senggang diperbanyak ( disempurnakan lagi pada bilangan yang tertinggal ).
Dzikir banyak bukan karangan orang Tashowwuf, tetapi itu adalah perintah dari Alloh Subhanahu Wa Ta’ala dan Sunnah Rosululloh Sholallohu 'alahi wa sallam. Dzikir banyak bukan dzikir yang banyak bilangannya bukan yang banyak hitungannya tetapi yang disebut Dzikir banyak, Dzikir yang tidak dihitung dan tidak terhitung baik oleh manusia maupun malaikat. Sebatas dzikir di lisan yang disuarakan walaupun jumlahnya trilyunan kali masih masuk dalam bilangan yang sedikit. Dzikir banyak adalah yang Tidak lupa selama-lamanya ( selalu ingat kepada Alloh ) tidak dengan suara tidak dengan huruf yaitu “Dzikir Khofi”.
الذكر الثير ان لا تنساه أبدا
Artinya : Dzikir banyak itu ialah kamu tidak lupa kepada Alloh selama-lamanya.
Kesimpulan dari itu semua tidak ada perintah dzikir sedikit baik dalam Al Qur’an maupun Al Hadits.
Dalam Hadits Nabi Sholallohu Alaihi Wa sallam, Beliau bersabda :

أكثرواذكرالله حتى يقولوا مجنون
  (ﺮﻮﺍﻩ ﺃﺤﻤﺪ ﺃﺒﻮﻴﻌﻠﻰ ﺇﺒﻦ ﺤﺒﺎﻦ ﺍﻠﺤﺎﻜﻢ ﺍﻠﺒﻳﻬﻗﻲ ﻋﻦ ﺃﺒﻰﺴﻌﻳﺪ)
Artinya : Banyak-banyaklah dzikir kepada Alloh sehingga orang kafir mengatakan gila  ( HR. Ahmad, Abu Ya’la, Ibnu Hibban, Al Hakim dan Al Baihaqi dari Abi sa’id ).
أكثرواذكرالله تعالى حتى يقول المنافقون إنكم مرا ءون
  (ﺮﻮﺍﻩ ﺴﻌﻴﺪ ﺒﻦ ﻤﻨﺼﻮﺮ ﻮ ﺃﺤﻤﺪ ﻋﻦ ﺃﺒﻰ ﺍﻠﺠﻮﺰﺍﻋ)
Artinya : Banyak-banyaklah dzikir kepada Alloh Yang Maha Luhur sehingga orang-orang munafiq mengatakan : “kamu hanya ingin pujian(riya)”.  ( HR. Sa’id bin Manshur dan Ahmad dan Baihaqi, dari Abil Jauza’ ).
Demikian dasar bilangan yang seratus enam puluh lima( 165 kali ), menurut Firman Alloh Subhanahu wa ta’ala dan Sabda Nabi Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa sallam.
Namun ada juga keterangan menurut keberadaan Jadwal Hisab Al  Abjadiyah.
jika Huruf Hijaiyah itu terdiri dari :
اب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك ل م ن و ه ي
Adapun Huruf Abjadiyah dikumpulkan dalam kalimat :
اَبَجَدٌ هَوَزٌ حَطَيٌ كَلَمَنٌ – سَعَفَصٌ قَرَشَتٌ ثَخَذٌ ضَظَغٌ
Dalam kalimat : لا اله الا الله terdapat huruf “Alif”  sebanyak lima huruf, huruf “Lam” sebanyak lima huruf, huruf “Ha” sebanyak dua huruf, jika dihitung dari jumlah nilai/bobot huruf jadi semuanya berjumlah seratus eman puluh lima ( 165 ).
لا اله الا الله
لا = terdiri dari huruf “Alif” yang bernilai “Satu” dan huruf “Lam” yang bernilai “Tiga Puluh”.
 اله = terdiri dari huruf “Alif” yang bernilai “Satu”, Huruf “Lam” yang bernilai “Tiga Puluh” dan huruf “Ha” yang bernilai “Lima”.
 الا = terdiri dari huruf “Alif”yang bernilai “Satu” dan huruf  “Lam” yang bernilai “Tiga Puluh” dan huruf  “Alif” yang bernilai “Satu”.
الله = yang terdiri dari huruf “Alif” yang bernilai “Satu”,  huruf “Lam” yang bernilai “Tiga Puluh”,  huruf ”Lam”Tiga Puluh” dan huruf ”Ha” yang bernilai ”Lima”.
Jika dijumlahkan semuanya menjadi “Seratus Enam Puluh Lima”,

Atau lebih jelasnya :
Huruf Alifberjumlah 5 huruf dikali nilai 1 sama dengan = 5 (lima)
Huruf Lam berjumlah 5 huruf dikali nilai 30 sama dengan =  150(seratus lima puluh)
Huruf Haberjumlah 2 huruf dikali nilai 5 sama dengan = 10(sepuluh)
Jika semuanya dijumlahkan menjadi =  165 (seratus enam puluh lima)
Itulah bilangan 165 dalam keterangan menurut keberadaan Jadwal Hisab Al  Abjadiyah. Dzikir yang seperti ini mempunyai bobot yang berbeda, dzikir yang seperti ini tidak dan bukan seperti dzikir biasa walaupun kalimatnya sama. Efeknya sangat cepat, tepat, berwawasan tinggi dan pendalaman yang mendasar.
Semoga kita tidak digolongkan kedalam orang-orang yang lupa kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala, dan bisa terus Istiqomah dalam mengamalkan Dzikir yang sudah diajarkan oleh Guru Mursyid kita, dan semoga bisa terus bersama-sama Guru Mursyid kita, dengan diakui menjadi murid Beliau, dan mampu mengamalkan, mengamankan dan melestarikan segala sunnah-sunnahnya.
000





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Robithoh

Robithoh Robithoh, dapat diartikan hubungan antara yang menghubungi dari yang dihubungi. Seperti hubungan :  antara anak dengan orang tuanya. Antara guru dengan muridnya. Antara mahasiswa dengan dosennya. Antara menantu dengan mertuanya. Antara pedagang eceran dengan agen besarnya. Antara santri dengan kiayinya. Antara saudara dengan saudaranya. Antara teman dengan temannya. Antara rakyat dengan pemimpinnya. Antara bawahan dengan atasannya. Antara upline dengan downline-nya. Antara kita ummat dengan Nabinya. Antara kita hamba dengan Alloh Subhanahu wa ta’ala . Adapun hubungan itu, ada hubungan langsung juga ada hubungan tidak langsung. Adapun Robithoh wajib itu, seperti ummat Islam melaksanakan sholat dengan menghadap kiblat. Kiblat itu penghubung antara orang yang Sholat dengan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Kalau tidak menghadap Kiblat, maka sholatnya tidak akan syah. Jadi untuk melakukan yang wajib maka wajib dengan Robithoh tersebut ( menghadap kilat ) . Itulah Sya

Tidak Ada Yang Kebetulan

DI DUNIA INI TIDAK ADA YANG KEBETULAN === Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala : “ Dan pada Alloh-lah kunci-kunci semua yang ghoib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata ( Lauh Mahfudz )" ( Surat Al-An'am : 59 ). Tiada sesuatu yang kebetulan. Karena Alloh telah menegaskan bahwa tidak ada satu pun yang terlepas dari kudrot, irodat, dan ilmu Alloh. Segalanya yang terjadi bahkan yang akan terjadi telah tercatat di lauh mahfudz. Ayat tsb diatas menegaskan bahwa segalanya ada dibawah kehendak & ilmu Alloh, Dan semuanya sudah tercatat di lauh mahfudz. Sering kita mendengar percakapan sehari-hari yang mengatakan, “ Kebetulan ketemu disini ”, “ Kebetulan ada yang memberi”, “K ebetulan sekali h

Pentingnya Berwasilah

Pentingnya Berwasilah Oleh : Renandhi Wira Fitra, S.H.I. Ikhwan TQN PPS dari Kota Depok. Setiap diri yang memiliki niat dan cita cita untuk sampai(Wushul) kepada Alloh sudah PASTI akan membutuhkan WASILAH ( perantara). Hal ini sebagaimana firman Alloh Swt : “ Hai orang orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Alloh dan carilah wasilah dalam mencapai ketaqwaan itu ....” ( QS. Al-Maidah : 35 ) Dalam ayat tersebut kalimat wabtaghu menggunakan fi’il amar/kata perintah yang menandakan khitab /seruan bagi orang beriman bahwa mencari wasilah itu adalah kewajiban...kenapa wajib ? karena memang manusia membutuhkannya..! Jadi dengan adanya wasilah bagi setiap hamba itu adalah mutlaq suatu KEBUTUHAN, selain berdasarkan dari dalil ayat tersebut juga berdasarkan kepada tabiat manusia yang selalu membutuhkan bantuan dalam medapatkan sesuatu, sehingga menolak adanya wasilah maka itu bertentangan dengan Hukum Alloh dan fitrah manusia itu sendiri. Wasilah adalah perantara yang