Langsung ke konten utama

Keutamaan Romadlon

Keutamaan Romadlon
Sebuah hadits yang sudah populer yang terkait dengan Bulan Romadlon.
Hadis riwayat Abu Huroirah ra, Bahwa Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam, bersabda:
 إِذَاجَاءَ رَمَضَانُ فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِّ الشَّيَاطِيْنُ
Apabila tiba Bulan Romadlon, maka dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu neraka dan syetan-syetan dibelenggu. (Mutafaqun Alaih) - Shohih Muslim.
Jika hanya dilihat dari terjemahannya (tekstualnya) hadits ini, maka diartikan pintu surga dibuka dan pintu neraka ditutup, syetan dibelenggu. Pertanyaannya apakah ada sekarang orang yang sudah masuk kedalam surga atau neraka ?, padahal surga dan neraka itu ada setelah manasik akhirat.  Jika belum ada yang masuk, untuk apa surga dibuka dan neraka ditutup di Bulan Romadlon ? dan jika syetan itu dibelenggu ? apa sudah tidak ada syetan yang menggoda di Bulan Romadlon ?.
Ketika mendalami hadits tersebut, Ada pemahaman yang lebih dalam dari sekedar kata tekstualnya saja. Dikatakan :
أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فُتِحَتْ
 Futihat Abwaabul Jannah,
Dibukalah pintu surga yang awalnya tertutup. Karena setiap kata yang mengandung huruf JIM dan NUN itu maknanya tertutup. Contohnya  JANIN adalah kandungan yang ada diperut yang tidak terlihat. Contoh yang lain  “JIN” makhluk yang tidak terlihat. Contoh kata “MAJNUN” atau “JUNUN” yaitu orang yang akalnya sudah tertutup.
Oleh karena itu kata :
الْجَنَّةِ JANNAH
itu mengandung arti “Tertutup”.
Futihat Abwaabul Jannah, maknanya adalah ketika orang yang sudah masuk kedalam surga yang selama ini tertutup. Karena puasa juga disebutkan amalan yang tertutup, hanya dirinya dan Alloh yang tahu, jika seseorang minum disiang hari lalu berpura-pura berpuasa, orang lain pun tidak ada yang tahu.
Maka Alloh berfirman didalam hadits Qudsi :
كُلّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْع مِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
Semua amalan bani adam akan dilipatgandakan, satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipat hingga 700 kali lipatnya, Alloh ta’ala ber-Firman : Kecuali puasa sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya, ia meninggalkan syahwat dan makannya karena Aku, maka Aku yang akan membalasnya.’ Dan bagi orang yang berpuasa mempunyai dua kebahagiaan: kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Robb-Nya. Benar-benar mulut orang yang berpuasa di sisi Alloh lebih harum daripada harumnya misk. (HR. Muslim)
Didalam kitab Miftahus Shudur, pun menjelaskan bahwa :
اِعَلَمْ أَنَّ طَرِيْقَ شَيْخِنَا رَضِيَ اللهُ عَنْهُ طَرِيْقُ الذِّكْرِفَقَطٌّ ، يَعْنِى ذِكْرَ اللِّسَانِ وَالْجِنَانِ ،
“Ketahuilah, bahwa Thoriqoh Guru kita, semoga Alloh me-Ridloinya, adalah Thoriqoh Dzikir bukan yang lain, yaitu Dzikir Jahar dan
Dzikir Jinan”.
Terdapat kata Dzikir Jinan yang dimaksud adalah dzikir yang tersembunyi(tertutup).
Jadi kesimpulannya adalah dengan Romadlon manusia, Futihat Abwaabul Jannah, (dibukakan) masuk pada amalan yang selama ini tertutup.
Makna :
وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ  
wa Ghulliqot Abwaabul Naar,
kata NAAR itu adalah Api. Api itu bergejolak. Dan jika dibuka yang tidak sesuai dengan tempatnya maka akan menyembur. Maka dengan puasa kita menutup hawa nafsu yang bergejolak. Nafsu yang bergejolak contoh sederhananya ketika menjelang berbuka puasa, ketika melihat makanan dan minuman, maka nafsu bergejolak semua makanan dan minuman ingin dibelinya dan semua makanan ingin dimakannya, semua makanan yang dilihatnya begitu enak menggiurkan. Maka harus harus ditutup dan dibuka yang tepat pada waktunya.
Makna :
وَصُفِّدَتْ اَلشَّيَاطِيْنُ
Wa Shuffiyat Asy Syayaathiin,
Dibelenggunya syetan, ketika kita sudah didalam ruangan yang hanya berhadapan dengan Alloh, maka syetan akan terbelenggu.
Inilah pemahaman yang pertama tentang hadits tersebut. Jika pemahaman hanya sampai disini saja ini hanya berlaku untuk bulan romadlon saja, dan bagaimana dengan sebelas bulan yang lain ?. Maka ada pemahaman yang lebih mendalam lagi yaitu :
Dalam riwayat disebutkan bahwa Romadlon adalah salah satu nama Alloh Subhanahu wa ta’ala :
"Sesungguhnya Romadhon termasuk nama Alloh (Al Kafi 4/69).
Romadlon asalnya dari kata "Ro-Ma-Dlo" yang bermakna panas yang menyengat, panas batu, panas yang sangat membakar.
Adapun Romadlon yang memiliki asal dari "Ro-Mi-Dlo" itu bermakna awan, hujan pertama di akhir musim panas yang berkepanjangan yaitu awal musim hujan yang menjauhkan teriknya musim panas serta menyapu debu-debu.
Atas dasar itu, bulan ini disebut sebagai bulan Romadlon lantaran mencuci badan-badan manusia dari segala dosa-dosa.
Adapun terkait dengan dalam artian yang mana yang merupakan nama dari nama-nama All
oh Subhanahu wa ta’ala ? Tampaknya Romadlon dalam kaitan dengan nama Alloh Subhanahu wa ta’ala bermakna muthohhir dan penyuci dosa-dosa. Makna implikatif (lâzim) ini adalah makna leksikal dari kata Romadlon artinya implikasi panas yang menyengat membakar atau hujan pertama di akhir musim panas adalah penyucian dan kesucian. Karena itu, makna Romadlon sebagai salah satu dari nama Alloh Subhanahu wa ta’ala adalah bahwa Alloh Subhanahu wa ta’ala adalah muthahhir dan penyuci manusia-manusia dari noda-noda dosa.
Hadits riwayat dari Imam Ahmad bin ‘Adi Al Jurjani, menjelaskan :
لَا تَقُوْلُوا رَمَضَان، فَإِنَّ رَمَضَانَ اِسْمٌ مِنْ أَسْمَاءِ الله تَعَالَى، وَلَكِنْ قُوْلُوْا شَهْرُ رَمَضَانَ
“Jangan kalian katakan “Romadlon” karena sesungguhnya Romadlon adalah salah satu dari nama-nama Allah ta’ala. Akan tetapi katakanlah: “Syahru Romadlon.”
Walaupun hadits ini adalah hadits yang sangat lemah karena di dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang bernama Abu Ma’syar, yaitu Najih bin Abdirrahman Al Madani. Dia adalah seorang yang lemah haditsnya.
Namun Hadits ini menjadi kuat karena didukung dengan beberapa keterangan, Alloh menyebut Romadlon dengan didahului dengan “Syahro”. Jika didalam AL Qur’an didahului dengan Syahro, karena Romadlon itu adalah Nama Alloh yang dipinjamkan dalam satu bulan yaitu Bulan Romadlon, maka didalamnya diturunkan kitab Al Qur’an.
Romadlon didalam hitungan bulan Hijriyyah adalah didalam urutan bulan yang ke-sembilan, Sembilan itu adalah angka tertinggi.
“Jadi ROMADLON adalah bulan tertinggi serta adalah Nama-Nya Alloh”.
Dalam pemahaman tafsirnya, yaitu :
إِذَاجَاءَ رَمَضَانُ
Idzaa jaa-a Romadlonu,
Adalah Jika sudah datang Nama Alloh kedalam dirimu.
فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ 
Futihat Abwaabul Jannah,
Yang tadinya engkau tidak melihat yang tadinya tertutup maka akan terbuka didalam sebuah wilayah yang tertutup(rahasia), yang wilayahnya selama itu tidak diketahui oleh yang lain kecuali dirimu dengan Alloh saja, bahkan sampai-sampai malaikat pun tidak ada yang mengetahuinya.
وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ
wa Ghulliqot Abwaabul Naar,
Makna Neraka dikunci, karena tidak akan berbuat maksiat kalau Nama Alloh itu aktif berada didalam dirinya (ingat bersama-Nya), orang yang maksiat itu karena orang tersebut lupa kepada Alloh.
فَإِذَا ذَكَرْتَ رَبَّكَ كُشِفَ عَنْكَ غِطَاءُ الْغَفْلَةِ فَكُنْتَ ذَاكِرًا مَذْكُوْرًا شَاكِرًا مَشْكُوْرًا فِى قَوْلِهِ تَعَالَى
“Dengan berdzikir kepada Tuhanmu, maka akan dibukakan penutup dari pintu-pintu kelalaian, yang akan dibuka dari hatimu hingga engkau menjadi Ingat kepada Alloh, di Ingat oleh Alloh, bersyukur kepada Alloh, di Syukuri oleh Alloh ”, didalam kitab Miftahus shudur.
Maka jika penutupnya sudah dapat terbuka dari apa yang tadinya tidak dapat dilihat maka dengan disingkap mengahalangnya yang tadinya tidak ingat dengan ibadah dll, maka menjadi orang yang ingat. Karena sudah berdzikir(Ingat kepada Alloh) maka akan juga di Ingat oleh Alloh. Lalu menjadi orang yang bersyukur Jika tidak ada dzikir tidak merasakan bahwa semua yang diberikan itu semuanya dari Alloh, dengan berdzikir penutupnya akan dibuka maka kita akan mampu berdzikir hingga sampai bersyukur, dan menjadi orang yang di Syukuri oleh Alloh.
Makna :
وَصُفِّدَتْ اَلشَّيَاطِيْنُ
Wa Shuffiyat Asy Syayaathiin,
Jika syetan tidak terbelengu maka kita akan habis dimakan oleh syetan. Maka fitnahnya orang yang sudah berthoriqoh ketika Gurunya sudah wafat, didalam tafsir Ruhul Bayan Syeikh Muhammad Ismail Haqqi menerangkan : “Fitnah orang yang ber-Thoriqoh ketika Gurunya sudah wafat, memang ketika masih ada Gurunya dahulu merasa dikekang hawa nafsunya. Tetapi ketika Gurunya wafat merasa sudah bebas dari kekangan hingga hawa nafsunya menjadi liar kembali. Karena tidak mau mencari Guru dari penerusnya Gurunya. Maka orang seperti ini akan terjerumus dalam kehinaan karena sudah diperdaya oleh syetan”.
Maka untuk dapat membelenggu hawa nafsu, kita wajib mencari Guru Mursyid untuk membimbing. Dan Alhamdulillah kita sudah mempunyai Syeikh Mursyid. Bahkan sampai ada yang bertanya jika kita diharuskan mencari Mursyid lalu Mursyid itu siapa Gurunya ? jawabnya adalah Mursyid yang hidup itu tidak akan terlepas dari pantauan Mursyid yang terdahulu.
Yang melepaskannya dari dzikir dan yang melepas dari bimbingan Syeikh Mursyid maka syetan akan lepas dibebaskan untuk mengganggunya. Ada yang mengatakan syetan itu sifat-sifat apa saja yang membuat atau terjerumus manusia untuk menjauh dirinya dari Alloh. Atau Yaitu yang mengajak kepada keburukan baik itu dari bangsa jin atau manusia.
Jadi yang dimaksud dibelenggu itu adalah sifat-sifat syetannya.
Kesimpulannya :
إِذَاجَاءَ رَمَضَانُ
Idzaa jaa-a Romadlonu,
 Kalau sudah masuk Ismul ‘Azhom (Nama Alloh) datang kepada dirinya.
فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ 
Futihat Abwaabul Jannah,
Maka surga-surga sudah dibuka masuk, masuk kepadanya.
وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ
wa Ghulliqot Abwaabul Naar,
Pintu neraka sudah tertutup.
وَصُفِّدَتْ اَلشَّيَاطِيْنُ
Wa Shuffiyat Asy Syayaathiin,
Syetannya akan dibelenggu.
Alhamdulillah kita sudah mendapatkan Romadlon, yang sudah ditanamkan didalam diri kita. Menjadikan Romadlon itu bukan hanya satu bulan tetapi setiap saat. Dengan setiap waktu-waktu kita memasukkan Romadlon.
Puasa itu dimaknai dengan SHOIM (menahan).  Tidak sekedar menahan lapar, haus dan berhubungan dengan istri saja. Juga orang yang menahan dari gejolak duniawi. Ketika setelah sholat kita manahan untuk tidak bangun kecuali untuk mengamalkan dzikir jahar sebanyak 165 kali. Dengan malam bangun untuk menahan, yang orang lain tertidur kita menahan untuk tidak tidur (bangun malam) dengan melaksanakan tahajut.
Shoim adalah orang yang menahan, maka Puasalah kamu setiap hari karena nanti di akhirat setiap hari dijadikan harinya ber-Hari Raya.
Mudah-mudahan kita orang yang dapat berpuasa disetiap detiknya.
Semoga bermanfaat,

(Disarikan dari khidmat ilmiah KH. Irfan Zidny, pada pengajian Manaqiban di Masjid Raya Pondok Indah, (24/06/2015). 
ditulis oleh : S. Abdurrauf Al Hijaz.
000


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Robithoh

Robithoh Robithoh, dapat diartikan hubungan antara yang menghubungi dari yang dihubungi. Seperti hubungan :  antara anak dengan orang tuanya. Antara guru dengan muridnya. Antara mahasiswa dengan dosennya. Antara menantu dengan mertuanya. Antara pedagang eceran dengan agen besarnya. Antara santri dengan kiayinya. Antara saudara dengan saudaranya. Antara teman dengan temannya. Antara rakyat dengan pemimpinnya. Antara bawahan dengan atasannya. Antara upline dengan downline-nya. Antara kita ummat dengan Nabinya. Antara kita hamba dengan Alloh Subhanahu wa ta’ala . Adapun hubungan itu, ada hubungan langsung juga ada hubungan tidak langsung. Adapun Robithoh wajib itu, seperti ummat Islam melaksanakan sholat dengan menghadap kiblat. Kiblat itu penghubung antara orang yang Sholat dengan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Kalau tidak menghadap Kiblat, maka sholatnya tidak akan syah. Jadi untuk melakukan yang wajib maka wajib dengan Robithoh tersebut ( menghadap kilat ) . Itulah Sya

Tidak Ada Yang Kebetulan

DI DUNIA INI TIDAK ADA YANG KEBETULAN === Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala : “ Dan pada Alloh-lah kunci-kunci semua yang ghoib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata ( Lauh Mahfudz )" ( Surat Al-An'am : 59 ). Tiada sesuatu yang kebetulan. Karena Alloh telah menegaskan bahwa tidak ada satu pun yang terlepas dari kudrot, irodat, dan ilmu Alloh. Segalanya yang terjadi bahkan yang akan terjadi telah tercatat di lauh mahfudz. Ayat tsb diatas menegaskan bahwa segalanya ada dibawah kehendak & ilmu Alloh, Dan semuanya sudah tercatat di lauh mahfudz. Sering kita mendengar percakapan sehari-hari yang mengatakan, “ Kebetulan ketemu disini ”, “ Kebetulan ada yang memberi”, “K ebetulan sekali h

Pentingnya Berwasilah

Pentingnya Berwasilah Oleh : Renandhi Wira Fitra, S.H.I. Ikhwan TQN PPS dari Kota Depok. Setiap diri yang memiliki niat dan cita cita untuk sampai(Wushul) kepada Alloh sudah PASTI akan membutuhkan WASILAH ( perantara). Hal ini sebagaimana firman Alloh Swt : “ Hai orang orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Alloh dan carilah wasilah dalam mencapai ketaqwaan itu ....” ( QS. Al-Maidah : 35 ) Dalam ayat tersebut kalimat wabtaghu menggunakan fi’il amar/kata perintah yang menandakan khitab /seruan bagi orang beriman bahwa mencari wasilah itu adalah kewajiban...kenapa wajib ? karena memang manusia membutuhkannya..! Jadi dengan adanya wasilah bagi setiap hamba itu adalah mutlaq suatu KEBUTUHAN, selain berdasarkan dari dalil ayat tersebut juga berdasarkan kepada tabiat manusia yang selalu membutuhkan bantuan dalam medapatkan sesuatu, sehingga menolak adanya wasilah maka itu bertentangan dengan Hukum Alloh dan fitrah manusia itu sendiri. Wasilah adalah perantara yang