Langsung ke konten utama

Tawakkal

Tawakkal
Tawakkal adalah kata jadian dari kata wakalah yang berarti at-tafwidh(penyerahan) dan al-i’timad(penyandaran). Orang yang menyerahkan dan menyandarkan urusannya disebut mutawakkil’alaih.
Sedangkan orang yang diserahi disebut wakil. Penyerahan dan penyandaran ( tawakkal ) dilakukakan karena yakin dan percaya bahwa yang diserahi urusan ( wakil ) mempunyai kemampuan dan keahlian untuk menanganinya, sehinggga sikap orang yang menyerahkan urusannya kepada wakil merasa tenang, tentram, tidak khawatir, tidak repot.
Karena Alloh adalah Al-Wakil,
“Hasbunalloh wa ni’mal wakil ni’mal maula wa ni’man nashir”.
Dapat disimpulkan bahwa tawakkal adalah pasrah dan menyandarkan hati sepenuhnya hanya kepada Al-Wakil ( Yang Maha Mewakili ), ( Yang Maha haq ) yaitu Alloh Subhanahau wa ta’ala.
Tokoh sufi Dzun Nun Al Mishri Rodliyallohu ‘anhu menyatakan :
“Tawakkal adalah tidak turut serta mengatur diri dan melepas daya kekuatan karena telah menyakini bahwa tiada daya dan kekuatan selain semata-mata dari Alloh Subhanahu wa ta’ala”.
Alloh Subhanahu wa ta’ala berfirman :
Artinya : “Dan hanya kepada Alloh saja orang yang bertawakkal itu berserah diri” ( QS Ibrohim :12 ).
Dalam ayat lainnya :
Artinya : “Dan hanya kepada Alloh hendaknya kamu bertawakkal jika kamu benar –benar orang yang beriman” ( QS Al Maidah : 12 ).
Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Andaikan kamu bertawakkal kepada Alloh dengan sebenar-benarnya, niscaya Dia(Alloh) akan memberimu rizki sebagaimana Dia(Alloh) memberi rizki kepada burung yang pergi dalam keadaan lapar dan pulang dalam keadaan kenyang”.
Dalam sabda lainnya:
“Barangsiapa memusatkan perhatiannya kepada Alloh, niscaya Alloh mencukupinya dari setiap keperluan dan memberinya rizki dari jalan yang tidak disangka-sangkanya, dan barangsiapa yang memusatkan perhatian kepada dunia, niscaya Alloh menyerahkannya kepada dunia”.
Diantara doa Nabi Sholallohu ‘alaihi wa sallam :
“Yaa Alloh sungguh aku memohon Taufiq Mu untuk mencintai Mu melalui amal-amal dan untuk ber-Tawakkal kepada Mu dengan benar dan untuk berbaik sangka kepada Mu”.
Hakikat tawakkal, adalah suatu kandisi bathin yang ber-Tauhid, hati seseorang yang tajalli dan mendapat pancaran sifat Wahdaniyat Alloh sehingga hatinya sadar menerima dan membenarkan. Kondisi Ma’rifat ini nampaknya pengaruh dalam amal.
Ma’rifat adalah dasar Tawakkal, yakni Tauhid. Orang yang ber-Tawakkal kepada Alloh adalah orang yang tidak melihat selain kepada Alloh saja. Kesempurnaan Ma’rifat ini diterjemahkan dalam pernyataan :
“Tiada Tuhan selain Alloh, tiada sekutu bagi Nya, Dia memiliki segala kekuasaan dan bagi Nya segala pujian dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”.
Sedangkan manfaat ber-Tawakkal, antara lain sebagai berikut :
-   Iman semakin mantap, hati semakin tenang, jiwa tentram, berpikir jernih, pandangan jauh dan dalam bertindak terarah dan terbimbing.
-   Mendapat jaminan kecukupan rizki dari Alloh Subhanahu wa ta’ala.
-   Ridlo terhadap ketetapan( Qodar ) Alloh Subhanahu wa ta’ala akan terus meningkat, dan jauh dari sifat tamak dan hasud.
Derajat Tawakkal, ditinjau dari segi kekuatan dan kelemahan, kadar Tawakkal ada tiga tingkatan :
1.                       Tingkatan pertama, keadaannya yakin terhadap penyerahannya kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala dan pertolongan Nya. Seperti keadaaannya yang yakin terhadap orang yang ditunjuk sebagai wakilnya. Untuk memilih wakil harus selektif melalui proses pemikiran dan pertimbangan.
2.                       Tingkatan kedua, (tingkatan ini lebih kuat lagi) yaitu keadaannya bersama Alloh seperti keadaan anak kecil bersama ibunya, anak itu tidak akan melihat orang lain selain ibunya dan tidak mau berpisah dan senantiasa menggenggam erat tangan ibunya. Tidak mau bersandar kecuali kepada ibunya sendiri, jika menghadapi suatu masalah maka yang pertama kali yang terlintas dalam hatinya adalah ibu. Siapa yang pasrah kepada Alloh bersandar kepada Nya, maka keadaannya seperti keadaan anak kecil dengan ibunya. Kepasrahan anak kecil kepada ibunya tidak berdasarkan pemikiran dan pertimbangan, hanya kepercayaan yang penuh dan bulat.
3.                       Tingkatan ketiga, (tingkatan paling tinggi), keadaanya di hadapan Alloh seperti mayit ditangan orang yang memandikannya, dia tidak berpisah dengan Alloh melainkan dia melihat dirinya seperti orang mati.
orang ini terhadap Alloh tidak mempunyai ikhtiar, karena ia tahu bahwa Alloh yang memberlakukan Taqdir hingga ia hanya bisa menungggu apa yang terjadi kepadanya.
Amal ( tindakan orang - orang yang tawakkal ),
sebagaian manusia ada yang beranggapan bahwa makna tawakkal adalah tidak perlu berusaha, tidak perlu bekerja, atau bertaubat hanya menyerah lalu berdiam diri, anggapan itu jelas keliru, dan sikap itu jahil dan dilarang. Syari’at sangat memuji orang-orang yang ber
-tawakkal dan menganjurkan melakukannya, pengaruh tawakkal akan tampak dalam gerakan hamba dan usahanya untuk menggapai tujuan, antara lain untuk mendatangkan manfaat yang belum ada, memelihara yang ada, mencegah bahaya agar tidak terjadi atau dengan menghilangkan marabahaya.
Bagi orang-orang yang semata-mata menempuh jalan akhirat, ia ber-tawakkal kepada Tuhan dalam masalah rizki, tidak membebani diri dengan mencarinya jika tidak mempunyai tanggungan anak dan istri, ia percaya dengan janji Alloh dan berpegang teguh pada kesempurnaan, kemurahan, dan Rohmat Nya, karena Alloh sesungguhnya telah menjamin dan mewajibkan atas Dzat Nya dalam masalah rizki makhluk Nya, sebagaiman firman Nya :
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun dibumi melainkan Alloh lah yang memberi rizki Nya” (QS.Hud :6).
Tawakkal juga tidak berkurang karena baju besi saat pertempuran, menutup pintu pada malam hari, berobat jika sakit. Tangan tidak mengambil makanan padahal sangat lapar, ingin punya anak tidak kawin dan tidak menggauli istrinya, atau ingin memetik tetapi dengan tanpa menanam, itu semua adalah tindakan jahil. Karena sebab akibat merupakan sunnatulloh yang tidak berubah.
Dapat disimpulkan, bahwa Tawakkal adalah sikap bathin Amaliyyah Qolbiyah yang diperintahkan Alloh atas hamba Nya.
Tujuan Tawakkal adalah supaya hamba senantiasa dekat kepada Alloh dan taat kepada Nya. Dalam rangka menuju Ma’rifat dan Wushul Ilalloh supaya meningkatkan mutu, dan peringkat Tawakkal menjalankan amaliah dengan sunguh-sungguh.
Hubungan Tawakkal dan Bekerja( berusaha ) adalah : dengan bekerja tidak muthlak berarti tidak ber-tawakkal, sebaliknya tidak bekerja belum tentu ia ber-tawakkal. bisa jadi ia tidak bekerja juga tidak tawakkal. Ber-tawakkal adalah kewajiban hamba, dan haq Alloh menjamin kecukupan rizki, melaksanakan kewajiban tanpa menoleh haq adalah anjuran.
Dalam berusaha dan bekerja supaya dilakukan dengan baik dan benar, yaitu jangan mengandalkan usaha dan kerjanya, hanya mengandalkan Alloh Subhanahu wa ta’ala, juga menyadari bahwa kemauan-kemauan dalam usaha dan bekerja adalah semata-mata atas pemberian dan pertolongan Alloh, dan kita tidak mempunyai kemampuan.
000

000
ALHIJAZdepokbersemi165
Media Informasi & Dakwah Para Pecinta Kesucian Jiwa.
Ikhwan Depok.
Thoriiqoh Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah PP Suryalaya Membangun Peradaban Dunia
E-mail : depokbersemi165@gmail.com  - Info manaqib kota depok : Tlp /Sms/Wa (Rauf) 0812 888 166 90
Agenda Kegiatan dan Jadwal Manaqib di Kota Depok dan sekitarnya  :
Sukai halaman di Facebook DepokBersemi165 :
Ikuti Twiter depokbersemi165 : https://twitter.com/depokbersemi165
Pasang Aplikasi Android Depok Bersemi 165 :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Robithoh

Robithoh Robithoh, dapat diartikan hubungan antara yang menghubungi dari yang dihubungi. Seperti hubungan :  antara anak dengan orang tuanya. Antara guru dengan muridnya. Antara mahasiswa dengan dosennya. Antara menantu dengan mertuanya. Antara pedagang eceran dengan agen besarnya. Antara santri dengan kiayinya. Antara saudara dengan saudaranya. Antara teman dengan temannya. Antara rakyat dengan pemimpinnya. Antara bawahan dengan atasannya. Antara upline dengan downline-nya. Antara kita ummat dengan Nabinya. Antara kita hamba dengan Alloh Subhanahu wa ta’ala . Adapun hubungan itu, ada hubungan langsung juga ada hubungan tidak langsung. Adapun Robithoh wajib itu, seperti ummat Islam melaksanakan sholat dengan menghadap kiblat. Kiblat itu penghubung antara orang yang Sholat dengan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Kalau tidak menghadap Kiblat, maka sholatnya tidak akan syah. Jadi untuk melakukan yang wajib maka wajib dengan Robithoh tersebut ( menghadap kilat ) . Itulah Sya

Tidak Ada Yang Kebetulan

DI DUNIA INI TIDAK ADA YANG KEBETULAN === Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala : “ Dan pada Alloh-lah kunci-kunci semua yang ghoib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata ( Lauh Mahfudz )" ( Surat Al-An'am : 59 ). Tiada sesuatu yang kebetulan. Karena Alloh telah menegaskan bahwa tidak ada satu pun yang terlepas dari kudrot, irodat, dan ilmu Alloh. Segalanya yang terjadi bahkan yang akan terjadi telah tercatat di lauh mahfudz. Ayat tsb diatas menegaskan bahwa segalanya ada dibawah kehendak & ilmu Alloh, Dan semuanya sudah tercatat di lauh mahfudz. Sering kita mendengar percakapan sehari-hari yang mengatakan, “ Kebetulan ketemu disini ”, “ Kebetulan ada yang memberi”, “K ebetulan sekali h

Pentingnya Berwasilah

Pentingnya Berwasilah Oleh : Renandhi Wira Fitra, S.H.I. Ikhwan TQN PPS dari Kota Depok. Setiap diri yang memiliki niat dan cita cita untuk sampai(Wushul) kepada Alloh sudah PASTI akan membutuhkan WASILAH ( perantara). Hal ini sebagaimana firman Alloh Swt : “ Hai orang orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Alloh dan carilah wasilah dalam mencapai ketaqwaan itu ....” ( QS. Al-Maidah : 35 ) Dalam ayat tersebut kalimat wabtaghu menggunakan fi’il amar/kata perintah yang menandakan khitab /seruan bagi orang beriman bahwa mencari wasilah itu adalah kewajiban...kenapa wajib ? karena memang manusia membutuhkannya..! Jadi dengan adanya wasilah bagi setiap hamba itu adalah mutlaq suatu KEBUTUHAN, selain berdasarkan dari dalil ayat tersebut juga berdasarkan kepada tabiat manusia yang selalu membutuhkan bantuan dalam medapatkan sesuatu, sehingga menolak adanya wasilah maka itu bertentangan dengan Hukum Alloh dan fitrah manusia itu sendiri. Wasilah adalah perantara yang