Langsung ke konten utama

Mencari Guru Penyelamat Dunia Akhirat

Mencari Guru Penyelamat Dunia Akhirat
Ruh ( hati ) merupakan awal tempat terkaitnya Ruh pada jasad. Ia berasal dari Alloh dalam keadaan suci bersih maka hendaknya ia( Ruh ) kembali pada pemilik-Nya juga dalam keadaan yang suci juga. Kesucian jiwa yang terpancar melalui akhlak pemiliknya inilah yang sebenarnya menjadi pokok diturunkannya Nabi Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa sallam ke muka bumi, keluhuran pekerti Nabi Sholallohu ‘alaihi wa sallam mendapatkan pujian dari Alloh Subhanahu wa ta’ala. Hal ini terdapat dalam surat Al Qolam ayat 4 :
Artinya : “Dan sesungguhya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti agung”.
Keluhuran akhlak ini menjadi salah satu indikator tingginya pemahaman akan makna agama dan keluhuran derajat di sisi Alloh Subhanahu wa ta’ala. Dalam Al Qur’an, Alloh Subhanahu wa ta’ala banyak menyebutkan umat-umat yang sholeh yang bercirikan akhlak yang baik.
Seperti Lukman Al Hakim, beliau adalah seorang hamba Alloh yang sholeh yang namanya diabadikan dalam Al Qur’an. Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa Lukman Al Hakim pernah berwasiat pada anaknya, sebagai berikut : “Wahai anakku manusia itu terdiri dari tiga pertiga bagian, sepertiganya untuk Alloh, sepertiga untuk dirinya dan sepertiga lainya untuk belatung. Adapun yang kembali pada Alloh yaitu Ruhnya, sedangkan yang kembali untuk dirinya (baik manfaat atau mudarat) ialah amalnya dan yang satu bagian lagi jasadnya akan manjadi santapan belatung, kecuali para Nabi dan kekasih-Nya”.
Dari ketiga hal yang diwasiatkan Lukman Al Hakim kepada anaknya, yang menjadi hal yang paling penting ialah mengenai sepertiga yang akan kembali kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala yakni Ruh kita. Karena Ruh kita akan kembali kepada-Nya, akan mempertanggung jawabkan segala manfaat dan mudlorot yang pernah dilakukannnya, akibatnya Ruh inilah yang harus benar-benar kita jaga. Salah satu upaya kita untuk tetap memurnikan Ruh kita adalah dengan mempelajari ilmu Tashowwuf. Dengan ilmu Tashowwuf kita akan lebih bisa memahami berbagai upaya menyucikan jiwa agar senantiasa terbebas dari berbagai penyakit hati. Dan muara dari kebersihan hati ini adalah terciptanya pribadi yang ber-akhlak luhur. Mengenai ke-utamaan Tashowwuf dan penyucian jiwa untuk mencapai ma’rifatulloh, Syeikh As Syazili ra ber-sabda :
Barangsiapa yang belum mencicipi(merasakan)  Ilmu-Ku ini, maka matinya akan membawa dosa besar betapapun banyak amalnya dan dengan tidak terasa serta tidak mengetahuinya”.
( *Ilmu-Ku = maksudnya soal kesadaran diri kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala ).
Lain dari itu, mengenai upaya menyucikan jiwa juga memerlukan bimbingan dan arahan dari seseorang yang terpercaya.
Sebagian ‘arifin menyatakan : “Barangsiapa meninggal dunia(mati) tanpa pernah menemukan Guru Mursyid yang kamil mukamil yang mengasuh dirinya kearah kesadaran kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala, maka ditakuti dia mati dengan membawa dosa besar dan merugilah dia, meskipun amalnya sebanyak orang sejagat ini dari bangsa jin dan manusia
Banyak sekali penyakit-penyakit (terutama penyakit bathin) yang tidak bisa dihilangkan yang tidak bisa disembuhkan kecuali dengan Ilmu ini (ilmu tashuwwuf), Syeikh Ibnu ‘Athoilah Ra ber-sabda :
Keluarkan dan hilangkan dari sifat-sifat kemanusiaanmu semua sifat yang menggugurkan menghambaanmu kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala, supaya menjadi orang yang menyambut dengan sempurna atas penggilan Alloh dan dekat dengan ke Hadirat-Nya”
Upaya menghilangkan sifat-sifat madzmumah dzohir dan bathin ini tidaklah mudah. Semua harus dilalui dengan sering Riyadloh(berlatih) dan selalu bersungguh-sungguh(mujahadah) kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala. Perlu dipahami bersama bahwasanya thoriqot kaum sufi bukan untuk bersantai-santai dengan bermalas-malasan, melainkan dengan bersungguh-sungguh dalam beribadah guna mencapai puncak penyerahan diri sepenuhnya hanya kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala. Dengan semangat itu pula lah seorang mampu mengikis habis sifat madzmumah(akhlak yang buruk)-Takholi, dan mampu menghiasi dirinya dengan sifat mahmudah(akhlak yang baik)-Tahali, seperti tawadlu, khusyu’, memelihara ketaatan kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala, Perasaan berat untuk melakukan nista dan dosa tetapi merasa ringan dan nikmat dalam menjalankan berbagai titah Alloh Subhanahu wa ta’ala, maka bagi mereka yang seperti inilah predikat ‘abdu Alloh sebenarnya.
Sebagaimana kita ketahui bahwa dua kata kunci menuju ‘abdu Alloh adalah “Riyadloh dan Mujahadah”. Sayangnya untuk menjalankan keduanya kita mesti memerlukan seorang pembimbing dan penasihat. Oleh karena itulah maka perkara mencari Syeikh Mursyid juga merupakan sesuatu hal yang tidak kalah pentingnya. Mengenai Syeikh Mursyid, dalam kitab Jami al Shogir disebutkan Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Laa tazalu Thooifattun min ummatii zhohiriina ‘alal haqqi hatta taqumas saa’ah
“Dari kalangan ummatku senantiasa tidak sepi dari adanya “Thoifah” yang memperjuangkan perkara yang haq sampai datangnya hari kiamat” (HR.Hakim dari Umar ra)
Dalam kutipan hadits tersebut, disebutkan kata “Thoifah” ini dimaknai sebagai seseorang yang memiliki pemahaman mendalam tentang islam. Dalam kitab Da’wah at Taamah halaman 23 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan “Thoifah” adalah ‘Rijalulloh’ dan ‘Ahlulloh’. Permasalahannya sekarang adalah siapakah yang dimaksud “Thoifah” ini? Memang agak sulit untuk menjawab pertanyaan ini karena pada dasarnya mereka(Thoifah) dilahirkan sebagaimana manusia biasa, meski demikian mereka memiliki keutamaan. Mengenai keutamaan ini dijelaskan dalam kitab Jaami al Auliyaa halaman 4 adalah sebagai berikut :
Qolbuhu yathuufu lloha daa ima
a.              Hatinya senantiasa Thowaf kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala sepanjang masa.
Lahu sirrun yas rii fiil ‘alami kama yasriir ruhu fiil jasadi auw kamaa yasril maa u fiisy syajari
b.     Mempunyai sirri yang dapat menerobos kepada seluruh alam seperti meratanya ruh dalam jasad atau seperti merembesnya air didalam pohon-pohonan.
Hamila humuu ma ahlid dunya
c.           Beliau menanggung kesusahan dan kesulitan ahli dunia
Keterangan lainnya juga dapat kita peroleh dalam kitab Taqriibul Ushul :
Andaikata tidak ada “Wahuduz Zaman” yang senantiasa tawajuh kepada Alloh memohonkan bagi  perkara segala makhluk, tentulah datang suatu perintah Alloh yang mengejutkan mereka kemudian menghancurkan mereka
“Wahiduz Zaman” yang dimaksud tiada lain adalah Guru Mursyid yang menjadi Pembaharu Iman umat pada masanya. Ia adalah seorang yang keluasan ilmunya bagaikan lautan, pemahaman akan perkembangan jaman sangat mendalam, dan kehalusan pemikirannya tak perlu lagi disangsikan.
Bagi ikhwan Thoriqoh Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah Pondok Pesantren Suryalaya yang diyakini menjadi “Wahiduz Zaman” yakni Syeikh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul Al Qodiri An Naqsyabandi Qs yang lebih dikenal dengan ‘Abah Aos’, yang menjadi penerus dari  Syeikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul’Arifin Qs yang lebih dikenal dengan ‘Abah Anom’.
Beliau tidak sekedar dapat menyampaikan, beliau sangatlah luas keilmuannya, sangat banyak amalnya, dan luhur akhlak(budi pekerti)nya. Untuk secara zhohir( lahiriah ) beliau memiliki kegiatan yang sama dengan ulama lainnya, yakni untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, menegakkan kebenaran dan keadilan serta mengajak dan menuntun masyarakat kembali kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala. Beliaulah yang memiliki tanggung jawab dalam memikirkan umat se-dunia. Perjuangannya terutama dalam cakrawala alam Ruhani.
000
000

Media Informasi & Dakwah Para Penyambut Pecinta Kesucian Jiwa.
 
Thoriiqoh Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah PP Suryalaya Membangun Peradaban Dunia





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Robithoh

Robithoh Robithoh, dapat diartikan hubungan antara yang menghubungi dari yang dihubungi. Seperti hubungan :  antara anak dengan orang tuanya. Antara guru dengan muridnya. Antara mahasiswa dengan dosennya. Antara menantu dengan mertuanya. Antara pedagang eceran dengan agen besarnya. Antara santri dengan kiayinya. Antara saudara dengan saudaranya. Antara teman dengan temannya. Antara rakyat dengan pemimpinnya. Antara bawahan dengan atasannya. Antara upline dengan downline-nya. Antara kita ummat dengan Nabinya. Antara kita hamba dengan Alloh Subhanahu wa ta’ala . Adapun hubungan itu, ada hubungan langsung juga ada hubungan tidak langsung. Adapun Robithoh wajib itu, seperti ummat Islam melaksanakan sholat dengan menghadap kiblat. Kiblat itu penghubung antara orang yang Sholat dengan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Kalau tidak menghadap Kiblat, maka sholatnya tidak akan syah. Jadi untuk melakukan yang wajib maka wajib dengan Robithoh tersebut ( menghadap kilat ) . Itulah Sya

Tidak Ada Yang Kebetulan

DI DUNIA INI TIDAK ADA YANG KEBETULAN === Firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala : “ Dan pada Alloh-lah kunci-kunci semua yang ghoib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata ( Lauh Mahfudz )" ( Surat Al-An'am : 59 ). Tiada sesuatu yang kebetulan. Karena Alloh telah menegaskan bahwa tidak ada satu pun yang terlepas dari kudrot, irodat, dan ilmu Alloh. Segalanya yang terjadi bahkan yang akan terjadi telah tercatat di lauh mahfudz. Ayat tsb diatas menegaskan bahwa segalanya ada dibawah kehendak & ilmu Alloh, Dan semuanya sudah tercatat di lauh mahfudz. Sering kita mendengar percakapan sehari-hari yang mengatakan, “ Kebetulan ketemu disini ”, “ Kebetulan ada yang memberi”, “K ebetulan sekali h

Pentingnya Berwasilah

Pentingnya Berwasilah Oleh : Renandhi Wira Fitra, S.H.I. Ikhwan TQN PPS dari Kota Depok. Setiap diri yang memiliki niat dan cita cita untuk sampai(Wushul) kepada Alloh sudah PASTI akan membutuhkan WASILAH ( perantara). Hal ini sebagaimana firman Alloh Swt : “ Hai orang orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Alloh dan carilah wasilah dalam mencapai ketaqwaan itu ....” ( QS. Al-Maidah : 35 ) Dalam ayat tersebut kalimat wabtaghu menggunakan fi’il amar/kata perintah yang menandakan khitab /seruan bagi orang beriman bahwa mencari wasilah itu adalah kewajiban...kenapa wajib ? karena memang manusia membutuhkannya..! Jadi dengan adanya wasilah bagi setiap hamba itu adalah mutlaq suatu KEBUTUHAN, selain berdasarkan dari dalil ayat tersebut juga berdasarkan kepada tabiat manusia yang selalu membutuhkan bantuan dalam medapatkan sesuatu, sehingga menolak adanya wasilah maka itu bertentangan dengan Hukum Alloh dan fitrah manusia itu sendiri. Wasilah adalah perantara yang